Bagian Tujuh

6K 275 1
                                    


Bi Rum sedang memberi perintah pada salah satu pembantu lain. Sedang dirinya sendiri tampak sibuk memotong daging dengan semangat. Wajahnya berseri-seri senang. Non nya itu sudah 3 hari ini ada dirumah. Semenjak keluar dari Rs beberapa hari lalu, Louis memang sengaja pulang kerumah. Selain untuk memulihkan kembali tubuhnya yang sempat drop, ia juga tidak tega mendengar nada permohonan dari Bi Rum yang selalu menyuruhnya pulang kerumah. Dan disinilah ia sekarang, dikamar luas nan lebar yang ia sulap menjadi ruang kerja kedua setelah kantor.  Sesekali Linda datang membawakan beberapa berkas penting yang harus ditandatangani. Jabatan Louis dikantor memang lumayan tinggi, baru bulan Lalu om Hardin mengangkatnya sebagai CEO diperusahaan mendiang papanya itu. Awalnya Louis menolak, karena ia sudah merasa cukup dengan jabatan manager kala itu. Tapi karena om Hardin merajuk dengan mengatakan bahwa ia hanya punya dirinya dan Bella, Louispun tak bisa menolak lagi.

Aroma masakan menguar dari arah dapur, Louis tersenyum. Pasti Bi Rum sudah memasakkannya berbagai macam makanan kesukaannya. Ah, bicara tentang masak memasak, apa kabar coffe shopnya? Apa kabar cheesecake, waffle dan donat-donatnya? Apa kabar juga bunga-bunganya? Louis menatap pantulan dirinya di cermin. Sudah tidak terlalu pucat kan? Bahkan ia merasa sudah cukup segar sekarang. Sejak kejadian ia pingsan di depan karyawan tokonya, Louis tidak lagi pergi kesana. Ia hanya menelepon Rista dan mengatakan bahwa untuk beberapa hari kedepan tidak bisa datang ke toko, jadi ia meminta Rista untuk menghandle semua urusan toko. Untunglah Rista tidak begitu banyak bertanya penyebab dirinya pingsan disana, karena selain dirinya, Bi Rum, Farrel, Bobby dan Dhira tidak ada yang tahu tentang penyakitnya. Mereka hanya tahu kalau Louis punya asma. Kenapa harus disembunyikan? Karena Louis tidak ingin dikasihani. Ia benci mendapat tatapan seperti itu dari orang-orang. Saat dirinya menjadi yatim piatau, labe iba dan kasihan serta beberapa lagi kosakata yang menggambarkan tentang kelemahan sudah melekat pada dirinya. Jadi jangan sampai kadar kasihan itu bertambah pada dirinya dengan bocornya penyakit sialan itu. Tunggu, masih ada satu orang lagi yang sudah tahu. Dokter brengsek dirumah sakit yang mengatainya bahwa dirinya sudah siap untuk mati. Louis mendengus, tahu apa dia? Dasar orang asing.

Louis turun kelantai bawah menuju dapur. Dimeja sudah terhidang beberapa makanan yang semuanya adalah kesukaan Louis. Rendang, udang balado, cumi asam manis, capcay dan ayam goreng. Semoga nafsu makannya bertambah hari ini.

Bi Rum tersenyum menyambut kedatangan Louis."Si Non udah kelihatan segar, Alhamdulillah."

Louis hanya tersenyum kecil, lalu mengajak Bi Rum untuk makan bersama. Ia juga menyuruh memanggil Bobby untuk ikut sarapan bersama.

"Bi Rum masaknya banyak sekali? Mau ada tamu emngnya?" Tanya Louis disela kunyahannya.

"Gak ada non, emng sengaja,  bibi masakin non Louis aja. Dihabisin ya non."

Louis hanya mengangguk-angguk. "Kalau gak habis tolong bawa masakan ini ke Farrel ya Bobb." Pintanya pada Bobby. Karena adiknya itu masih berada di karatina untuk persiapan lomba renang nasional.

"Baik Non."

Setelah selesai makan, Louis pergi menuju rumah om Hardin. Sudah lama ia tidak berkunjung kerumah omnya itu. Rumah om Hardin dan rumahnya masih satu kompleks, hanya berjarak beberapa meter saja. Dan Louis memilih menggunakan sepeda ontel untuk sampai kesana. Sekalian keliling kompleks, apalagi kompleks perumahannya dekat dengan wisata hutan mangrove jadi nanti bolelah sekalian mampir kesana, sudah lama juga tidak ngontel dan menikmati udara segar pagi hari di komplek perumahan elit yang sudah ditinggalinya sejak bertahun-tahun lalu dengan sang mama dan papa.

Sesampainya disana Louis langsung disambut dengan sapaan hangat dan ciuman lembut dipipi oleh tante Wanda. Istri om Hardin. " Lama banget kamu gak main kesini Louis."

"Louis sibuk tante." Jawabnya dengan senyum.

"Oh iya, CEO baru, jadi jam kerjanya lumayan nambah ya." Tante Wanda tertawa. Menuangkan teh kedalam gelas.

Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang