TIGA

21.1K 696 10
                                    

TIGA

Dua bulan telah berlalu dan nyatanya Eva masih terjebak dalam rumah kakak dan kakak iparnya. Dia kekeh ingin keluar tapi Aisyah sangat kekeh menahan Eva agar tinggal bersamananya sampai Eva mendapatkan pendamping hidup nantinya.

Eva mulai merasakan keanehan-keanehan yang lumrah yang di alami oleh wanita hamil. Eva mengidam dan tak ada orang yang dapat membantu ia untuk memenuhi keinginan baby nya. Eva berharap semoga bayi laki-laki sialan itu tidak ngeces nantinya.

Di tempat lain, Rehan tengah mabuk dan merasakan mual yang parah. Laki-laki 29 tahun itu terpaksa tidak mengikuti rapat dosen yang sedang berlangsung dan dengan baik hati dia bahkan di ijinkan pulang oleh ketua yayasan yang tidak lain adalah papa Rehan sendiri.

Rehan melangkah lemas menuju tempat parkiran. Hati laki-laki itu menggeram marah dan merasa kesal akut pada keputusannya dua bulan yang lalu. Dia telah melakukan kesalahan besar dengan membiarkan anak itu terus berkembang di perut Eva.

"Nyesal memang selalu berada di akhir, andai saja aku memaksa wanita itu dulu untuk menghilangkan sewaktu usia kandungannya masih muda, mungkin masalah akan selesai"monolog laki-laki itu menyesal dan menyandarakn tubuhnya lemah di kursi kemudi.

Setelah laki-laki itu memijit pelan keningnya, laki-laki itu melajukan mobilnya sedikit ngebut agar ia segera sampai di rumah.

Rumah terlihat sepi dan lengang, Rehan memanggil-manggil nama isterinya tapi tidak ada sahutan sama sekali. Rehan juga mencari keberadaan isterinya di setiap sudut rumah tetap tidak ada, ternyata isterinya meminta ijin lewat note yang di simpan di atas bantal kamar mereka, Aisyah ijin pergi bertemu temannya yang tinggal di luar negeri dan baru datang kemarin, kenapa lewat note? Bingung Rahan.

"Eva mana?"tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri.

Pasalnya, wanita hamil itu sangat suka menonton Tv. Tapi pagi ini Rehan tidak melihat batang hidungnya.

Suara mobil yang berhenti dari luar membuat Rehan membalikkan tubuhnya cepat dan melangkah lebar untuk melihat siapa yang datang.

Rehan memandang sinis pemandangan yang sangat memuakan menurutnya. Di sana, Eva tengah tersenyum begitu manis pada laki-laki serempangan dengan kedua tangannya di penuhi oleh tato. Gadis nakal tetap menjadi nakal walau tengah berbadan dua sekalipun. Rehan semakinn
jijik sama Eva. Ingatkan dia untuk mandi wajib tujuh kali nanti karena pernah memerkosa wanita itu dulu.

"Itu ayah anakmu?"

Eva menoleh keasal suara yang terdengar dingin dan sinis.

Begitupn dengan laki-laki tampan dan cool yang tangannya hanya melayang di udara, laki-laki itu berniat ingin mengelus lembut perut sahabat baiknya, sebagai tanda perpisahan dengan baby yang baru ia ketahui keberadaannya tadi, tapi laki-laki itu urungkan, karena mendengar suara dan perkataan yang membuat laki-laki itu menoleh dua kali pada Rehan yang tengah berkacak pinggang dengan wajah yang merah bercampur jijik.

"Maaf, Om. jangan salah paham! Saya bukan laki-laki brengsek penebar benih tanpa mau bertanggung jawab. Saya adalah teman, Eva."ucap Suara itu tenang.

Rehan berdecak mendengarnya.

"Terserah apa hubungan kalian berdua! Saya nggak peduli. Tapi saya peduli kalau kalian berbuat mesum dan romantis di depan rumah saya, nanti fitnah dan mengotori repotasi rumah saya."Rehan berucap sinis.

Eva mengernyit dan memandang Rehan dengan sinar mata seakan ingin membunuh laki-laki tukang 'nyinyir' di depannya.

"Sudahlah, Rif! Kamu pergi saja dan jangan ngeladenin laki-laki nyinyir macam suami kakakku! Makasih banyak untuk bantuanmu hari ini"Eva berucap lembut pada Rifki, teman di club basketnya di campus.

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang