Beberapa hari berikutnya berlalu dengan lancar. Mungkin hanya ada beberapa gangguan dari sepupunya, Emil. Entah apa yang terjadi padanya, dia selalu membuat masalah dengannya. Elizabeth tidak berpikir dia memiliki kesalahan padanya. Jadi sikap Emil membuatnya bingung.
Hari ini setelah pulang sekolah, Noel mengajaknya pergi ke kafe. Kebetulan kafe itu adalah kafe rosette, jadi dia setuju. Dia juga ingin menikmati cappucino di kafe itu sekaligus menemui Steve. Menanyakan berita baru-baru ini.
"Noel, maaf membuatmu menunggu lama." ucap Elizabeth saat duduk di seberang pria itu.
"Tidak masalah. Aku sengaja datang awal untuk menikmati suasana di sini." katanya.
"Suasana di sini memang sangat nyaman. Aku menyukainya. Kafe ini adalah favoritku." Elizabeth melihat seorang pelayan datang. Dia segera memesan cappucino seperti biasanya.
"Sepertinya kamu sering memesan cappucino di sini." ucap Noel saat melihat pelayan yang sepertinya sudah hafal dengan Elizabeth.
"Ya. Cappucino di sini enak." jawabnya. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu tiba-tiba mengajakku keluar?"
"Oh, aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku akan melanjutkan kuliah ke kota Z. Mungkin aku tidak bisa melihatmu lagi di masa depan."
Elizabeth terdiam sebentar sebelum akhirnya berkata, "Itu tidak pasti. Ada kemungkinan kalau di masa depan aku akan pergi ke kota Z. Siapa yang tahu kalau kita akan bertemu lagi di sana".
Elizabeth sudah membuat rencana untuk pergi ke kota Z. Lagi pula, pusat pertempurannya dengan organisasi Hamford ada di sana. Dia yakin kalau konflik antara keluarga Flynn dan organisasi Hamford di kota S ini hanya permulaan dari seluruh pertempuran mereka. Siapa pemenangannya akan di tentukan di kota Z.
"Yah, semoga saja." ucap Noel. "Tapi aku masih ingin mengatakannya sekarang padamu."
"Hm?" Elizabeth memandang Noel dangan penuh tanda tanya.
". . . .
Aku menyukaimu."
!!!
Seketika itu juga tubuh Elizabeth kaku. Dia tidak tahu harus berbuat apa!
Dia baru sadar, semasa hidupnya sebagai seorang agen, dia bahkan tidak memikirkan kehidupan percintaannya sama sekali!
Ini adalah pertama kalinya dia merasakan cinta masa muda. Melihat Noel yang baru saja mengungkapkan perasaannya padanya, dia tidak bisa menahan memerah di wajahnya. Dia sedikit malu dan salah tingkah.
"I-itu . . . Noel . . "
Elizabeth benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Ketenangannya yang biasa sudah tidak bisa dia pertahankan.
Sementara itu, tiba-tiba Noel tertawa. Membuat Elizabeth menjadi semakin bingung.
"Yah, kamu sangat imut, Eliza. Meskipun kamu selalu menjadi gadis yang tenang, ternyata kamu adalah gadis yang amatir dalam hal cinta, ya. Sepertinya berita tentang kamu yang dengan gila mengejar Alex perlu dipertanyakan kebenarannya sekarang."
Noel merasa geli saat melihat Elizabeth yang malu dan salting. Baru kali ini dia melihat gadis itu panik. Terlihat sangat imut.
"A-apa . . Aku tidak. . " Elizabeth ingin menyangkal. Tapi tidak tahu harus berkata apa.
"Baiklah. Terserah padamu. Aku tidak akan menggodamu lagi." ucap Noel lalu berdiri dari tempat duduknya. "Aku harus pulang sekarang. Semoga kita bisa bertemu lagi di masa depan, Elizabeth."
Noel mengelus rambut Elizabeth pelan. Dia bisa merasakan kelembutan rambutnya. Sangat nyaman untuk di sentuh.
"Aku hanya ingin mengatakan perasaanku padamu. Kamu tidak perlu menjawab perasaanku." bisiknya sebelum akhirnya menjauh dari telinga Elizabeth.
"Bersantailah di sini. Aku sudah membayar pesananmu." setelah mengucapkan apa yang ingin dia ucapkan pada Elizabeth. Dia akhirnya benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan Elizabeth yang masih terdiam di tempat duduknya.
Beberapa saat kemudian, seorang gadis yang duduk di meja belakang Elizabeth berdiri. Gadis itu memakai kacamata dan topi, membuat wajahnya tertutup. Seperti seorang papparazi yang sedang menyamar. Dia perlahan berjalan ke meja Elizabeth dan duduk di depannya.
Saat itu juga ketenangan gadis itu sudah tidak bisa di pertahankan. Dia segera melepaskan kacamata dan topinya, mengungkapkan wajahnya. Yang ternyata adalah Iris.
"Aahh!! Eliza! Aku tidak menyangka kalau Noel akan mengaku padamu! Ya tuhan, aku sangat terkejut." ucap gadis itu.
"I-iris?! Sejak kapan kamu mendengarka pembicaraan kami?" tanya Elizabeth. Dia merasa semakin malu karena di dengar orang lain.
"Aku duduk di belakangmu sejak tadi." ucapnya bangga. Dia melihat raut wajah temannya yang semakin malu dan tidak bisa menahan tawa.
"Hahaha. . Tidak perlu malu, Eliza. Aku tidak akan mengatakannya pada siapa pun. Tapi sekarang, seharusnya kamu menyadari sesuatu."
"Hah? Apa?"
"Jangan bilang kalau kamu masih belum sadar."
"Apa yang kamu maksud?"
"Haish . . Pantas saja Noel mengatakan kalau kamu sangat amatir dalam hal cinta." Iris menghela nafas dengan wajah tak berdaya.
"? (???? ω ????)?"
Elizabeth benar-benar tidak bisa menyangkal hal itu.
"Bukankah akhir-akhir ini Emil mengganggumu? Itu karena Emil menyukai Noel dan cemburu padamu karena dekat dengan Noel. Hal seperti itu saja kamu tidak menyadarinya." lris berucap dengan pandangan mengejek pada Elizabeth.
"Ah! Jadi karena itu dia selalu menggangguku akhir-akhir ini?" Elizabeth tidak pernah menyangka kalau alasan sepupunya mengganggunya adalah karena cemburu.
"Tentu saja. Apa lagi jika bukan karena itu. Tapi dia lebih baik dari pada Jessica yang penuh rasa iri padamu dan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Orang seperti itu tidak bisa di percaya sama sekali."
"Yah, aku takut dia berteman dengan seseorang hanya karena orang itu bermanfaat untuknya." ucap Elizabeth. Diam-diam mencibir.
Matanya berkilat saat mengingat beberapa hal tentang Jessica. Jika gadis itu memang benar berhubungan dengan organisasi Hamford, dia pasti akan membuatnya merasakan perasaan ingin mati tapi tidak bisa mati.
Itu juga untuk membalas semua yang dia lakukan pada pemilik tubuh asli ini. Gadia kecilnya, Eliza.
Tangannya perlahan menyentuh kalung giok berukir Eliza di lehernya.
Elizabeth tidak menyadari seorang pria yang memakai kacamata hitam di sudut. Tapi bahkan jika kacamata menghalangi wajahnya, pria itu malah terlihat lebih tampan dan keren.
Pria itu telah mengamati Elizabeth sejak gadis itu tiba di kafe hingga sekarang. Tapi Elizabeth tidak pernah menyadarinya. Dan mungkin tidak pernah tahu keberadaannya.
Saat sore tiba, Elizabeth pulang ke rumah. Tapi orang tua dan kakaknya masih belum pulang. Tapi dia melihat Steve yang duduk di sova ruang tamu. Seperti menunggunya pulang.
"Tuan Steve, sedang menungguku?" tanya Elizabeth, duduk di depan Steve.
"Ya. Aku mendapat kabar kalau organisasi Hamford dan orang-orang dari keluarga Flynn sudah memulai perang mereka di balik bayangan. Keberadaan Violet di kota S adalah tanda untuk organisasi Hamford kalau keluarga Flynn ada di kota S untuk memulai perang dengan mereka."
"Berhati hatilah. Mereka bisa saja menggunakanmu sebagai sandera karena hubungan kakak keduamu dengan anak dari Violet sangat dekat."
"Aku tahu. Tenang saja."
Dia malah berharap kalau mereka datang padanya. Dengan begitu dia bisa semakin dekat dengan tujuannya.
Sebelum berhadapan dengan ketua organisasi Hamford, dia ingin mengetahui siapa penghianat di dalam timnya dulu. Dan seharuanya mereka tahu, karena penghianat itu bekerja sama dengan organisasi itu.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth : LIZ
General Fiction~my story~ ~no plagiat~ ~follow dulu sebelum baca~ { HIATUS } Ringkasan : Dalam misi terakhirnya, seorang rekan menghianati timnya. Menyebabkan kehancuran tim dan kematiannya yang tidak diinginkan. Saat dia percaya dia telah mati karena dikhianati...