Kekhawatiran Jendra

32 3 0
                                    

        Aku menatap Jendra dengan seksama. Mengamati tubuhnya dari bawah hingga atas, memastikan dia baik baik saja. Aku bahkan tidak peduli dengan keadaanku yang cukup lusuh dan berantakan ini.

        "Kamu baik baik saja?" Tanyaku khawatir walaupun nafasku masih menderu aku tidak peduli. Bagiku yang terpenting Jendra.

        Jendra tersenyum tipis. "Aku tidak apa apa," katanya pelan namun aku masih bisa dengar suaranya. Setelah berbicara, mata Jendra yang memandangku beralih menatap sesuatu di belakangku. Sepertinya dia sudah tau laki laki itu Dio.

        "Sepertinya dia sedang mencarimu? Dia yang datang kerumahmu dan memekukmu waktu itu kan?" Tanya Jendra. Dengan terpaksa aku mengangguk mengiyakan ucapannya.

        "Hai, Kiara. Kita bertemu lagi. Senang bertemu denganmu." suara itu, aku yakin berasal dari mulut Dio. Aku membalikkan badanku padanya dan memasang muka garangku. Dia justru tersenyum tanpa rasa bersalah.

        "Kamu tidak senang bertemu denganku?" Aku tersenyum miring, bukan, sinis lebih tepatnya. "Untuk apa senang bertemu denganmu? Aku bahkan sangat ingin kamu musnah dari muka bumi ini." Dio tertawa mendengar ucapanku.

        Aku beralih pada Jendra lagi. "Lebih baik kamu pergi dari sini. Aku bisa mengatasi masalah ini sendirian." Ucapku padanya dan Jendra langsung menggeleng tegas. "Bagaimana bisa aku meninggalkanmu dengannya. Nanti kalay dia berbuat nekat bagaimana?" Aku tersenyum. Apakah Jendra mulai merasa khawatir padaku? Apa dia mengkhawatirkan keadaanku? Aku berharap jawabannya 'iya'.

"Kamu khawatir padaku?"

"Bukan waktunya untuk membahas yang lain."

"Aku serius, Jen--"

"Aku khawatir terhadapmu, puas?"

        Sekarang aku merasa senang. Aku menatapnya dan tertawa girang. Aku lalu berbalik kearah Dio lagi. Dio menatapku dan Jendra bergantian. Kulihat mukanya sedikit kebingungan.

        "Kuminta padamu untuk tidak lagi menemuiku mulai detik ini." Ucapku dingin. Dio justru berjalan kearahku dan Jendra. Bersamaan dengan itu Jendra juga mendekatiku. Aku bisa merasakan deru nafas Jendra. Dia seperti ingin melindungiku. Senangnya~

        "Kenapa? Bukankah seharusnya kamu senang sekarang sudah bertemu dengan orang yang kamu sukai dari dulu?" Dio sialan! Kenapa dia berkata seperti itu didepan Jendra. Bagaimana nanti jika Jendra marah dan menjauhiku. Bagaimana jika nanti Jendra dingin dan acuh lagi padaku. Usahaku bakal sia sia selama ini!

Aku hanya diam tidak bisa menjawab.

        "Benarkan? Ternyata kamu masih menyukaiku hingga saat ini. Lalu kenapa kamu menamparku saat aku memelukmu? Harusnya kamu menciumku saat itu juga."

        "Laki laki gila!" Ucapku. "Apa sebenarnya maumu? Kau tahu, kedatanganmu merusak pemandanganku. Harusnya kamu tidak menemuiku lagi karena aku sudah tidak menyukaimu!"

        "Tidak menyukaiku? Bagaimana mungkin, aku cinta pertamamu. Bukankah cinta pertama itu sulit dilupakan?"

        "Tau apa kamu tentang cinta pertama. Yakin sekali kalau kamu cinta pertamaku? Aku memang dulu menyukaimu, tapi itu DULU, sebelum aku tahu alasan kamu baik padaku ternyata hanya taruhan. Sekarang aku sudah tidak menyukaimu. Aku tidak mungkin sudi menyukai orang yang salah dan seburuk dirimu, kan?"

        Dio yang mendengar ucapanku langsung tergerak maju dan sepertinya mungkin akan melakukan sesuatu padaku. Namun dengan cepat Jendra berdiri didepanku.

        "Tolong jangan bersikap kasar dengan perempuan. Kamu tahu ibumu juga seorang perempuan kan? Itu berarti jika kamu berbuat kasar dengan perempuan itu sama saja kamu menyakiti ibumu sendiri."

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang