Bagian dua puluh tiga

5.1K 189 0
                                    


Ruangan luas itu begitu sempurna. Konsep modern diberbagai sudut ruangan serta furniture yang serba mewah memberikan nuansa glamour dan elegan. Meja bundar berlapis taplak coklat dikelilingi kursi dengan warna serupa tertata rapi memenuhi ruangan, jarak antara meja dibuat sedikit jauh untuk menjaga privasi satu sama lain. Type function room khas orang kaya. Tamu yang hadir pun bukan dari kalangan orang sembarangan. Setiap helai kain yang melekat di tubuh mereka pastilah memiliki harga yang fantastik.

Mereka saling bertegur sapa bertanya kabar, saling melempar senyum kemudian melanjutkan obrolan basa-basi seputar keseharian mereka. Namun tidak dengan Alan. Lelaki itu duduk bak patung es di kursinya. Tangannya terlipat didepan dada. Mata elangnya menatap tajam pada wanita didepan sana. Yang sedang sibuk menyalami tamu dan menyapa mereka satu persatu. Sang sekretaris selalu setia menemani. Senyum ramah tak pernah pudar dari bibirnya. Senyum yang dipersembahkan untuk tamu-tamu itu, bukan untuknya. Jangankan senyum, netra indah wanita itu tak sudi menatapnya barang sedetik pun.

Rambut terurai lurus sebahu. Dress putih off shoulder membalut tubuh indahnya. Polasan make up natural semakin menambah aura kecantikannya. Warna lipstik merah sedikit gelap dibibir memberikan kesan sexy dan angkuh. Menonjolkan kharisma seorang Louis.

Alan meneguk air putih digelasnya. Ia butuh sesuatu yang menyegarkan untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Pikirannya boleh kacau. Dadanya boleh bergemuruh bagai suara bedug. Tapi ia tak boleh lepas kendali. Keep calm. Bermain cantik saja. Kita ikuti permainan yang akan Louis mainkan.

Suara MC mulai menyapa para tamu. Pertanda acara akan segera dimulai. Louis berjalan menuju meja diikuti Om Hardin dan tante Wanda. Tante Wanda sudah duduk manis disamping Bella. Menyapa Alan yang dijawab ramah oleh Alan. Sementara Om Hardin masih dimeja Louis. Terdengar suara Louis yang memperkenalkan Radit. Kemudian giliran Farrel dan Dhira menyapa Om Hardin. Mereka berlima tampak akrab mengobrol satu sama lain sambil sesekali tertawa. Hingga akhirnya Om Hardin duduk di kursinya. Tepat di sebelah Alan.

"Loh, ini dokter Alan kalau tidak salah ya?"

Alan mengangguk sambil tersenyum. Lalu menyalami Om Hardin."Iya Om, saya Alan."

Om Hardin menjabat tangan Alan. Raut kekaguman terpancar di wajah Om Hardin. Lalu ditepuknya bahu Alan akrab."Setelah acara ini selesai, kita harus bicara. Berdua. Antar sesama pria,"suara Om Hardin sedikit berbisik saat mengatakannya.

Alan hanya tertawa renyah menanggapi ajakan itu. Kita berdoa saja, semoga tidak ada keributan sampai acara ini selesai. Alan kembali duduk anteng dikursinya. Keluarga Bella benar-benar welcome pada Alan. Mereka sangat hangat dan bersahabat.

Acara terus bergulir. Layar proyektor didepan menampilkan profile perusahaan Mahendra Group, mulai dar visi misi, struktur jabatan,  keunggulan dan banyak lagi. Entahlah, Alan sangat tidak berminat untuk mendengar dan melihat semua itu. Seluruh minat dan perhatiannya sudah tersedot oleh Louis yang tetap acuh padanya.

Sementara di meja Louis. Radit merasa seperti buronan internasional yang diintai setiap gerak gerik nya oleh agen FBI. Yah, anggap saja dia mafia dan Alan agen FBI itu. Lirikan mata yang mengalahkan tajamnya segala jenis benda bermata dua dengan sisi sama tajam itu sungguh membuat Radit risih.

"Emh, Louis… kamu benar gak apa-apa?"bisik Radit pada Louis.

"Kenapa memangnya dok?"

"Saya ngeri lihat Alan,"ujarnya."Pasti setelah ini dia langsung begal saya,"tebak Radit yakin.

Louis tersenyum kecil."Jangan diperdulikan dok, setelah ini, saya yang akan bicara dengan Alan."

Radit mengangguk-angguk percaya. Lagi-lagi ia terjebak dalam kondisi ini. Tapi kali ini Radit melakukannya dengan sadar. Saat Louis memintanya untuk datang ke acara ini, ia sudah tahu konsekwensi apa yang akan didapat. Ia sudah siap dengan segala resiko sebagai tameng Louis. Ia hanya tidak tega melihat Louis memelas memohon meminta bantuannya. Ia juga berjanji bahwa ini yang terakhir akan meminta bantuan Radit.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang