Bagian Tiga

8.2K 277 1
                                    


Mobil Maserati putih itu terparkir dipinggir jalan dengan lampu sen yang menyala. Jalan protokol sedang ramai, karena jam makan siang baru saja usai. Para pekerja yang baru saja selesai mengisi perut berlalu lalang memadati jalan untuk kembali ke kantor masing-masing dan kembali bergulat dengan pekerjaan pada jam-jam malas seperti ini. Dan disinilah Louis sekarang, berdiri di trotoar jalan, dengan kaca mata hitam bertengger diatas hidung, tangan terlipat rapat didepan dada, pandangan lurus kedepan pada mobil sedan sport putih yang mogok. Louis mendengus. Katanya mobil mahal, mobil berkelas, belum sampai dua bulan sudah mogok, jangan-jangan Bobby sengaja membelikannya mobil second, mengingat harga mobil itu yang bisa dibilang tidak murah dan hanya segelintir orang saja yang memakai itu. Kata Bobby hanya ada sekitar 5 orang diseluruh Indonesia yang memiliki mobil serupa dengan Louis, entah karena harga yang lumayan fantastis atau karena merk mobil itu sendiri belum begitu familiar ditelinga orang Indonesia. Tapi untuk kalangan artis papan atas pasti tau lah seperti apa Maserati itu. Memang tak semahal dan sekeren porsche, tapi dengan mengendarai itu cukup membuat Louis terlihat bahwa dia bukan dari kalangan keluarga yang sembarngan. She is rich.

Mahendra Group merupakan pengembang yang mempunyai sekaligus mengolah proyek pusat perbelanjaan, perkantoran, kawasan industri, apartemen hingga hotel. Almarhum papanya, Bagas Mahendra mendirikan perusahaan tersebut berdua dengan sang adik Hardin Mahendra.  Mendirikan perusahaan tentu bukan hal yang mudah bagi sebagian orang, dibutuhkan keberanian dan mental yang kuat untuk memulainya. Juga butuh kerja keras dan usaha yang tidak main-main. Hingga kerja keras dan usaha itu menghantarkan Mahendra group menjadi perusahaan properti yang ada di Indonesia masuk dalam kategori kelas kakap.

Tiba-tiba, ada jemari kecil yang menarik-narik bawah dress hitamnya. Reflek Louis mundur selangkah karena kaget. Sosok kecil ringkih dengan kulit kotor dipenuhi debu kembali mendekat pada Louis. Menarik-narik ujung dressnya lagi. Tangannya menengadah. Netranya menatap Louis memelas, minta dikasihani.

"Mbak, minta uang, belum makan." Suara kecil itu terdengar pelan.

Louis cuek. Tak perduli. Kembali melipat tangan didepan dada dengan pandangan lurus kedepan. Merasa tak mendapat respon, bocah kecil pengemis itu kembali menarik dress Louis. Memaksa meminta uang. Seperti yang diucapkan pengemis kecil tadi, minta uang buat makan.

"Ibu, saya sudah menghubungi Bapak Bobby, sekarang sudah ada dijalan, sebentar lagi sampai dan bagian showroom yang akan mengurusi mobil Ibu, Eh?" Linda menghentikan ucapannya saat menyadari pemandangan didepannya. Ada anak kecil yang sedang meminta-minta sambil menarik dress bos nya itu. Sedang bos nya cuek saja. Sama sekali tidak perduli. Menganggap makhluk kecil kucel itu tidak pernah ada. Mode patung es sedang aktif. Rasa iba langsung menghampiri, Linda membuka tas, mengambil dompet, dan mengeluarkan selembar lima puluh ribuan.

Anak kecil itu langsung menyambar uang yang dijulurkan Linda dengan wajah berbinar senang. Lalu ucapan terimakasih meluncur dengan cepat dari bibir kering itu. Belum sampai satu detik bocah kecil itu sudah berlari pergi menjauh dengan senyum lima jari. Terlalu bahagia karna mendapat uang dengan gambar perdana menteri Indonesia ke-10 Djuanda Kartawidja. Biasanya yang didapat hanya uang logam receh bergambar burung garuda danLetjen TNI T.B Simatupang, alias 500 rupiah.

"Gak usah sampai segitunya sama orang asing Lin."

"Gak apa-apa bu, kasihan." Linda kembali memasukkan dompet kedalam tasnya. "Itu bukan orang asing bu, hanya anak kecil yang minta-minta."

"Ya apa bedanya? Kita gak kenal dia, dia juga gak kenal kita."

Linda menghela nafas. Susah memang menghadapi atasan yang satu ini. " Kasihan bu, masih kecil sudah jadi gelandangan. Dia juga gak minta dilahirkan untuk jadi gelandangan. Memang, harus kenalan dulu supaya bisa membantu ya bu?  Harus menjadi akrab dan saudara dulu baru bisa saling membantu?" Linda bertanya dengan nada enteng.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang