[26] benar adanya

1.3K 279 25
                                    

Gara-gara insiden semalam, semuanya jadi takut tidur di kamar sendiri-sendiri. Sehabis pulang dari makan malam di bapak nasi goreng, semuanya cuma duduk diam di ruang tengah, sambil membayangkan segala hal yang diceritakan tadi. Bulu kuduk pun kembali merinding.

Bahkan yang kebelet mau ke kamar mandi pun tidak berani. Tapi daripada ngompol di sofa dan ditertawakan, lalu masalah ini akan diungkit-ungkit seumur hidup, akhirnya Lucas minta Hangyul buat nemenin dia ke kamar mandi. Lucas masuk ke dalam, dan Hangyul nunggu di luar. Padahal Lucas mempersilahkan kalau saja Hangyul mau masuk ikut masuk, tapi ditolak mentah-mentah sama Hangyul.


Jam 9, mata masih terbuka lebar. Jam 10, mulai menguap. Jam 11, mata sudah tertutup setengah.

Mau tidur di kamar, tapi kok sendiri.

Akhirnya jam sudah menunjukkan angka 12, lalu semuanya pun menyerah. Terpenuhinya waktu tidur jauh lebih penting dibandingkan dengan cerita-cerita seram yang dibayangkan sejak tadi.


TV sudah dimatikan, sebagian lampu pun sudah dimatikan. Ruang tengah kini kosong. Kecuali satu, Hyunsuk yang ternyata dari tadi sudah ketiduran sambil mangap di atas sofa, dan tak ada yang membangunkannya.


Sampai sudah hampir waktu subuh, Hyunsuk terbangun dan mendapati dirinya sendirian di ruang tengah, yang gelap, sunyi.

"AAAAAAAAAAAAAAAA!"


Semuanya langsung terbangun kaget.

Hyewon keluar kamar masih berbalut selimut. Doyeon juga masih memeluk guling. Ilernya Changbin belum sempat dibersihkan. Bahkan Seunghun sudah siap menyambit dengan sandal rumah, kaget, takut-takut kalau ternyata ada maling masuk rumah.


"APA APA APA?!"

"Kok gue ditinggal sendirian, anying?!" Hyunsuk protes.

"Oh, tai lo, Suk. Ngagetin aja."


Mau balik tidur, kok sudah terlanjur bangun. Masih ngantuk, tapi tak lama kemudian adzan subuh sudah berkumandang.


Gara-gara insiden semalam juga, hari ini, empat belas mahasiswa yang masuk gedung pada waktu yang bersamaan itu jadi jauh lebih was-was dari biasanya. Mereka yang tadinya masuk gedung, menyapa seluruh karyawan jika berpapasan dan langsung menuju meja masing-masing, sekarang jadi lirik kanan kiri dulu setiap kaki melangkah satu kali. Semua sudut ruangan diperhatikan. Bawah kolong meja resepsionis. Pojok-pojok ruangan. Bagian belakang pot. Sudut kamar mandi yang tampak dari luar. Kursi dan sofa untuk tamu yang kosong. Pokoknya, semuanya diperhatikan. Segala hal dicurigai.

Jadi, empat belas orang yang datang bergerombol itu kaya lagi main polisi-polisian. Atau malah, lebih mirip maling cucian tetangga yang pergi mengendap-endap.


Jelas saja sikap mereka semua menarik perhatian siapa pun yang melihat. Tapi, bodo amat lah, namanya juga orang lagi parno. Malu jadi urusan belakangan, yang penting perasaan aman dulu.


Tapi, di antara empat belas mahasiswa itu, hanya satu yang sepertinya tampak lebih tenang dari yang lain. Koeun, yang bahkan dari kemarin sama sekali tidak tampak ikut protes tentang cerita yang baru mereka dengar. Koeun yang lebih memilih untuk diam.

"Eun, bengong aja lo, ngantuk?" Senggol Yena.

Koeun dengan cepat langsung menoleh ke arah Yena dan menggeleng, "Enggak kok, gapapa."

Koeun tersenyum dan Yena cuma ngangguk-ngangguk aja.


Hm.. haruskan Koeun mengatakan ini?


Jika sebenarnya, Koeun sudah merasakan semua itu.


Dan cerita dari penjual nasi goreng semalam, hanya semakin mempertegas, bahwa apa yang dirasakan Koeun selama ini, bukan hanya sekedar perasaannya saja.

Dan cerita dari penjual nasi goreng semalam, hanya semakin mempertegas, bahwa apa yang dirasakan Koeun selama ini, bukan hanya sekedar perasaannya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang