Tujuh tahun kemudian,Suara gemericik air dan ocehan comel anak kecil membangunkan Alan dari tidur dan memotong mimpi indahnya. Ah, padahal mimpinya sedang seru-serunya. Bibirnya akan mengecup bibir ranum yang selalu manggodanya. Kemudian akan beralih pada leher jenjangnya. Lalu… suara gemericik air semakin jelas terdengar dan mengganggu.
Alan menggeliat. Matanya masih tak mau terbuka. Seperti ada lem yang menempel didua kelopak matanya. Tangannya bergeser kesamping, meraba-raba seperti mencari sesuatu. Dan seketika matanya terbuka lebar saat menyadari kasur disebelahnya kosong tanpa penghuni. Anin. Dimana Anin nya? Alan melompat bangun, berlari keluar secepat kilat.
Kali ini matanya seperti siap meloncat keluar melihat pemandangangan pagi yang sungguh aduhai, membuat jari tangannya keriting ingin mengangkat makhluk kecil yang memporak porandakan akuarium kesayangannya. Kediaman Bonbon dan Bona yang super mewah dan cantik.
"Anin!"panggilnya dengan nada tinggi.
"Iya Ayah,"sahut anak itu seringan kapas. Tanpa menoleh sedikitpun pada Alan. Tangannya masih mengubek-ubek akuarium yang sudah berwarna abu-abu. Bahkan sudah tak tampak lagi dimana keberadaan Bonbon dan Bona.
"Ini, kamu apain akuarium Daddy sayang?"Alan menghampiri Anin dengan wajah memelas. Ingin menangis tapi malu didepan anak kecil.
"Aku kasih makan,"Anin menatap Alan polos.
"Kasih makan gimana, ini namanya kamu mau bunuh mereka anakku cintaku yang paling pintar se duniaaa , bukan kasih makan,"gigi Alan bergemeretak saking gregetnya.
"Ih awas jangan dipengang dulu Ayah,"seru Anin menghalau tangan Alan yang ingin menarik tangan Anin."Ikannya belum ketemu, masih Anin ubek-ubek, kasihan tadi kelaparan, mulutnya mangap-mangap gini Yah,"Anin menirukan mulut ikan yang mangap-mangap saat sedang bernafas didalam air.
Sungguh imut sekali wajah putrinya itu. Kalau sedang tidak kesal, mungkin akan ia gigit dan ciumi seluruh wajah itu sampai Anin manangis.
"Kasih makannya cukup kamu lempar makanan ke air saja, nanti pasti dimakan sama ikannya. Kan sudah Daddy kasi tahu caranya,"
"Sudah, tapi ikannya tetep gak mau maem Yah,"Anin ngotot."Mas Bonbon sama mbak Bona cuma minum air aja dari tadi, kan Anin kasihan,"
Alan meremas rambutnya sendiri. Rambut yang memang sudah acak-acakan karena bangun malah semakin berantakan."Sudah, sudah, mas Bonbon sama mbak Bona itu sudah gak minat makan, pingsan mereka gara-gara kamu ubek airnya,"digendongnya Anin dari atas kursi pijakan agar tangan kecilnya bisa masuk kedalam akuarium.
Duh, sungguh nakal sekali anaknya satu ini. Kalau tiba-tiba kaki kursi itu bergeser, lalu Anin jatuh. Bisa-bisa malah dirinya yang dibuat pingsan sama si Nyonya. Alan bergidik ngeri membayangkan. Tapi kembali meringis melihar rupa akuariumnya seperti air kobokan.
"Turunin Ayaaaaah, masih belum selesai kasi maem ikannya,"Anin meronta dalam gendongan Alan."Anin gak nakal kok, Anin cuma mau kasi maem ikan, maem ikaan Ayaaaaah…"
Eh, kok kalimatnya malah jadi makan ikan. Alan mendelik ganas pada Anin. Pura-pura marah. Seketika mulut bocah itu mingkem. Anin juga pasrah tubuh mungilnya digendong menuju kamar mandi.
"Nanti aja kasi makan ikannya, sekarang Anin mandi dulu ya, Kita kan mau sekolah,"
"Gak mau,"Anin cemberut. Membuang muka sambil bersidekap. Menolak untuk mandi.
"Adeeekk, ini sudah hampir jam delapan, nanti telat loh kesekolahnya,"bujuk Alan."Nanti dihukum sama bu guru, nanti Anin gak bisa naik ke kelas TK B,"lanjut Alan menakut nakuti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Ganteng Itu Milikku! (End)
Romance" Aku dokter, aku yang akan merawatmu. Kamu harus sembuh. Apapun yang terjadi, aku akan membuatmu sembuh." ~Alan Arkana Sp.BS~ " Justru karena kamu dokternya, makanya aku tidak ingin sembuh." ~Louis Aurestella Mahendra~ Follow dulu yess sebelum memb...