"Good morniiiiiing Baliiiiiiiiii!!"Dhira berteriak nyaring didepn hamparan laut biru. Sedang Louis berdiri disampingnya hanya tersenyum. 5 jam lalu pesawat mereka mendarat di Bandara Ngurahrai. Kemudian melanjutkan perjalan menuju resort di utara pesisir Bali yang akan diambil alih tanggung jawabnya oleh Louis. Billionires Row, resort yang memiliki pantai pribadi yang sangat indah dan terjamin keasriannya. Wajar saja, karena satu-satunya akses menuju pantai ini adalah turun menggunakan gondola yang tersedia di Karma Kandara." Sumpah sumpah sumpaaaah ini keren bangeet Looouuu… Gak sia-sia gue tadi mandi jam 4 subuh cuma buat nunggu sunrise terbit dari sinii," Dhira melompat-lompat kegirangan.
Louis memang sengaja mengajak Dhira sahabatnya kebali, selain ia memang ingin berlibur dengan Dhira suami Dhira, Gavin juga sedang ada urusan kantor keluar negeri, jadi Dhira yang sedang kosong mau-mau saja saat Louis mengajaknya. Eh si gembul Kenzi juga ikut loh ya, sekarang lagi tidur dikamar bersama suster. So it's show time. Dhira sudah siap dengan kamera DSLR yang menggantung dileher. Lalu bak seorang fotografer handal ia mulai cekrak cekrek sesuka hati. Bisa Louis tebak setelah ini pasti igstorynya akan penuh dengan foto Dhira. Se mak emak alay bin lebay.
Perlahan pendar cahaya jingga terbit dari ufuk timur. Louis memejamkan mata. Bau air laut. Pasir yang putih bersih. Air laut yang tenang. Suara gemuruh ombak. Sungguh tempat ini benar-benar indah.
Setelah puas mengekspose keindahan pantai di Karma Kandara, keduanya kembali ke resort. Perut mereka sudah butuh diisi. Louis memilih meja restoran yang menghadap langsung ke tebing dan hamparan laut biru. Beberapa sajian kelas dunia dengan citarasa khas mediterania memenuhi meja. Dan lagi-lagi Dhira hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berdecak kagum.
"Tolong ya dikondisikan sikap kampungannya bu," Canda Louis, menyeruput coffe machiato nya.
"Ini beneran punya lo Lou? Kok gue baru tau yang ini? Biasanya cuman hotel yang di Denpasar, Gianyar, Ubud, Ulu Watu sama yang di Seminyak kalau gak salah yaa? baru tau kalau ada tempat tersembunyi yang indahnya luar biassaaaaa," Dhira kepo sendiri.
"Punya om Hardin. Bukan punya gue. Ini gue juga kesini lagi kerja."
Dhira memutar bola mata keatas."Whatever lah," Louis memang seperti itu, selau saja bilang kalau semua yang ia punya milik om Hardin, padahal sudah jelas-jelas dialah satu-satunya pewaris Mahendra Group.
"Kenzi belum bangun Dhir?" Tanya Louis.
"Belum. Barusan suster telpon. Tu bocah masih ngorok," Dhira mulai menyantap makanannya. Belum apa-apa ia sudah berseru lagi."Oh my god oh my god, ini enak bangeeeeett."
" Lebay ah."
Dhira mencibir."Oh iya, gue denger kemarin lo masuk rumah sakit, lo gak apa-apa? Kenapa gak hubungi gue?"
"Gak apa-apa. Kecapean aja kemaren."
"Tapi kata Bi Rum gak gitu."
"Biasalah, Bi Rum kan emang gitu. Sedikit lebay, kayak lo."
Dhira mencibir lagi."Kenapa gak coba ikut perawatan aja Lou. Emang lo gak pengen sembuh?"
Louis diam. Hanya menyeruput kopinya."Trust me." Dhira meraih tangan Louis, mengelus-elus punggung tangan sahabatnya itu."Sekarang dunia medis udah canggih, gak ada penyakit yang gak ada obatnya. Apalagi kanker itu belum menyebar, masih bisa untuk sembuh Lou. Masih ada harapan."
Louis masih tetap diam.
"Coba kasi tau gue, alasan lo gak mau berobat itu apa? Katanya lo gak suka dikasihani. Lo benci jadi lemah. Tapi dengan tetap seperti ini, itu malah semakin buat lo lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)
Romance" Aku dokter, aku yang akan merawatmu. Kamu harus sembuh. Apapun yang terjadi, aku akan membuatmu sembuh." ~Alan Arkana Sp.BS~ " Justru karena kamu dokternya, makanya aku tidak ingin sembuh." ~Louis Aurestella Mahendra~ Follow dulu yess sebelum memb...