Eizabeth segera mendongak saat seseorang menghampirinya. Dia melihat Steve sedang menyamar dan memakai setelan jas.
Dia tanpa sadar melirik sekeliling. Dan benar saja, dia melihat wajah tidak asing di sudut ruangan kafe yang remang-remang. Salah satu anggota organisasi Hamford yang memiliki kedudukan yang cukup penting.
Dia tahu wajah itu, karena sebelum kematiannya dia melihat orang itu di samping ketua organisasi Hamford.
Tapi dia bertanya-tanya, kenapa orang penting itu berkeliaran sendirian. Jika ingin menculiknya, bukankah cukup dengan menugaskan bawahannya. Atau, adakah hal penting yang harus dia lakukan sendiri.
Memikirkan hal itu, sorot matanya diam-diam menajam.
"Nona, ayo kembali." ajak Steve sopan.
"Baiklah." jawabnya. "Saya permisi dulu." pamitnya pada kedua pria di depannya.
"Tentu, Nona. Hati-hati di jalan." jawab Dean ramah.
Elizabeth segera membayar tagihan dan pulang.
Pria di sudut itu diam-diam menatap kepergian Elizabeth. Dia merasakan tatapan gadis itu, seakan mengenali siapa dirinya. Tapi kecurigaan di hatinya menghilang, gadis itu hanya melihatnya sesaat. Mungkin gadis itu memang hanya tanpa sengaja menatapnya.
Dia berdiri dan pergi dari sana dengan tenang.
_____Edward yang sedari tadi diam membaca dokumen tiba-tiba mendongak, menatap kepergian Elizabeth dan asistennya.
Saat asisten gadis itu datang, dia sama sekali tidak mengetahui keberadaan pihak lain. Dia baru tahu ada orang yang menghampiri meja saat asisten itu memanggil gadis itu. Sepertinya asisten itu juga orang yang sangat terlatih. . .
Tapi kenapa orang seperti itu mau menjadi asisten dari gadis biasa . .
Ah, benar juga. Gadis itu bukan gadis biasa. Sepertinya dia punya banyak rahasia . . .
Dan sepertinya gadis itu sudah mulai meragukan identitasnya. Dia pasti melihat kemiripannya saat bertemu di suatu tempat sebelumnya. Mengesampingkan hal itu, dia sekarang merasa kalau asisten itu sangat familier. Dia merasa mengenalnya. Tapi siapa . . .
Dean juga merasa pernah melihat asisten itu. Tapi dia ingat tidak pernah mengenal orang dan wajah itu. Tapi itu hanya sesaat sebelum Dean mengingat hal lain.
"Benar juga, Nicholas sudah ada di kota S bukan? Seingatku dia tiba denganmu. Bagaimana kalau dia ikut menyelidiki rencana rahasia organisasi itu. Tidak masalah untuk menambah tenaga kerja."
"Ya." Jawab Edward. Dia kembali fokus pada dokumen di tangannya.
Sementara itu, Elizabeth sudah berada di mobil bersama Steve. Dia melihat pemandangan di luar dari jendela mobil. Tapi dia segera sadar kalau itu bukan jalan untuk pulang ke rumah.
"Ini bukan jalan pulang. Kita akan pergi ke mana?" tanyanya pada Steve yang berkendara.
"Ke rumahku." jawabnya. "Oh, bukan rumahku. Itu rumah Lizabeth di kota S. Kamu sudah sering ke sana. Jika kamu masih ingat. Di sana ada beberapa barang yang di simpan Lizabeth. Barang-barang itu bisa kamu gunakan di masa depan. Lizabeth pasti tidak keberatan jika kamu menggunakannya." koreksinya.
Elizabeth segera mengerti. Yang di maksud Steve pasti barang-barang yang dia sembunyikan di ruang rahasia. Di sana ada berbagai macam senjata yang pernah dia gunakan. Ada juga beberapa catatan tentang penyelidikannya terhadap organisasi Hamford.
Elizabeth tentu tahu rumah itu, karena Elizabeth menjadi muridnya saat berumur 8 tahun. Jadi Steve tidak aneh jika dia tahu, pelatihan Elizabeth dulu di sana. Bertepatan dengan saat di mana dia berlibur si kota S selama 1 tahun. Dia menjadi muridnya selama satu tahun penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth : LIZ
General Fiction~my story~ ~no plagiat~ ~follow dulu sebelum baca~ { HIATUS } Ringkasan : Dalam misi terakhirnya, seorang rekan menghianati timnya. Menyebabkan kehancuran tim dan kematiannya yang tidak diinginkan. Saat dia percaya dia telah mati karena dikhianati...