Kyra hilang (?)

29 3 0
                                    

        Aku terus mengalihkan mukaku saat Jendra mencoba menyuapkan kecambah dan sayuran yang paling kubenci padaku. Sungguh padahal aku sudah menolaknya namun dia ini belum menyerah menyuapiku barang sesuap saja. Aku terus berdecak jijik pada makanan itu.

        "Jendra ih, aku tidak mau! Jangan memaksaku memakannya!" Ucapku dengan kesal padanya karena terus menyodorkan sendok yang berisi kecambah. Sementara dia malah terkekeh melihatku begini. Dia jahat sekali sih padaku.

"Oke, oke baiklah."

        Mataku melirik Jendra dan aku mulai menoleh padanya ketika kecambah sialan itu tidak lagi ada didepan mukaku. "Suka sekali sih melihatku menderita!" Aku masih mengomeli Jendra yang justru menahan tawanya. Dia tidak tahu apa betapa aku ingin menangis tadi saat dipaksa makan itu.

        "Kecambah itu sehat banyak mengandung vitamin, protein dan kebaikan lainnya." Katanya lembut padaku. Sepertinya dia sedang membujukku. Tetapi tetap saja aku membencinya!

        "Kamu tahu aku sebenci apa sama makanan yang kamu ingin suapkan padaku tadi?" Aku memasang muka termenyedihkanku pada Jendra, berharap dia merasa tidak tega dan gemas padaku.

        "Oke, oke kalau begitu kamu ingin makan apa?" Tawarnya. Aku sedang berpikir aku ingin menginginkan apa. Jendra begitu perhatian sekali padaku. "Jangan yang terlalu keras dulu ya! Kamu belum sembuh sepenuhnya."

"Aku ingin bubur ayam."

        "Oke, tunggu disini ya aku akan kembali 10 menit lagi." Aku memasang muka imutku dan mengangguk lalu melihat punggung Jendra yang semakin jauh dari pandanganku. Aku suka Jendra sudah baik padaku.

        Semenjak peristiwa Dio kemarin memang Jendra berubah banyak padaku. Kami juga menjadi mulai dekat dan akrab seperti teman lama. Dia sudah mulai mengeluarkan perhatian perhatian manisnya padaku, menemaniku selama aku berbaring disini, dan terakhir menyuapi aku makan. Sungguh aku sangat sangat senang. Usahaku mencairkannya tidak sia sia selama ini.

        Mamaku datang saat Jendra barusaja keluar. Yang membuatku tambah senang adalah ada bundanya Jendra, tante Wanda. Memang ya kedekatan mereka sudah seperti sepasang kakak beradik.

"Mama? Tante?"

        "Halo, sayang. Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah baikan? Dimana Jendra?" Kali ini tante Wanda menyapaku duluan sambil menggenggam tanganku.

        Memang bundanya Jendra semalam sudah datang menjengukku karena Jendra yang memberitahunya bahwa aku masuk kerumah sakit. Mamaku baru menjenguk hari ini karena semalam ia mendapat panggilan untuk lembur dikantornya.

        "Mama minta maaf ya semalam tidak datang kemari." Ucap mama mengecup keningku cukup lama. Aku mengangguk mengerti karena mama sibuk.

        "Kyra sudah tidak apa apa kok, makasih ya kalian sudah perhatian padaku. Jendra sedang membeli makanan untuk Kyra."

        "Jendra? Membelikan makanan? Tumben sekali dia mau membelikan. Aish! Tante jadi cemburu padamu, Kyra."

        "Kurasa anakmu mulai mencair." Bisik mama yang masih bisa kudengar. "Ahh! Benar benar! Terimakasih banyak Kyra. Karenamu Jendra tidak bersikap buruk lagi!" Tante Wanda membenarkan ucapan mama.

        "Anak kita ini seperti simbiosis mutualisme. Mereka saling membutuhkan dan menguntungkan. Jendra membutuhkan Kyra untuk menjadi hangat, Kyra membutuhkan Jendra untuk merubah dirinya menjadi lebih baik."

        "Mama menyamakan aku dan Jendra dengan tanaman? Sungguh menyakitkan." Kataku mendramatisir mendengar ucapan mama.

***

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang