Terror Jendra

25 3 0
                                    

Kyra POV

        Aku mengamati Jendra yang sedari tadi fokus menatap buku buku tebal yang dibawanya sepulang sekolah 3 hari yang lalu. Ini sudah hari ke 4 menjelang perlombaan dan Jendra semakin fokus dan ketat dalam belajarnya.

"Wajahnya semakin tampan saja semakin hari." Gumamku terpesona.

        "Jangan mengamatiku seperti itu." Aku mengerjap lalu tertawa canggung. Bingung harus berbuat apa, aku mengambil buku Jendra asal dan pura pura membacanya.

"Kamu boleh tidur jika lelah, aku masih mau belajar."

        "Tidak mau. Aku mau terus menemanimu sampai kamu selesai. Aku perempuan kuat, jadi aku tidak akan mudah lelah." Aku tersenyum meyakinkannya.

        Saat ini aku hanya berdua dengan Jendra dirumahnya karena tante Wanda sedang ada keperluan dengan rekan rekannya.

        Aku jadi penasaran saat dulu tante Wanda sedang hamil Jendra. Apa yang tante Wanda idam idamkan hingga saat Jendra lahir bisa menjadi setampan ini. "Apa bundamu suka ngidam waktu hamil kamu?" Dia terkekeh.

"Aku tidak pernah bertanya padanya."

"Aku heran kenapa anaknya bisa setampan ini."

        Aku benar benar beruntung memilikinya. Dan benar benar tidak salah memilihnya untuk menjadi pacarku. Jendra sangat mirip dengan ayahnya, hanya berbeda warna kulitnya. Ayah Jendra juga sudah meninggal satu tahun setelah kematian Radja.

        Aku kembali teringat pada papa. Apa dia bertemu dengan ayahnya Jendra lalu saling berbincang? Bahkan keduanya sudah saling akrab kan sejak aku dan Jendra masih balita.

"Jejen," Jendra berdehem.

        "Menurutmu sedang apa ayah ayah kita disana?" Tanyaku padanya dan Jendra menatapku. Kami sama sama terdiam, menjadi canggung. "Aku harap mereka bertemu dan berbincang bersama. Mereka akan berbesan, kan?"

"Aku juga berharap begitu."

Bila nanti saatnya telah tiba
Kuingin kau menjadi imamku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah telah tiba
Izinkan kuberada didekatmu
Berdua menikmati sunset dipenghujung waktu
Ku ingin kita menjadi satu

        Jendra tertawa geli setelah aku selesai menyanyi. Aku merasa suaraku bagus dan aku menyanyi dengan penuh perasaan untuk Jendra. "Kenapa tertawa? Bukankah suaraku bagus?"

        Jendra mengangguk. "Suaramu bagus, tetapi kamu banyak kesalahan dalam menyanyikan liriknya." Tawanya terdengar lagi. Bibirnya benar benar berbentuk hati.

"Aku membuatnya dengan versiku sendiri." Aku tersenyum memperlihatkan gigi gigiku padanya.

Jendra POV

"Jejen,"

        Aku masih merasa geli saat Kyra menyanyi namun beberapa liriknya terdengar salah dinyanyikannya. Bukannya membenarkan dia malah masa bodoh. 'Bagiku apapun lagu yang kunyanyikan untukmu itu benar, tidak ada lirik yang salah.' Katanya.

"Apa aku cantik?" Aku mengangguk lagi.

"Apa aku menyebalkan menurutmu?" Aku memasang muka berpikir.

"Sedikit," dia membulatkan matanya bermaksud ingin protes.

" 'Sedikit' katamu?"

        "Lalu aku harus menjawab apa? Inikan jujur dari hati yang paling dalam." Jawabku dengan nada menggoda Kyra. Dia memanyunkan bibirnya cemberut.

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang