Bagian delapan belas

4.9K 215 6
                                    


Disinilah mereka sekarang. Disebuah restoran shabu-shabu dengan aneka macam daging, beberapa jenis seafood dan tentu saja sayuran tersaji di meja lebar dengan tiga kursi yang diisi oleh Alan, Louis juga Bella. Louis menghela nafas. Tadi, saat dirinya sudah berhasil lolos dari ruangan Alan, lagi-lagi dirinya bertemu dengan Bella dikoridor. Bella memaksa Louis untuk ikut serta makan bersama, Louis menolak dengan alasan sedang banyak kerjaan dikantor. Tapi Bella kembali memaksa dengan dalih untuk memenuhi janjinya mengenalkan Alan secara langsung padanya. Mau tidak mau Louispun mengiyakan ajakan Bella itu. Tentu saja dengan hati yang terpaksa. Ah, mengapa dirinya selalu lemah saat berhadapan dengan Bella?

Bella sedang menawari Alan ingin merebus daging yang mana, Alan langsung menunjuk wagyu, beberapa seafood dan sayuran. Bella mengangguk, dengan senang hati merebus satu persatu pilihan Alan tadi. Sedang Louis  menyumpit udang yang sudah direbusnya, mencelupkannya kedalam saus dan melahapnya sambil memandang kedua orang didepannya dengan wajah datar. Namun tidak sama dengan yang dirasakan hati Louis. Hati itu serasa mendidih seperti kuah sup di panci atas kompor listrik itu melihat Alan dan Bella dengan akrabnya berbincang, meski sesekali Alan melirik dan tersenyum padanya.

Alan menyendok sayuran wortel, bok coy, kol dan jamur kedalam mangkoknya lalu disodorkan kepada Louis tanpa berucap sepatah katapun.

"Louis gak suka sayuran dok,"kata Bella disela kunyahannya.

"Oh ya?"tanya Alan pura-pura tidak tahu. Padahal ia sudah tahu fakta itu. Hanya ada satu sayuran yang bisa Louis makan, yaitu timun. Selain itu, no."Padahal sayuran itu menyehatkan. Banyak manfaatnya untuk tubuh."entah kalimat itu ditujukan pada siapa, yang jelas Louis meraih hape dan mulai mengetik disana.

Alan menahan senyum melihat wajah bad mood Louis. Meski wanita itu tetap berusaha bersikap tenang dan biasa, beberapa dengusan dan berkali-kali helaan nafas sudah menunjukkan bahwa wanita itu sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ingatan Alan kembali pada kejadian tadi pagi, saat Bella sudah pergi dari ruangannya.

"Hebat bnget kamu, dua wanita sekaligus menghampiri kamu pagi ini,"Louis tersenyum sinis seiring pandangan mengejek menghujam kearah Alan.

Alan melongo ditempatnya.

"Ini masih pagi, belum sampai jam delapan. Tapi dua wanita itu sudah semangat datang ke ruangan kamu. Yang satu nagih oleh-oleh, yang satu lagi ngajakin lunch. Wah,"Louis bertepuk tangan sendiri.

"Kamu kenapa sayang?"tatap Alan ngeri pada Louis.

"Aku salut aja sama kamu,"Louis menyisir rambut dengan jari tangannya. Lalu memasang jepit dengan permata putih dibagian kiri rambutnya.

"Salut apa? Memang aku ngapain?"tanya Alan semakin tidak mengerti.

Bukannya menjawab, Louis malah meraih tas dan bersiap pergi.

"Mau kemana??"cegah Alan, menarik tangan Louis.

Louis menepis tangan itu kasar."Gak usah pedulikan aku, mandi saja sana, pakai baju yang rapi, kasihan Bella nanti jamuran nungguin kamu."

Alan paham seketika. Ia tertawa mendengar nada suara judes Louis."Kamu cemburu?"

"Nggak."

"Iya."

"Nggak. Jangan sok tahu kamu."

"Aku emang tahu kok,"

"Aku-sama-sekali-gak-cemburu."

"Ya udah jangan marah-marah kalau gak cemburu!"

"Aku gak marah-marah!!"

"Itu lagi marah, matanya sampai melotot gitu."

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang