[35] malam hari di bale

1.2K 259 16
                                    

Katanya, Mbak Hana sama Mas Mino pulangnya masih besok pagi, malam ini masih menemani mereka dulu buat tidur di desa. Tapi apa, habis sholat isya berjamaah tadi, Mas Mino sama Mbak Hana pamit pulang duluan, karena ternyata masih banyak urusan yang mengharuskan mereka berdua untuk balik ke kantor besok pagi-pagi sekali.

Ya, sudah, sih, mau gimana juga. Mau dipaksa tahan di sini cuma buat nemenin empat belas mahasiswa ini juga gak mungkin, kan. Mereka semua juga tau kok kalau Mas Mino sama Mbak Hana pasti banyak kesibukan sendiri di kantor, apalagi kantor mereka yang lagi ada audit seminggu ini.

Untung sebelum ditinggal tadi, mereka semua sudah dibelikan nasi padang sama Mas Mino. Asal kenyang, hati pun senang.


Malam sudah semakin larut. Suasana di sekitar bangunan di mana tempat mereka tinggal pun semakin sepi. Bagaimana pun desa memang beda dari kota, yang baru jam sembilan malam saja rasanya sudah seperti lewat jam dua belas malam. Cuma ada suara jangkrik, suara tokek sama suara kucing mengeong cari makan. Sesekali juga terdengar suara warga yang melintas. Tapi selanjutnya, kembali sepi.

Mau nonton tapi gak ada TV. Mau streaming Youtube aja tapi gak ada Wi-Fi, pake kuota juga sayang, dihemat-hemat buat besok. Mau tidur, tapi semuanya sama-sama belum ngantuk.


"Bosen ya. Belom juga sehari." Celetuk Yohan.

"Lo diem doang, sih," Balas Yeri, "Sholat sana, ngaji kek, dzikir. Gak inget kata Pak Kades tapi, ini rumah harus sering di-"

"Udah deh! Gak usah dibahas-bahas!" Potong Seunghun cepat. Parno dia, ketakutan sendiri.


"Eh, liat deh gue dapet apa?" Hangyul yang berlari masuk dari luar rumah menunjukkan sesuatu pada teman-temannya.

Yeonjun langsung berdiri menghampiri, "Gitar dapet dari mana, Gyul?"

Hangyul mengangkat bahunya, "Tau, minjem dari anak tetangga lewat barusan."

Yang lain cuma ngangguk-ngangguk.


"Ke bale depan yok, ngadem." Ajak Hangyul lagi sambil mengangkat gitarnya.

Daripada bosan di dalam, mereka semua akhirnya ikut keluar. Ada yang pakai jaket, ada juga yang bawa-bawa selimut soalnya angin yang bertiup di luar cukup kencang malam itu.


Namanya juga anak muda ngumpul ya, kalau sudah sekalinya nyanyi, bisa gak kekontrol. Apalagi kalau sudah nyanyi lagu yang lagi hits sekarang, terlebih lagi kalau sudah nyanyi lagu yang pas banget sama keadaan hati. Bisa teriak-teriak sambil nangis.

Mulai dari lagu-lagunya Nike Ardilla sampai lagunya Andmesh semua dijajal. Dari lagu A Whole New World sampai lagunya Ava Max semuanya masuk playlist. Walaupun nada suara sama petikan gitarnya sama sekali tidak sesuai. Soalnya Hangyul memang gak terlalu bisa main gitar, daritadi ya asal genjreng-genjreng doang. Yang penting dinikmati, katanya.


Semakin malam, bukannya semakin ngantuk, tapi malah semakin melek. Dasar anak muda. Lebih-lebih lagi suka gak tau diri, gak mau tau bagaimana lingkungan sekitarnya. Kebanyakan warga desa, jam segini pasti sudah tidur. Tapi, empat belas mahasiswa ini masih nyanyi sambil teriak-teriakan.

Sebenernya nyanyinya pada gak pakai otot. Cuma karena memang nyanyinya bareng empat belas orang, belum lagi yang cowok suaranya nge-bass semua, jadi kedengerannya persis paduan suara 17 Agustus, tapi gak ada merdu-merdunya sama sekali.


"KARNA KU SELOW! SUNGGUH SELOW! SANGAT SELOW! TETAP SELOW! SANTAI SANTAI JODOH GAK AKAN KEMANAAAA!"

anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang