[21] teman sehati

1.5K 291 31
                                    

Sudah hampir setengah hari rasanya mereka semua bekerja tanpa henti, melayani pembeli yang tak ada habisnya datang terus menerus, dari awal stan dibuka sampai sekarang semua barang di dalam truk sudah habis diturunkan.

Hangyul, Lucas dan Yeonjun yang dari tadi bagian angkat-angkat barang, sekarang cuma bisa celentang. Otot-otot lengan mereka rasanya sudah menengang dan kaku. Tapi, mau lama-lama di dalam truk kok makin panas, tidak ada udara yang masuk, apalagi setelah Lucas kentut sembarangan, Yeonjun dan Hangyul langsung kabur keluar, sebelum mati keracunan di dalam sana.


Berniat mau ngadem di stan belakang, duduk-duduk selonjoran sambil pinjam kipas portable punya Hyunsuk, itu pun kalau boleh. Tapi, langkah Hangyul malah berhenti setelah matanya menangkap sosok seorang gadis yang duduk tak jauh darinya, sambil memangku sebuah kaleng dan dua tangan yang disibukkan dengan bolpoin juga kalkulator, duduk di samping Arin. Itu Koeun, yang entah mengapa bisa tampak lebih menarik jika sedang serius, seperti biasanya.

Sepertinya memang menjadi sebuah kebiasaan baru Hangyul setelah beberapa waktu ini ia habiskan dengan rutinitas kegiatan barunya di sini. Semenjak Hangyul ditempatkan di satu divisi yang sama dengan Koeun, Hangyul seperti menemukan pemandangan baru yang menjadi kesukaannya. Hangyul seperti menemukan kebiasaan baru. Memperhatikan wajah serius Koeun saat bekerja, menjadi satu hal favorit barunya.

Dahi yang sedikit berkerut. Matanya yang menyipit. Gigi yang menggigit-gigit kecil bibirnya. Juga jari-jari tangan yang mengetuk di atas meja. Entah bagaimana caranya, Koeun yang seperti itu, bisa jadi tampak berkali-kali lipat lebih manis daripada biasanya.


Seperti saat ini.

Hangyul menyukai itu.


"Gyul.."

"Gyul?"

"Hangyul!"

"Eh iya?" Hangyul baru tersadar dari lamunannya setelah suara Koeun yang cukup kencang memanggilnya.

Di tempatnya, Koeun menatap Hangyul bingung, "Ngapain berdiri di situ?"

"Hah?"

"Minggir, ngehalangin yang antri tau."

"Oh.."

Hangyul langsung bergeser pergi menyusul Yeonjun yang sudah mengistirahatkan dirinya lebih dulu di stan bagian belakang, bersama dengan Sihyeon dan Yena.


Tapi bahkan, duduk membelakanginya pun, Hangyul tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Koeun. Koeun yang memijat leher belakangnya. Koeun yang meregangkan otot lengannya. Koeun yang sempat berdiri singkat menghilangkan rasa kesemutan di kaki. Dan tanpa sadar, Hangyul tersenyum melihat tingkahnya.

Bahkan Hangyul bisa menangkap, setiap Koeun mencuri-curi pandang ke arah gerobak bakso yang terparkir di bawah pohon di seberang sana. Iya, Hangyul bari ingat, kalau ini sudah melewati jam makan siang, tapi untuk pergi dari tugasnya sekarang untuk mengisi perut pun tidak sempat.


Dan setelah sekumpulan orang yang datang berbondong-bondong itu sedikit demi sedikit mulai berkurang pergi, dan semuanya bisa duduk mengistirahatkan tubuh, Hangyul langsung berdiri dan mendekat pada Koeun yang baru megak habis air mineral satu botol penuh.

"Makan yuk."

Koeun langsung mendongak, menatap Hangyul, "Makan apa?"

"Ngebakso."


Koeun baru saja mau mengajak yang lain, tapi Hangyul sudah lebih dulu menarik tangannya dan pergi dari sana.

Padahal semuanya juga lapar, tapi yang diajak cuma Koeun.

Iya iya, sudah biarkan saja yang lain, daripada mengganggu, kan, lebih baik mereka memisahkan diri.


"Lo kenapa, sih, dari tadi kayanya ngeliatin gue terus?"

Hangyul hampir saja tersedak kuah baksonya sendiri saat mendengar Koeun bertanya tiba-tiba, "Eh?"

"Dikira gue gak nyadar kali.."

"Hehehe.." Balas Hangyul dengan tawa canggung.


"Lo gak masalah, kan, gue ajak makan gerobakan gini?" Tanya Hangyul lagi.

Koeun menoleh, "Ah, gue, sih, biasa makan pinggir jalan gini. Kenapa, cewek lo gak suka ya?"


Sebenarnya Koeun hanya bercanda, seperti jawaban spontan yang begitu saja keluar tanpa dipikir.

"Iya, gue gak berani ngajak dia makan di pinggir jalan."

Koeun langsung mengerutkan dahinya, "Kenapa?"

"Ya abis gue ajak makan pecel ayam, besoknya cewek gue langsung muntaber. Merasa bersalah lah gue."

Lagi-lagi Koeun hanya membalas jawaban Hangyul dengan tawa.


"Ya udah, lain kali kalo mau kuliner pinggir jalan gini ajak gue aja."

Kini Hangyul yang menoleh menatap Koeun, "Kenapa cowok lo, alergi juga?"

"Enggak," Koeun menggeleng, "Cuma sekarang dia lagi sibuk skripsi aja, jadi gak bisa gue ajak keliling cari makan lagi."


"Lah, beneran gak ngamuk, nih, cowok lo kalo ceweknya gue ajak makan terus, berduaan lagi?"

Koeun menyenggol lengan Hangyul pelan, "Lo sendiri gimana, apa cewek lo gak marah kalo cowoknya gue ajakin ke mana-mana?"


Dan keduanya lagi-lagi tertawa bersamaan.


Menemukan seseorang yang benar-benar cocok satu sama lain dalam waktu singkat itu, sebuah kejadian langka, kan?

Menemukan seseorang yang benar-benar cocok satu sama lain dalam waktu singkat itu, sebuah kejadian langka, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang