Bagian lima belas

5.3K 249 2
                                    


Didapur, Louis mencoba menggabung potongan puzzle dikepalanya hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Kenapa mereka bisa saling kenal? Kenapa Alan tidak pernah bercerita tentang Bella padanya? Pertanyaan itu berputar-putat dikepala Louis. Melihat senyum sumringah Bella, wajah Bella yang begitu mendamba Alan, tangannya yang melingkar sempurna dilengan Alan, tanpa sadar Louis mencengkram sendok ditangannya geram. Ia merasa dikhianati. Ia merasa sudah dibohongi selama ini oleh Alan. Ingin rasanya ia pergi keluar sekarang juga, menghampiri Alan lalu memaki makinya. Tenang, tenang, sabar dulu, kita harus temukan kanta kucinya dulu sebelum menyerang Alan tiba-tiba. Louis mensugesti dirinya sendiri. Bagaimana sebenarnya mereka bisa saling kenal?

Alan seorang dokter. Bella sakit. Dan dirinya bertemu dengan tante Wanda dirumah sakit yang sama. Jangan-jangan. Mata Louis melebar. Ia ingat Bella pernah mengakatan kalau ada dokter dirumah sakit yang sangat disukainya. Penyakit Bella adalah tumor otak dan Alan adalah dokter dibagian saraf. Berarti dokter yang disukai Bella…

Louis membuka handphonenya cepat. Beberapa panggilan tak terjawab dari Alan dan chat darinya.

Dokter Alan. 14.00. Read.
Aku lupa bilang kalau nanti aku diundang ke acara ulang tahun Bella. Arabella Mahendra, dia itu sepupu kamu kan? Aku ingin bicara soal ini dari kemarin, tapi selalu lupa kalau lagi sama kamu, habisnya seluruh fokusku bahkan duniaku pun teralihkan sama kamu😚

Kepala Louis pening seketika. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang harus dilakukannya sekarang? Panggilan masuk, dari Alan. Louis mengabaikannya. Ia panik sendiri ditempatnya. Tung, satu pesan masuk.

Dokter Alan. 20.10.Read.
Kamu dimana? Aku cari mulai tadi gak ketemu. Cuma ada Farrel dan sahabat kamu disini.

Louis semakin panik membaca pesan itu. Jadi mereka semua sedang berkumpul diluar sana? Haruskah ia kabur saja dari tempat ini? Perut Louis mules seketika. Jantungnya berdegup sangat kencang. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan sekacau ini. Ia bukan tipe orang yang gampang panik dan gugup saat dihadapkan dengan sesuatu, tapi sekarang? Nama Alan kembali muncul dilayar hapenya. Louis menarik nafas berkali-kali sebelum melangkah keluar dengan percaya diri.

Alan tersenyum dan berdiri menyambut kedatangan Louis. Wajahnya berseri dibawah cahaya lampu, rambutnya yang disisir rapi terlihat basah karena gel, setelan tuxedo hitam membuat Alan terlihat gagah malam itu. Terlepas dari jas dokter yang selalu dipakainya setiap hari.

Louis meletakkan piring berisi makanan didepan Farrel. Dhira menarik ujung dressnya seraya berbisik."Dia dokter Alan, lo tega banget ya kabar sebhagia ini masih lo sembunyikan dari gue."sungut Dhira. Louis tak menanggapi. Matanya mencari-cari sosok Bella. Dilihatnya Bella sedang asyik berfoto bersama teman-temannya. Sepertinya acaranya tiup lilin sudah selesai. Karena Louis melihat para tamu mulai menyantap menu utama. Dan sepertinya Bella memang sengaja menunggu kedatangan Alan untuk memulai party nya. Louis merasa panas didadanya.

Alan membuka mulut, hendak menyapa Louis namun urung saat tangannya ditarik oleh Louis dan membawanya jauh dari kerumunan. Louis melepaskan tangan Alan bersamaan dengan nafas yang keluar dari mulutnya dengan keras.

"Ada apa?"tanya Alan kemudian."Kenapa buang nafas sampai sekeras itu? Ini juga ngapain kamu bawa aku kesini?"

"Sebenarnya, apa yang sedang coba kamu lakukan sekarang?"

Bingung membingkai wajah Alan."Aku? Memang apa yang sedang coba aku lakukan sekarang?"Alan balik bertanya.

"Kenapa kamu gak bilang kalau kamu dan Bella sudah saling kenal? Kenapa kamu gak cerita  tentang hal sepenting ini sama aku?"Louis bertanya dengan wajah tertekan.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang