[14] akhir pekan yang ditunggu

1.7K 341 31
                                    

Hari ini sudah memasuki waktu weekend. Hari ini libur, besok pun begitu.

Jadi, buat yang mau pulang boleh. Mau menetap di kos boleh. Mau jalan-jalan seharian keluar boleh. Mau masak-masak terus makan-makan bareng boleh. Mau jungkir balik aja di depan TV juga boleh.

Bahkan, kalau mau bawa keluarga, bawa teman, bawa pacar atau bawa gebetan ke kos juga boleh. Asal tau batas aja, yang belum muhrim jangan sampai dibawa masuk ke kamar juga. Bukan gak boleh, tapi tanggung sendiri akibatnya.


Dari pagi tadi Doyeon sudah sibuk mengepak baju-baju dan hampir semua perlengkapan yang ia bawa. Doyeon weekend ini mau pulang ke rumah, sebenarnya bukan karena Doyeon lagi homesick, tapi karena organisasi remaja masjid di perumahannya lagi sibuk, mengurus acara untuk idul adha. Doyeon yang sudah seminggu ini absen, memutuskan untuk pulang. Sebelum hari minggu besok ia kembali lagi ke kos.

Dan karena Doyeon waktu ke kos diantar sama papanya, Doyeon tidak bawa kendaraan sendiri. Jadilah setelah sholat subuh tadi Doyeon maksa-maksa Seunghun buat nganterin dia pulang. Alasannya karena di dekat sini tidak ada angkutan umum, padahal Doyeon bisa pakai Gojek atau Grab.

Tapi, kan, kalau ada yang gratis, kenapa harus bayar?


Eh, tapi ternyata Seunghun gak bisa. Katanya dia mau stay seharian di kos, karena ada seseorang yang ia tunggu mau mampir ke kos. Paling juga pacarnya.


"Bareng gue aja, sekalian gue juga mau ke luar."

Tawaran Changbin langsung dibalas anggukan semangat oleh Doyeon. Hampir ia mengeluarkan uang enam puluh ribu lebih untuk jasa ojek online.


Tapi, waktu Doyeon masuk ke mobil Changbin, seseorang yang sudah lebih dulu duduk di kursi samping kemudi langsung menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah Doyeon yang baru memasukkan kaki sebelah kirinya.

"Lucas..?"


Lucasnya diam.

Doyeon melirik ke arah tas ransel hitam yang dipangku Lucas, "Mau pulang juga?"

Gantian Lucas yang mengarahkan pandangannya pada Doyeon dan tas bergambar logo Manchester United.


Ah, lambang klub sepak bola itu, Lucas jadi mengingat tentang satu orang di sana...


"Udah semua?"

Changbin duduk di kursi kemudi, lalu menatap Lucas dan Doyeon bergantian.

"Lo berdua berangkat aja deh duluan, kayanya ada barang gue yang ketinggalan-"

"Alesan lo basi, Cas." Potong Changbin cepat.


Lucas yang sudah membuka pintu langsung terhenti. Doyeon yang duduk di kursi belakang cuma diam.

"Karena gue tau, kalo lo tau Doyeon gue ajak bareng, pasti lo kabur, makanya gue gak ngasih tau lo," Potong Changbin cepat, "Cupu lo, Cas."


Sekali lagi, satu kata itu ditunjukkan untuk Lucas. Lagi pula memang benar begitu keadaannya kok, Lucas memang mendadak cupu kalau berhadapan langsung dengan Doyeon. Menghindar sampai sebegitu kerasnya, untuk hal-hal yang tidak begitu penting sebenarnya.

 Menghindar sampai sebegitu kerasnya, untuk hal-hal yang tidak begitu penting sebenarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BANG HANGYOOOLLLLL!!!"

"BANG HANGYUULLL KITA DATANG, NIH!"

"BANG HANGYUL, DEDEK BAWAIN SEMANGKA SAMA MELON DARI BUNDA!"

"BANG HANGYUL, ADEK BAWAIN DUIT DARI AYAH!"

"BANG HANGYOOOLLL!!"


Kalau tidak cepat-cepat melihat Hangyul yang dengan malas berlari ke luar dari kamar, Sihyeon sudah bawa bawa air seember bekas cucian buat disiram ke arah sumber keributan di pintu masuk.

Entah siapa dan dari mana asalnya, dua orang yang berdiri berjejer di pintu depan itu suaranya persis sama ninu-ninu-nya sirine ambulan. Berisik.


"Kok di sini?" Pertanyaan pertama yang keluar dari Hangyul.

"Dedeknya dipeluk gitu, kenapa, udah gak ketemu berapa lama ini."

"Ngusir ya? Ya udah."

Baru saja dua orang itu berbalik pergi, Hangyul sudah menarik kerah baju keduanya dan membawanya masuk ke dalam kos.


"Baru dateng udah bikin ribut, pake teriak lagi," Ucap Hangyul, "Lagian kok gak telepon abang dulu, sih?"

"Biar susurupris hehehe.." Jawab si bongsor berambut panjang itu.

"Abang merasa kaget gak kita dateng?" Tanya yang satu lagi, si bongsor berambut pendek.

Hangyul melirik malas, "Kalo abang bilang gak kaget nanti pada nangis."


"Ke sini naik apa? Dianter?"

Keduanya menggeleng serempak, "Bareng sama Haruto sama Jeongwoo. Mereka juga mau ketemu sama Bang Hyunsuk katanya, ya udah kita nebeng."

Hangyul cuma ngangguk-ngangguk. Lalu ia langsung mengambil begitu banyak bekal yang dibawa, yang Hangyul yakin pasti amanah dari bundanya di rumah. Entah buah apa saja yang dibawa, entah ada berapa tupperware berisi lauk pauk. Padahal kasih duit aja lebih berguna.


"Adek mau liat kamar Bang Hangyul ah."

"Dedek juga. Ikuutt!"

Dan sepersekian detik itu, dua adiknya langsung berpencar dan menghilang begitu saja.


"Dohyon, kamar abang jangan diacak-acak! Wonyoung, kalo mau makan di kamar jangan berantakan!"

Dua adik kembarnya itu memang cuma bikin susah. Kangen, sih. Tapi kesalnya Hangyul kadang sampai memuncak cuma karena ulah dua bocah bongsor itu.

 Tapi kesalnya Hangyul kadang sampai memuncak cuma karena ulah dua bocah bongsor itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang