Saat hendak pulang sekolah, Elizabeth dikejutkan oleh Alex yang tiba-tiba menemuinya. Membawanya ke tempat yang hanya mereka berdua saja.
Dia tidak tahu apa yang diinginkan laki-laki itu tapi dari wajahnya, sepertinya dia sangat marah dan memandang jijik padanya meskipun awalnya terpesona oleh kecantikannya. Elizabeth mencibir.
Standar Elizabeth yang dulu sangat rendah karena menyukai seorang laki-laki seperti Alex. Bahkan dari pertama kali melihatnya dia sudah bisa menilai bahwa Alex adalah laki-laki yang mudah terombang-ambing keyakinannya. Dia tidak suka laki-laki seperti itu. Menurutnya orang seperti itu hanya sampah.
"Jadi ada perlu apa kamu menemuiku Tuan Muda Alexander?" Elizabeth bertanya dengan suara datar dan tanpa minat di wajahnya. Bahkan ada sedikit jejak ke tidak sabaran darinya.
Alex terdiam saat mendengar pertanyaan Elizabeth. Dia tidak melihat jejak pemujaan dan cinta di matanya seperti dulu, tapi sekarang malah digantikan dengan keengganan, ke tidak sukaan dan sedikit ketidaksabaran.
Entah kenapa dia merasa seperti Elizabeth yang dia lihat saat ini tidak sama dengan Elizabeth yang dulu selalu mengikutinya dengan mata yang penuh dengan pemujaan. Elizabeth bahkan berbicara dengannya menggunakan bahasa formal seakan mereka adalah orang asing. Dia samar-samar merasakan perasaan tidak nyaman di hatinya. Sebelumnya dia tidak tahu kalau Elizabeth memiliki wajah yang sangat cantik, bahkan kecantikan itu mungkin bisa menjadi kecantikan nomor satu di sekolah. Dulu dia selalu memakai make up yang aneh.
Tapi begitu mengetahui apa yang dikatakan Jessica padanya, kemarahan menyulut dalam hatinya, rasa jijik kembali terlihat di pandangannya saat menatap Elizabeth.
"Elizabeth, sebaiknya jangan pernah mencoba untuk merayuku lagi. Aku tidak akan pernah menyukaimu sekeras apa pun kamu mencoba menarik perhatianku. Pertunangan kita sudah berakhir."
Elizabeth membeku saat mendengar ucapan Alex yang tidak masuk akal. Dia berusaha merayu Alex? Kapan dia melakukannya?
"Apa maksudmu, Alexander?" Tanyanya dengan nada tidak senang.
"Jangan berpura-pura. Bukankah kamu mengubah penampilanmu karena aku membatalkan pertunangan dan mencoba menarik perhatianku lagi?"
Elizabeth ingin pergi saat ini juga karena tidak tahan dengan pria narsis yang ada di depannya. Baru kali ini dia melihat seseorang yang terlalu memandang tinggi dirinya sendiri. Dia memiliki dorongan untuk mengambil cermin untuknya dan mengatakan padanya untuk bercermin. Apakah kamu terlihat luar biasa? Lihat saja dirimu di cermin, apa kamu pikir kamu memiliki pesona yang luar biasa hingga membuat semua gadis terpesona padamu hingga berusaha merayumu?
"Kenapa hanya diam saja, bukankah aku benar?" Tanya Alex yang melihat Elizabeth yang hanya diam.
"Kau terlalu narsis. Siapa yang mengatakan kalau aku berusaha merayumu? Aku tidak menyukaimu lagi. Itu hanya masa lalu. Tidak ada gunanya menyukai orang sepertimu."
"Elizabeth, apa yang sebenarnya kamu rencanakan? Kau bahkan mengatakan kalau Jessica tidak pantas untukku. Kamu pikir kamu lebih baik dari pada Jessica? Kau hanya memiliki keluarga kaya yang lebih tinggi dari pada Jessica. Jangan terlalu berharap."
Elizabeth tersenyum saat mendengar Alex mengucapkan nama Jessica. Oh, begitu. Sepertinya Jessica yang mengatakan kalau dia mengubah penampilannya untuk merayu Alex. Bahkan Jessica mengatakan apa yang dia ucapkan pada Alex. Padahal dia hanya mengatakan bahwa orang-orang yang lebih rendah daripada dia tidak pantas dengan Alex. Bukankah itu berarti Jessica merasa lebih rendah daripada dia? Ha..!
Elizabeth tersenyum acuh, "Kau bilang aku merayumu?"
"Apa lagi yang kau lakukan jika bukan itu?"
"Merayu pantatmu! Kau tahu, kau tidak pantas untukku. Kau terlalu bodoh. Lebih menyukai sesuatu yang palsu dari pada yang asli. Lebih baik jangan pernah dekat denganku lagi. Siapa yang bilang aku merayumu? Aku bahkan tidak menyukaimu lagi. Elizabeth yang selalu mengikutimu dengan penuh pemujaan telah hilang. Jadi jangan berpikir kalau aku masih menyukaimu. Atau apakah kau merasa dirugikan karena kehilangan salah satu penggemarmu? Ah, tapi untuk apa kau merasa dirugikan. Kau bahkan tidak menghargainya sedikit pun." Elizabeth berkata dengan penuh sarkasme dan cemoohan. Matanya berkilat, memandang rendah orang di depannya.
"Alex, kejar saja orang yang kau sukai itu. Atau kau akan kehilangannya karena ada banyak lawan jenis yang dipikat olehnya setiap hari. Siapa yang tahu kalau dia akan membuat sarang untuk perkumpulan dari semua yang telah dia pikat itu."
Elizabeth segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Alex yang tengah mematung di tempatnya. Kata-kata terakhirnya adalah nasehat yang dengan murah hati dia berikan pada Alex. Dia tahu, dari ingatan Elizabeth yang asli, Alex sebenarnya adalah laki-laki yang cukup pintar dan suka melakukan sesuatu dengan terus terang. Pada awalnya, dia baik pada Elizabeth, tapi karena sahabatnya cemburu, dia membisikkan hal-hal buruk tentangnya pada Alex. Karena itulah, Alex mulai tidak menyukai Elizabeth.
Alex pasti akan sadar, sedikit demi sedikit. Dia tahu itu.
Meskipun sebenarnya niat aslinya bukan untuk membantu Alex, melainkan menjatuhkan para pria yang melindungi Jessica sedikit demi sedikit. Dan Alex kebetulan menawarkan diri untuk menjadi yang pertama disingkirkan.
Hal yang dibanggakan Jessica adalah para pria yang melindunginy dan mau melakukan apa pun untuknya. Jadi, pasti sangat menyenangkan melihatnya frustasi karena kebanggaannya lenyap.
Hehehe.....
Tawa kecilnya terlihat biasa, tapi bisa membuat merinding orang-orang yang mendengarnya.
🐾🐾🐾
Sunset sore itu begitu damai dan tenteram. Di sebuah kafe terkenal di kota S yang bernama Rosette itu, Elizabeth duduk di salah satu kursi yang berada di samping tembok kaca, memperlihatkan suasana jalan raya di luar kafe. Dia sudah di sana sekitar lima menit, hanya memerhatikan pemandangan di luar sana tanpa memesan apa pun.
"Nona, Anda sudah memikirkan untuk memesan sesuatu?" Tanya seorang pelayan yang menghampirinya.
"En. Cappucino" katanya saat menoleh.
"Mohon tunggu sebentar". Pelayan itu segera pergi, meninggalkan Elizabeth sendirian lagi.
Kali ini dia tidak menatap keluar, tapi menelusuri interior kafe itu. Dia menyukai suasana di sana, membuatnya nyaman. Di dalam hatinya dia sudah memutuskan, tempat ini akan menjadi kafe favoritnya untuk bersantai.
Tak lama kemudian, seorang pelayan menghampirinya sambil membawa secangkir cappucino. "Nona, pesanan Anda".
"En."
Saat Elizabeth merasakan cita rasa dari cappucino itu, dia terkejut. Rasa itu sangat mirip dengan cappucino yang dia sukai di kehidupan sebelumnya, tapi orang yang membuatnya adalah wakil ketua timnya. Bagaimana bisa barista di sini membuat cappucino dengan rasa yang mirip dengan wakil ketuanya?
Dia berusaha mencari barista yang membuat cappucino miliknya, tapi tidak menemukannya di mana pun. Akhirnya hari itu dia hanya menikmati cappucino yang membuatnya nostalgia itu sembari mengenang kehidupannya sebelumnya.
.
.
.
TBCJangan lupa vote and comment ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth : LIZ
General Fiction~my story~ ~no plagiat~ ~follow dulu sebelum baca~ { HIATUS } Ringkasan : Dalam misi terakhirnya, seorang rekan menghianati timnya. Menyebabkan kehancuran tim dan kematiannya yang tidak diinginkan. Saat dia percaya dia telah mati karena dikhianati...