[41] dari bale belakang rumah

1.2K 256 22
                                    

Hari ini memang hari terakhir mereka ada di desa ini untuk memantau jalannya proyek pembangunan jembatan, sebelum esok pagi mereka pulang kembali ke kos, dan menghabiskan minggu terakhirnya magang di Hartawan Group. Tidak banyak lagi yang bisa mereka kerjakan, karena Mas Mino dan Mbak Hana tadi pagi datang dengan beberapa orang dari kantor yang akan menggantikan mereka kedepannya. Jadi ya, empat belas orang ini dari pagi tadi sampai sore ini cuma banyakan santai-santai keliling desa, melihat beberapa tempat yang selama seminggu ini belum pernah mereka kunjungi.

Mereka baru tau kalau di desa ini juga ada beberapa tempat yang bisa dijadikan tempat wisata. Kalau berjalan lebih jauh ke arah selatan, mereka akan menemukan tempat pemandian air panas. Di lain arah, juga ada wisata alam hutam bambu. Dan kalau mau naik lebih jauh ke atas, mereka bisa sampai ke air terjun. Nyesel seminggu ini mereka cuma bolak-balik proyek, rumah sama warteg Bu Ipi.


"Jalan yuk, ke air terjun, foto-foto bentar, biar ada bahan buat pamer." Ajak Doyeon.

Ini sekarang semuanya lagi duduk-duduk di bawah pohon sambil ngabisin pizza yang dibawain sama Mbak Hana.

"Ke sini tuh kerja, Doy, malah pamer." Sahut Seunghun.

"Biar ada bukti aja gue buat ditunjukin ke mama gue." Balas Yena lagi.


Awalnya semua tak begitu menanggapi ide jalan-jalan Doyeon. Tapi, ini masih jam empat sore. Mau balik ke proyek, tapi di sana tidak ada yang bisa dikerjakan. Mau balik ke rumah, halah males, tiap diem di rumah posyandu itu agak lama, pasti ada aja kejadian aneh-aneh.

"Ayo deh, mumpung masih sore. Yang deket aja ya tapi, ke hutan bambu aja." Usul Koeun yang dibalas anggukan serempak oleh yang lain.


Tapi, belum ada dua puluh menit berjalan menuju hutan bambu, di belakang Hyunsuk sudah ngomel-ngomel kecapekan. Memang, tempatnya ternyata lebih jauh dari yang mereka kira, tapi, yang cewek aja masih santai sambil jalan pelan-pelan. Hyunsuk malah sudah protes, minta digendong kalau teman-temannya masih ngotot mau lanjut ke sana. Siapa yang sudi juga gendong Hyunsuk? Bawa diri aja susah, kok mau-maunya nambah beban lagi.

"Ngesot aja dah, Suk." Ucap Lucas asal nyeplos.

Hyunsuk masih jongkok, istirahat, gak mau lanjut jalan.


Arin menatap bolak-balik ke arah Hyunsuk dan dua belas teman-temannya yang lain, "Balik aja, nih? Gak jadi?"

"Yeee! Udah setengah jalan ini. Lanjutlah, ayo."

Berjalan paling depan, Yohan, Yena dan Hyewon jadi yang paling semangat.

Tapi, Hyunsuk malah duduk, senderan di bawah pohon.


"Gue tinggal nih. Tinggal aja."

Yeonjun cuma mau mengancam sebenarnya, biar Hyunsuk yang sudah menghambat perjalanan mereka selama sepuluh menit itu kembali berdiri dan mereka bisa melanjutkan perjalanan.

"Iye, tinggal aja sana." Tapi, Hyunsuk bodo amat, malah rebahan.

Ya gimana, semales-malesnya mereka sama Hyunsuk, sekesel-keselnya sama kelakuan ajaib Hyunsuk, gak mungkin lah mereka ninggal Hyunsuk di sini sendiri cuma buat melanjutkan perjalanan ke hutan bambu. Iya kalau waktu mereka balik, Hyunsuk masih ada di sini. Kalau tidak? Misalnya saja Hyunsuk dibawa ke alam lain. Mau bilang apa mereka sama Papinya Hyunsuk, kalau tau pewaris utama perusahaannya hilang.


Debat. Ribut. Debat. Ribut. Gak penting.

Akhirnya langit sudah semakin gelap. Jarum jam sudah menunjuk angka lima lebih. Sebentar lagi adzan magrib, dan mereka tak mungkin lagi melanjutkan perjalanan menuju hutan bambu. Ujung-ujungnya, balik ke rumah.

anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang