Bagian dua puluh

5.2K 212 1
                                    


"Itu siapa Lou? Mobil kamu mau dibawa kemana?"Bella bertanya sambil menghampiri Louis setelah mobil yang dibawa Alan melaju meninggalkan halaman depan rumah.

"Bobby,"sahut Louis setenang mungkin."Ada urgent sedikit di kantor, aku suruh dia untuk cek keadaan disana."

Dahi Bella berlipat,"Bobby ya? Bukannya Bobby ada didalam? Tadi aku lihat dia masih disana?"Bella menunjuk ke dalam rumah Louis dengan bingung."Kapan dia keluarnya?kok aku gak lihat?"

"Karena mendadak dan buru-buru, mungkin dia keluar lewat pintu samping,"jawab Louis cepat. Bella mengernyit. Merasa aneh dan bingung dengan jawaban Louis.

"Masa sih?"Bella tidak percaya begitu saja. Padahal jelas-jelas tadi, sebelum dia keluar, dia melihat Bobby disana. Didapur, sedang mengambil air minum di kulkas.

Melihat wajah kebingungan dan rasa tidak percaya atas alasan yang baru saja dilontorkan, Louis mendekati Bella, merangkul lengan dengan seribu senyum manis diwajah."Kamu ngapain malam-malam kesini Bell? Tumben,"tanya Louis mencoba mengalihkan pembicaraan. Berharap pertanyaan itu benar-benar bisa mengalihkan perhatian Bella.

"Oh iya,"Bella menepuk tangannya sekali."Aku ada kabar gembira buat kamu,"mata Bella berbinar saat mengatakannya.

Louis mengangguk beberapa kali, meminta Bella untuk segera memberitahunya perihal kabar gembira itu.

"Aku lulus Lou, aku lulus sidang skripsi dan bentar lagi aku akan wisudaaaaaa,"Bella melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil. Louis mengucapkan selamat dengan senyum bahagia. Lalu merekapun berpelukan. Ucapan selamat dan kata syukur masih mengalir dari bibir Louis. Sungguh ini kabar yang sangat menggembirakan. Namun kegembiraan itu perlahan menyusut saat metanya terpaku pada cincin di jari manisnya. Ini bukan waktu yang pas untuk jujur pada Bella, ia tidak mau merusak kebahagiaan Bella dengan kenyataan yang akan Louis beberkan padanya.

Setelah euforia kebar kelulusan Bella selesai, Bella pamit pulang karena tante Wanda menelponnya untuk segera pulang. Louis bernafas lega karena Bella tidak harus kembali masuk kedalam rumah. Karena Louis tidak tahu alasan apalagi yang harus dikarangnya saat mereka berdua benar bertemu dengan Bobby didalam rumah. Memikirkan ia tertangkap basah saat berbohong saja membuat Louis bergidik ngeri, apalagi jika kejadian itu benar terjadi. Mungkin Louis akan pingsan ditempat karena malu. Ia berdoa semoga nanti, saat ia membicarakan perihal hubungannya dengan Alan, Louis diberikan mental sekuat baja dan muka setebal tembok untuk menghadapi Bella.

Louis menyembunyikan tangan kiri dibalik pinggang, dan mengangkat tangan kanannya membalas lambaian Bella. Lalu melangkah masuk saat sosok Bella tak lagi terlihat diujung jalan.

"Hallo,"sapa Louis setelah handphone yang sedari tadi bergetar didalam tas nya ia tempelkan ditelinga.

"Jangan bilang kamu mau batalin lamaran kamu setelah bertemu Bella,"cerca Alan dari seberang."Aku sudah bilang berkali-kali, jangan plin plan, aku gak suka kamu plin plan kayak gini. Kamu tadi sudah lamar aku didepan makam Bunda, kalau sampai kamu benar batalin lamaran itu dan gak jadi nikah sama aku, aku bilangin Bunda, biar kamu diomelin sama Bunda,"

Louis meringis mendengar Alan bicara seolah-olah bisa melakukan komunikasi dua alam dengan Bunda nya. Terlebih saat mengatakan bahwa Louis lah yang sudah melamar Alan, terdengar sperti dirinya lah yang begitu ngebet ingin menikah dengan Alan. Padahal ia hanya mengiyakan ajakan Alan untuk menikah dengan dibumbui sedikit kegombalan.

"Tadi Bella kesini cuma bilang kalau dia baru selesai sidang skripsi dan lulus, sudah itu saja, terus pulang,"

"Eh, jadi aku salah ya? Tuduhanku gak beralasan ya?"Alan tertawa lega.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang