[17] minggu pagi

1.6K 321 22
                                    

Ini hari minggu, tapi seisi kos malah bangun pagi. Jam tujuh tepat semuanya sudah berkumpul di ruang tengah, menonton acara kartun pagi yang selalu tayang rutin pada hari minggu.

Hangyul menjadi yang terakhir bangun, setelah seharian kemarin dirinya menemani dua adiknya bersama dengan Hyunsuk, jalan-jalan seharian dan malamnya harus kembali mengantar pulang ke rumah.


Tidak ada yang bicara, yang terdengar hanya suara helaan nafas, diselingi dengan suara orang menguap. Sepertinya semuanya hari ini tidak memiliki rencana apa pun. Berdiam diri di kos, sambil makan dan tidur adalah jadwal terbaik yang bisa dilakukan hari ini, sebelum mereka semua harus kembali bekerja esok hari.

Yeonjun dan Hyunsuk masih duduk bersandar di atas sofa. Di samping Arin dan Sihyeon yang saling bersandar di bahu masing-masing. Yena, Seunghun dan Yeri yang kompak bengong, melayang dengan pikirannya masing-masing. Koeun yang daritadi keliling di dapur, sepertinya mencari bahan makanan untuk dimasak. Hangyul yang rebahan di karpet bawah, bersama dengan Yohan di sampingnya, yang sejak tadi cuma berani curi-curi pandang ke arah Hyewon, tidak berani menyapa gadis itu dengan jahil seperti biasa, setelah apa yang terjadi kemarin. Dan Hyewon yang sama sekali enggan, bahkan melirikkan matanya ke arah Yohan pun tidak.


"Gak ada bahan makanan buat dimasak." Lapor Koeun dari arah dapur.

Semuanya menoleh serempak ke arah Koeun.

"Nugget sosis telor apalah, masa gak ada sama sekali?"

"Kosong."


Perut sudah mulai berbunyi, berteriak kelaparan, tapi makanan tidak ada. Jangankan mau masak mi instan, satu kardus yang baru dibeli beberapa hari lalu itu, kini sekarang tinggal bekas sampah bungkusnya saja.


"Jun, lo berangkat sana, beli makan."

Yang sok bossy di sini siapa lagi kalau bukan Hyunsuk. Padahal Yeonjun gak ngapa-ngapain dari tadi, tapi lagi-lagi dia yang kena.


"Kok gue?"

Iya, minggu pagi gini, serajin-rajinnya Yeonjun, mager juga lah pasti.


"Lo yang duduknya paling deket sama pintu. Jalan sana, keburu laper gue."

Alasan yang masuk akal tapi tidak bisa begitu saja diterima, tapi kalau sudah Hyunsuk yang ngomong, lebih baik jangan dilawan, kalau tidak mau akhirnya jadi capek sendiri.


"Pada mau nitip apa-"

"GUE SOTO AYAM!"

"BUBUR AJA!"

"NASI UDUK, JUN, NASI UDUK!"

"NASI KUNING AJA KALO ADA!"

"KETUPAT OPOR, LONTONG SAYUR!"

PECEL AJA GUE PECEL!"

"GORENGAN SAMA TEH ANGET UDAH PALING NIKMAT!"

"JANGAN LUPA KERUPUK!"

Giliran udah gini aja, semuanya pada semangat. Disuruh jalan sendiri gak mau, kalo nitip aja langsung berapi-api.


"Ya terus gue bawanya nanti gimana?"


"Yeri ikut, Yer."

Hyunsuk lagi.


"Kok jadi gue."

"Sekarang lo yang duduknya paling deket sama pintu."

Padahal cuma alasan bodonya Hyunsuk, tapi malah pada iya-iya aja.


Dan berakhirlah Yeonjun yang cuma pakai celana pendek sama kaos oblong, dilapisi dengan sweater berjalan bersama dengan Yeri, yang masih mengenakan setelan piyamanya dengan cardigan abu-abu. Sandal jepit memang menjadi teman wajib yang menemani di minggu pagi.

"Tadi pada nitip apa aja?"

Yeonjun langsung berhenti berjalan, menoleh ke arah Yeri, lalu menggeleng, "Masa gue inget, pesenannya tiap satu orang beda begitu."

"Beliin bubur sama nasi uduk ajalah ya, yang deket."

Yeonjun cuma mengangguk mengikuti.


"Eh, emang bener lo kemarin berantem sama Seunghun?" Tanya Yeri tiba-tiba, selagi mereka menunggu pesanannya jadi.

Yeonjun kembali menolehkan kepalanya pada Yeri dan menatapnya bingung, "Berantem apa?"

"Iya, kan, katanya lo sama Seunghun dulu rebutan..-"

"Enggak. Kata siapa." Potong Yeonjun cepat.

Yeri langsung tertawa sungkan, "Ah dasar Yena gosipan mulu."


Yeonjun tak lagi membalas perkataan Yeri.

Hening.


Yeri masih tertawa mengusir suasana canggung, karena jujur saja, Yeri masih belum begitu akrab dengan Yeonjun, dibandingkan dengan yang lain. Karena, ya, Yeonjun tidak pernah bicara jika tak ada yang memulainya lebih dulu. Dan selama ini Yeri pun tak ada niatan untuk membuka percakapan lebih dulu dengan Yeonjun. Buat apa juga, kan?


Tanpa Yeri sadar, sedar tadi Yeonjun tak melepaskan pandangan dari wajahnya. Tawa canggung itu.

Manis.

Lagi-lagi..

Memang sebuah rasa, entah hanya sekedar ketertarik pada seseorang atau rasa suka yang sebenarnya, bisa muncul secepat ini.

Memang sebuah rasa, entah hanya sekedar ketertarik pada seseorang atau rasa suka yang sebenarnya, bisa muncul secepat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
anak kos komplek utara― 1999' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang