Media televisi swasta serempak menyiarkan berita yang sama. Gempa Lombok. Itu adalah berita terhangat yang diberitakan di televisi."Gempa Bumi ini berpusat disekitar wilayah perbatasan Lombok Utara dengan kabupaten Lombok Timur. Setelah gempa utama dengan kekuatan 7,0 skala ritcher gempa bumi ini ditanyatan berpotensi Tsunami oleh BMKG sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah pantai Lombok Utara, Lombok Barat bagian Utara, dan Lombok Timur bagian utara. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 295 orang meninggal dunia, 1.033 luka berat dan 270.168 warga mengungsi."
Alan menutup agenda hitam ditangan saat senior didepan memberikan waktu tiga jam untuk berkemas. Ya, dirinya akan pergi ke Lombok untuk menjadi salah satu relawan bagi korban bencana alam yang melanda wilayah timur bagian Indonesia itu. Tim relawan dibentuk secara mendadak setelah berita tentang gempa bumi itu resmi diliris, ia juga harus segera berangkat ke medan pusat bencana secara mendadak. Semua serba mendadak.
Sesampainya diruangan, Alan dibuat kaget dengan tumpukan kantong belanja memenuhi ruangannya. Sementara Louis berdiri didepan Inceess sambil memberinya makan?
"Ini apa?"Alan membuka satu persatu kantong belanja itu. Ada pakain, perlengkapan mandi, vitamin dan perlengkapan p3k. Alan tertawa geli."Ini buat apa?"Alan berjalan menghampiri Louis.
"Itu, aku gak tahu isinya apa saja. Tadi aku langsung suruh Linda untuk belanja kebutuhan kamu waktu selesai terima telpon dari kamu."tangan Louis berhenti memberi makan Inceess.
"Aku kesana bukan mau liburan,"Alan mengajak Louis untuk duduk."Aku mau pergi bertugas."
"I know,"Louis menganguk-angguk mengerti."Itu untuk kamu, kebutuhan kamu selama disana. Kamu gak boleh sakit. Harus jaga kesehatan. Jangan terlalu lelah,"rasanya suara Louis tercekat ditenggorokan saat mengatakan itu. Akan berpisah dengan Alan membuat perasaannya berubah melow.
"Jangan baper ah,"Alan menjawil hidung Louis.
"Aku gak baper,"kilah Louis. Mengusap hidung yang baru dijawil Alan."Ini bentuk perhatian aku sama kamu."lalu kepalanya menunduk. Tangannya memilin ujung jas Alan.
Sebenarnya Alan tidak mau berpisah denga Louis. Tidak bertemu berhari-hari pasti akan terasa berat. Tapi jiwa kemanusiaan dalam dirinya terpanggil untuk melakukan itu. Ditatapnya wanita yang masih menunduk dihadapannya itu. Ah, setelah ini pasti akan terasa berat. Alan mengangkat dagu Louis. Menatap tepat pada manik matanya."Can i kiss you?"pinta Alan dengan suara sedikit mendesah.
Louis tak menjawab. Hanya menatap netra hitam pekat yang seakan membiusnya. Lalu beralih pada bibir Alan. Louis merasa ada sesuatu yang menyengat badannya. Kedua tangan Alan menangkup pipi Louis, membawanya mendekat lalu melabuhkan bibirnya disana. Basah, hangat, kenyal dan lembut. Louis memejamkan mata. Menikmati kuluman lembut bibir Alan. Alan merasa darahnya berdesir hangat. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk melakukan lebih, lebih dari sekedar kuluman-kuluman lembut. Lalu alarm dalam kepalanya tiba-tiba berbunyi, menyentaknya untuk segera kembali ke alam sadarnya. Alan menarik bibirnya. Menghentikan ciuman itu. Dahinya tertempel didahi Louis. Nafasnya sedikit terengah akibat hampir kekurangan oksigen. Sedang Louis masih memejamkan mata. Ada perasaan tidak rela saat Alan menghentikan ciumannya.
"Kita... Kita nikah dulu supaya bisa naik ke level selanjutnya."
Louis langsung mesem-mesem. Memangnya COC sampai pakai istilah naik level?, Wajah Louis memerah sempurna. Digigitnya bibir bawah menghalau debaran mematikan di dada.
"Jangan digigit,"Jari Alan mengelus bibir bawah Louis."Bagian favorit aku gak boleh sampai luka."
Duuuuh, tenggelamkan saja Louis kerawa-rawa sekarang juga. Adek gak kuaaat baaang. Ayo kita ke KUA sekarang juga. Louis memundurkan badan sambil berdeham berkali-kali, mengusir rasa malu dan gugup itu."Kamu... Kamu gak mau beres-beres emang? Nanti ditinggal rombongan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)
Romance" Aku dokter, aku yang akan merawatmu. Kamu harus sembuh. Apapun yang terjadi, aku akan membuatmu sembuh." ~Alan Arkana Sp.BS~ " Justru karena kamu dokternya, makanya aku tidak ingin sembuh." ~Louis Aurestella Mahendra~ Follow dulu yess sebelum memb...