Bagian Sepuluh

5.5K 267 6
                                    


Hal pertama yang Louis lihat adalah atap berwarna putih. Infus. Lalu wajah Farrel dan Bi Rum yang memanggil namanya bersamaan. Lagi-lagi dirumah sakit.

"Sudah bangun kak? Gimana keadaan kaka? Sudah enakan?" Farrel bertanya khawatir."Mau minum?" Tawarnya. Louis mengangguk. Farrel segera mengisi gelas dengan air dan membubuhinya dengan sedotan. Sedang Bi Rum keluar memanggil dokter."Ini sudah dua kali kakak pingsan, bahkan kali ini lebih parah dari yang kemaren. Sekali ini aja tolong ikuti kata dokter. Demi Farrel."

Louis tak menjawab. Hanya kembali memejamkan mata. Kepalanya masih sakit. Begitupun dengan dada dan beberapa tulang di lengan, pinggul serta kaki. Ini kenapa jadi nyeri semua badan? Dirinya berakhir disini bukan karena kecelakaan kan? Karena seingatnya ia masih sehat-sehat saja saat pesawat yang ditumpanginya bersama Dhira dan Kenzi Landing di Bandara Soekarno Hatta. Lalu mereka berpisah karena ia harus segera kekantor diantar Bobby. Setelah itu dirinya tidak ingat apa-apa lagi.

"Kaka kenapa Rel?"Louis bertanya lemah.

"Pingsan ditoilet Bandara."

Benarkah?Bukannya ia sudah didalam mobil bersama Bobby? "Gak ada hal aneh terjadi kemarin kan?"

Farrel menggeleng."Seperti biasa, Bobby selalu bisa melindungi kaka."

Louis bernafas lega. Setidaknya sekarang ia aman meski tidak tahu kronologi kejadian dibandara.

"Kamu gak sekolah?" Louis bertanya lagi setelah melihat jam didinding, jam satu siang.

Farrel menggeleng."Ijin pulang duluan tadi. Disuruh nemenin kaka disini sama dokter. Eh ngomong-ngomong dokter itu siapanya kaka?" Farrel sedikit memajukan kepala pada Louis. Bertanya serius dengan suara sedikit berbisik.

"Dokter siapa?"

"Ada, dokter ganteng. Kalau gak salah namanya dokter Alan. Dia teriak-teriak hebok di UGD. Farrel juga kena semprot semalem karena biarin kaka sendirian di UGD, padahal Farrel cuma ke kamar mandi sebentar. Bobby sibuk urus administrasi. Dia ini kenapa? Kenapa dibiarin sendirian disini? Suster!! Gitu kak," Farrel mencibir kemudian."Dokter terlebay yang pernah Farrel temui."

Louis menghela nafas. Ia masih ingat dengan nama itu. Kenapa harus rumah sakit ini lagi? Memang hanya ini satu-satunya rumah sakit diJakarta? Rutuknya dalam hati.

Tak berapa lama dokter Radit bersama seorang suster memasuki kmar Louis setelah mengucapkan permisi terlebih dulu.

"Disuntik dulu ya ibu," Kata suster Lia seraya menyiapkan alat suntik.

"Selamat siang, apa kabar ibu Louis?"Tanya dokter Radit ramah."Bagaimana keadaannya sekarang? Ada yang dikeluhkan?"

Louis tak menjawab hanya menggeleng. Ingin cepat keluar dari tempat ini.

Sebelum disuntik, suster Lia terlebih dulu melakukan tensi darah.

"90/100 dok."Lapor suster itu.

"Alhamdulillah sudah normal ya, semalam tekanan darahnya dibawah 90. Ibu jangan beraktivitas dulu selama tiga hari kedepan. Agar kondisi ibu pulih dengan baik."

"Iya dok, kaka saya ini kadang memang bandel, susah kalau dikasi tahu."Timpal Farrel.

Dokter Radit tersenyum. Sementara si suster mulai menyuntikkan beberapa cairan kedalam infus Louis.

"Makanya, tugas kamu adalah menjaga kaka kamu ini supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi. Kalau masih bandel juga, laporin ke saya saja."Kata dokter Radit pada Farrel. Aura  keakraban terlihat diantara keduanya. Sementara Louis hanya diam. Sama sekali tidak berniat bergabung dalam pembicaraan itu.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang