Alan memencet tombol lift dengan tidak sabar. Sesekali ia berdecak sambil mengumpat tk jelas. Ia merasa heran dengan dirinya sekarang, sejak semalam dirinya sering sekali emosi. Sebentar-sebentar mengumpat. Sebentar-sebentar berdecak kesal. Sebentar kemudian mendengus keras. What happen with me? Padahal ia termasuk tipe orang yang paling bisa mengontrol emosi. Maklumlah, dokter saraf. Jadi sudah faham bagaimana cara mengendalikan saraf-saraf di otaknya."Eh dokter Alan,"Sapa suster Fira saat pintu lift sudah terbuka. Fira, salah satu suster di departemennya." Mau ke kantin dok?" tanya Fira lagi. Karena ini sudah masuk jam makan siang.
"Makan siang saya skip dulu Fir." Alan memencet angka 8 pada tombol samping pintu. Ruang VVIP. Fira hanya diam tidak bersuara lagi sampai pintu kembali terbuka dan Alan melangkah keluar dengan langkah lebar-lebar.
Seperti dugaannya, didepan pintu bertuliskan VVIP 03 si supir yang semalam Alan tahu namanya adalah Bobby, berdiri tegak masih dengan memakai setelan jas lengkap. Kaku sekali. Saat Alan hendak masuk Bobby malah menghalangi pintu. Jangan bilang mau ngajak rebut-rebutan seperti semalam lagi.
"Saya harus mencegah majikan kamu itu supaya tidak meninggalkan rumah sakit sekarang. Kamu tahu gimana kondisi dia sekarang?" Alan tak lagi menggunakan Anda pada Bobby. Cieeh mau mencoba mengakrabkan diri ya? " Majikan kamu sekarang itu sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk keluar dari kamar ini." Tadi setelah Alan mencoba bertanya keadaan Louis pada perawat yang menanganinya, jawaban perawat itu malah membuat Alan kesal bukan main. Wanita itu sudah selesai mengurusi administrasi dan sekarang sedang siap-siap untuk cek out dari rumah sakit. Saat Alan bertanya dengan nada tinggi pada perawat kenapa hal itu bisa terjadi dan siapa yang memberinya izin, perawat itu langsung menjawab takut bahwa itu adalah perintah langsung dari direktur. Ck, emang dia siapanya direktur? Dia siapa sampai punya akses berhubungan langsung dengan direktur tempatnya bekerja. Dan setahu Alan, Alan kenal dekat dengan orang-orang disekitar direkturnya, tapi tidak ada satupun yang bernama Louis.
Alan memberi isyarat dengan mata pada Bobby untu minggir. Ia mau masuk. " Sudah, serahkan saja sama saya. Saya ini dokter, jadi saya tahu apa yang harus saya lakukan. Kamu tidak mau majikan kamu itu kenapa-napa kan?"
Bobby galau sejenak. Ia memang tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Nona nya itu. Tapi mengingat Louis memiliki temprament buruk tentang orang asing Bobby malah kembali menegapkan badannya.
Ck." Saya cuma mau ngecek kondisi dia saja. Gak lebih. Kalau kondisinya memang memungkinkan untuk pulang, pasti saya ijinkan pulang. Saya juga tidak akan macam-macam. Saya hanya tidak mau ada hal buruk terjadi sama majikan kamu. Saya harus memastikan kalau majikan kamu benar baik-baik saja."
Ucapan Alan membuat Bobby luluh. Pelan ia menggeser tubuhnya kesamping. Membiarkan dokter itu masuk.
"Kamu tunggu disini saja. Tidak usah ikut masuk kedalam."
Alan langsung mengunci pintu itu saat dirinya sudah benar-benar berada didalam kamar Louis. Menghindari suatu hal yang tak diinginkan terjadi. Tampak Louis sedang mengikat rambutnya asal saat Alan berjalan menghampirinya. Matanya menatap Alan dengan tatapan datar bercampur heran.
"Siapa yang suruh kamu melepas infus ini?"Tanyanya melihat jarum dan selang infus tergantung disebelah kasur.
"Maaf, anda siapa?"
Masihkah itu menjadi pertanyaan penting sekarang? Sudah jelas-jelas ada jas putih yang bertengger gagah di tubuhnya. Dan dia masih bertanya dirinya siapa.
"Saya dokter. Jas putih ini sudah cukup menjelaskan siapa saya."
"Dokter yang menangani saya dokter Radit. Bukan… " Louis melirik name tag Alan."Alan." sambungnya kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)
Romans" Aku dokter, aku yang akan merawatmu. Kamu harus sembuh. Apapun yang terjadi, aku akan membuatmu sembuh." ~Alan Arkana Sp.BS~ " Justru karena kamu dokternya, makanya aku tidak ingin sembuh." ~Louis Aurestella Mahendra~ Follow dulu yess sebelum memb...