Overprotektif

34 3 0
                                    

Kyra POV

        Keesokannya aku menjalani rutinitasku seperti biasa, belajar disekolah dengan rajin. Semenjak mengenal Jendra---dan juga kepergian papa aku memang sudah tidak semalas dulu. Itu adalah pesan beliau padaku. Hari ini hari kedua setelah kepergian papa. Rasanya sangat sangat berbeda saat masih ada papa dan sudah tidak ada papa. Meskipun aku jarang ditemani papa tetapi rasanya benar benar berbeda dan aku benar benar kehilangan sosok dirinya. Hidupku berubah sekarang setelah kepergian papa.

        Disampingku, ada Jendra yang entah sedang menulis apa dibukunya. Aku sedang tidak ingin melakukan apapun saat ini selain melamun. Tingkat kemalasanku juga meningkat. Rasanya tidak ada semangat untuk melakukan sesuatu. Aku merindukan sosok papa.

        Aku merasa sesuatu menyentuh kepalaku. Itu tangan Jendra yang mengacak puncak kepalaku pelan. Aku hampir lupa jika aku sudah berpacaran dengan Jendra karena sejak kemarin aku hanya memikirkan soal mama yang masih merasa sangat kehilangan.

"Kenapa?" Tanyanya.

        Aku menggeleng, mencoba bersikap baik baik saja dihadapannya. Aku tidak mau Jendra khawatir atau dia tahu apa yang sedang aku rasakan. Biar aku saja yang merasakan semua ini, aku hanya ingin Jendra terus tersenyum saat bersamaku.

"Sekarang malah melamun."

"Maaf ya,"

"Ceritakan, sedang ada masalah apa?"

        Aku hanya bisa menatap Jendra. Tidak sanggup menceritakan semua yang sedang kupendam. Untuk saat ini aku hanya merindukam sosok papa disampingku, itu saja.

        "Ingat janji yang aku katakan padamu?" Aku mengangguk. Tentu saja aku ingat. Aku akan terus mengingat ucapannya itu sampai rambutku tidak berwarna hitam lagi.

        "Kamu bisa mencariku saat kamu sedang bersuka atau berduka. Aku akan menjadi orang pertama yang akan datang menghiburmu. Kamu tidak perlu lagi berusaha terlihat ceria didepanku dan menutupi semua kesedihanmu. Ayo, kita lakukan semuanya bersama sama. Kita rasakan semuanya bersama sama." Kataku dan Jendra bersamaan.

"Jadi, kenapa?"

"Aku hanya rindu papa, Jen."

        Jendra menyenderkan punggungnya mencari kenyamanan ditempat duduknya lalu menoleh kearahku lagi. "Dulu aku juga sering merindukan ayahku, bahkan Raja juga. Dua orang yang begitu berarti untukku, aku selalu merindukan mereka."

        "Aku selalu melakukan ini jika merindukan orang orang yang sudah meninggalkanku."

"Melakukan apa?" Tanyaku.

        "Mendoakannya." Jawabnya. Membuatku tertegun. Aku bahkan jarang mendoakan kedua orangtuaku dulu. Jendra benar benar meyakinkanku bahwa papa benar benar selalu berada disisiku walaupun dunia kami yang sudah berbeda.

        "Dengan begitu, hatimu yang gelisah akan menjadi tenang. Rindumu akan tersampaikan melalui doa yang kamu berikan untuk papamu. Dia pasti senang melihatmu tersenyum, juga sebaliknya." Aku tersenyum parau menatap penuh harap kedua mata bulat Jendra.

        "Aku punya satu permintaan padamu." Jendra mengangguk, menunggu ucapanku selanjutnya. "Kamu mau kan menjadi orang yang selalu ada untukku? Menjadi tempatku bersandar dan menceritakan semua keluh kesahku?"

        Jendra mengangguk. Anggukan yang menggambarkan keyakinan dan harus kupercayai dan camkan dalam benakku. Jendra benar benar sosok penenangku. Dia benar benar membuktikan ucapannya. Melindungiku, menghiburku, menemaniku, dan mungkin masih banyak lagi yang akan dia lakukan untukku. Aku harap seterusnya akan seperti ini, selamanya.

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang