Firasat(?)

33 3 0
                                    

"Papa sudah tidak ada, nak."

        Satu kalimat yang keluar dari mulut mama yang saat itu juga membuat jantungku yang tadinya berdegup kencang menjadi terada berhenti berdetak. Aku mencoba meresapi ucapannya yang jujur membuatku bingung. "Tidak ada? Tidak ada bagaimana? Papa barusaja berangkat bertugas."

        "Papamu sudah pergi, nak. Papamu telah tiada! Dia sudah meninggal!" Benar benar tubuhku membeku setelah mendengarnya. Bagai ada petir disiang bolong menyambar tubuhku. Aku benar benar tidak mempercayainya. Hal yang sempat terlintas dipikiranku tadi pagi dan sekarang benar benar terjadi.

        "Mama bicara apa? Tolong berbicara yang jelas. Aku tidak bisa mengerti satupun dari ucapan mama. Aku tidak bisa mengerti dan paham. Apa maksudnya mama berkata seperti itu?" Aku mengomelinya. Selalu mama bersikap bercanda seperti ini. Dia tega sekali bercanda padaku seperti ini. Membawa bawa kematian pula.

        "Bukankah mama sudah jelas?! Kamu tidak dengar? ha? Papamu meninggal. Papa. Sudah. Meninggal. Dia. Pergi. Untuk. Selamanya. Kamu paham Kiara?" Kali ini mama membentakku. Membentak yang benar benar membentak karena merasa ucapannya tidak bisa membuatku percaya.

"A--apa?"

        Tubuhku semakin melemas dan kakiku tidak bisa menahan tubuhku lagi. Ini terasa seperti aku terhantam sesuatu pada hatiku. Aku benar benar tidak percaya dengan informasi sialan ini. Mereka pasti salah berita! Berita itu tidak mungkin benar terjadi. Maksudku papa tidak mungkin pergi secepat ini. Baru kemarin aku melihatnya.

        "Apa berita itu benar? Apa yang mama ucapkan barusan itu terjadi? Mama pasti bercanda kan? Iyakan? Tolong jangan membuat lelucon seperti ini padaku!" Aku mengguncang bahunya masih tidak percaya dengan semuanya. Dia menatapku lekat lekat. "lihat aku. Lihat mataku. Apa aku terlihat sedang bercanda saat ini?!"

        Tubuhku terjatuh begitu saja. Benar benar seperti terhantam sesuatu. Sebuah kenyataan yang tidak bisa kuterima. Sebuah kenyataan yang sudah kutakuti dan kurasakan akhirnya terjadi. Aku tidak percaya ini benar benar terjadi padaku. Kenapa seperti ini. Kenapa ini bisa terjadi. Rasanya baru kemarin.

        Aku menangis. Air mataku turun begitu saja. Semakin deras dan aku mengeluarkan suara tangisanku. Bibirku bergetar dan aku menunduk. Benar benar tidak menyangka. Orang yang kusayangi pergi begitu cepat meninggalkanku.

"Ba--bagaimana bisa?"

"Tidak mungkin,"

        Saat ini tidak ada yang bisa kupikirkan selain keadaan papa, bagaimana keadaannya. Pikiranku terus bertanya apakah papa sedang menderita disana bahkan setelah kematiannya. Sebenarnya kenapa papa bisa tewas? Apa dia tewas saat bertugas? Kata Dara seorang pasukan khusus tidak akan terkena tembakan. Dia hanya menembak musuh dan memusnahkannya.

        "Dalam waktu dua hari kedepan jasad papa akan dipulangkan dan dimakamkan. Mama harus mempersiapkan semuanya dari sekarang. Kuatkan hatimu, nak."

        Aku hanya bisa terdiam dan melamun. Tidak bisa berbuat apapun selain menangis dan menunggu kepulangan papa yang sedang dalam perjalanan. Seketika kenangan bersama papa terputar secara otomatis dalam bayanganku. Semua kenangan kami, kebersamaan kami, suka cita kami membuatku merasa ini seperti mimpi saja.

        Jika ini memang mimpi tolong siapapun berusahalah bangunkan aku agar mimpi buruk ini berakhir. Jika ini memang mimpi aku ingin segera bangun dan melupakan segalanya. Namun semua itu sepertinya tidak terjadi karena berkali kali aku menampar pipiku aku tidak merasakan apapun selain sakit. Seolah olah memang hal buruk ini terjadi menimpaku.

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang