Dekat Dengan Calon Mertua

37 3 1
                                    

        "Aku memilih memendamnya." Ucapku pelan dan menunduk. Memang aku sengaja tidak memberitahu Dara dan Tina karena aku tahu mereka berdua tidak akan mendukungku menyukai Dio waktu itu. Juga mereka tahu jika Dio itu anak 'nakal' disekolah. Aku juga tahu, mungkin karena rasa sukaku yang terlalu dalam padanya saat itu hingga membuatku buta kalau Dio itu anak yang tidak baik dan hanya mempermainkanku.

        "Lalu kenapa dia datang kerumahmu dan menghampirimu?" Tanya Dara lagi. Aku hanya mengangkat bahu sebagai tanda aku tidak tahu. Untuk sekarang aku malas mencari tahu. Aku tidak akan peduli lagi padanya. Aku juga sudah menyukai oranglain, yaitu Jendra. Orang yang duduk disampingku dan aku menoleh padanya. Tatapan kami bertemu, Jendra membenarkan letak kacamatanya.

        "Sudahlah, jangan bahas masalah yang tidak penting ini. Niat kita untuk mengerjakan tugas oke? Jadi jangan membahas hal lain yang diluar pelajaran saat ini." Tina menengahi. Memang dia paling mengerti perasaanku saat ini. Dan kamipun melanjutkan belajar kami.

        "Serius sekali percakapannya. Silahkan diminum dulu teman temannya Jendra yang cuantik." Aku tersenyum begitu tante Wanda menghampiri kami dan menyuguhkan minuman dingin dan segar.

"Terimakasih tante," ucap kami bersamaan.

        "Tulisan apa ini? Kamu menulis apa? Aku bahkan tidak bisa membacanya saat aku sudah menggunakan kacamataku." Jendra menoel tanganku dan aku terkejut. Aku mengamati tulisanku sendiri tanpa menyadari jarakku dan Jendra sangat dekat.

        "Definisi dan kesimpulan yang sudah didapatkan dari materi ini adalah," ucapku membacakan tulisanku. Lebih tepatnya mendiktekan dan Jendra mengetiknya dilaptopnya.

        Aku kembali mencuri curi pandang kepada Jendra yang sedang fokus mengetik tugas kami. Jantungku sedaritadi tidak berhenti berdetak dengan kencang saat aku dan Jendra sangat dekat seperti tadi. Namun ternyata aksiku mencuri curi pandang sudah diketahui oleh Dara dan Tina. Mereka berdehem menyadarkanku dan menunjuk buku seolah mengingatkanku untuk melanjutkan rangkumanku lalu segera kuberikan pada Jendra.

        Dara melempariku sebuah kertas dan aku membukanya. 'Selesaikan tugasnya dahulu sebelum kamu mencuri curi pandang padanya. Serasa dunia milikmu dan Jendra seorang ya!'' Tulis Dara dalam kertas itu. Aku hanya memanyunkan bibirku dan kembali menulis.

***

        Aku meminum minumanku yang sedaritadi belum kuminum karena terlalu fokus menulis. Kami beristirahat sebentar dan memakan camilan yang sudah disiapkan oleh tante Wanda.

        "Sudah sampai mana mengetikmu?" Tanyaku pada Jendra, bermaksud agar ada topik obrolan diantara kami. Jujur aku merasa canggung jika hanya keheningan diantara kami. Dia mengecek laptopnya lagi.

        "Sudah hampir selesai, sedikit lagi. Rangkumanmu sudah selesai kan?" Aku mengangguk dan memakan biskuit coklat. Nikmat.

        Ponselku berbunyi membuatku menghentikan makanku. Mama menelpon lagi, apa Dio masih berada disana? Aku malas menjawabnya jika memang Dio masih ada dirumahku. Lihat saja, aku tidak akan pulang jika laki laki itu masih ada dirumahku.

"Siapa?" Tanya Jendra.

"Mamaku."

        "Angkat saja," suruh Dara. "Kamu takut jika masih ada Dio?" Aku mengangguk membenarkan tebakan Dara.

"Apa perlu kuangkat dan aku yang berbicara?"

        "Tidak usah. Biar aku saja yang menjawabnya. Tidak apa apa. Terimakasih ya." Aku menghela nafas sebelum menggeser tombol hijau

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang