25

35.3K 912 204
                                    

Yg nggak sabar ingin baca lengkap, sudah ada di playstore atau playbook!

Yg nggak sabar ingin baca lengkap, sudah ada di playstore atau playbook!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan di up sampai tamat kok. Sabar aja☺

DUA PULUH LIMA

Rehan berjalan mondar-mandir dengan tangan yang tak henti-hentinya menjambak rambutnya bagai orang gila. Sudah dua minggu ia dan Aisyah tinggal di Singapura. Selama dua minggu penuh tidak ada kabar dari Eva sedikitpun. Eva menolak segala macam jenis panggilannya. Pesan yang ia kirim bahkan tidak dibaca sama sekali oleh gadis itu. Mau menghubungi mama mertuanya ia takut nanti di curigai. Kenapa dia begitu peduli pada Eva. Ah tidak ! Rehan tidak ingin semuanya terbongkar, ia tidak ingin kehilangan Aisyah hanya karena Eva.

"Kenapa mondar-mandir, sih? Ada masalah?"Tanya Aisyah ketus.

Pasalnya ia tidak bisa kemana-mana selama dua minggu ini. Menghubungi Iwan sekalipun bahkan tidak bisa. Rehan selalu melakukan itu agar dirinya cepat hamil. Dasar bodoh! Gimana bisa hamil kalau aku sudah memasang alat kontrasepsi! Ejek Aisyah pedas untuk Rehan dalam hati.

Untung saja, Rehan begitu mudah ia bodohi. Dokter akan tau kalau ia telah memasang alat itu, tapi Aisyah memohon pada dokter agar tidak memberitahukan pada Rehan dengan air mata yang tumpah ruah. Walau dengan berat hati dokter mau melakukan apa yang ia minta walau melanggar kode etik rumah sakit.

"Kita akan pulang besok, aku menerima dirimu apa adanya Aisyah. Tidak apa-apa kalau memang kamu tida bisa memberi keturunan untukku. Tenang saja, kamu akan tetap menjadi isteri dan orang yang akan selalu aku cintai."Ucap Rehan serius dengan langkah lebar yang melangkah kearah Aisyah yang tengah duduk dengan gusar di pinggir ranjang.

Mata Aisyah seketika berbinar mendengar kata pulang keluar dari mulut Rehan.

"Benarkah? Aku juga ingin segera pulang."Aisyah bangkit dari dudukannya dan menubruk kuat tubuh Rehan.

Rehan membalas pelukan penuh terimah kasih Aisyah dengan erat. Ia begitu mencintai Isterinya.

"Benar, sayang. Aku mencintaimu, tetap setia dan jangan pernah melirik laki-laki lain selain aku. Aku percayakan hatiku padamu."bisik Rehan dengan nada suara yang penuh harapan.

Aisyah tertegun mendengarnya.

****

Eva tengah asik menonton Drama Korea dalam leptop-nya di ruang keluarga rumahnya. Eva akhirnya kembali tinggal dengan kedua orang tuanya. Eva senang sekali dan tanpa menunggu waktu lama, Eva mengangguk mantap akan titah dari papa Rehan, kakek anak-anaknya agar ia tinggal semenatar dengan kedua orang tuanya sembari menunggu Rehan dan aisyah yang akan memeriksakan masalah keterlambatan mereka dalam memiliki anak.

Mama dan Papanya tengah pergi keluar. Katanya ingin belanja, lebih tepatnya mamanya yang ingin membeli mobil keluaran baru di awal tahun. Pembayaran tanah yang di sewa petani begitu banyak di terimah oleh Edi dan Rosi dari tanah keluarga Rehan.

Bisa dikatakan tanah kabupaten adalah empat puluh persen milik keluarga besar Rehan. Dulu, nenek moyang Rehan-lah yang membuka pemukiman di kabupaten sehingga mereka memiliki banyak warisan disamping mereka juga memiliki banyak pertokoan dan membangun universitas di Kabuaten.

Keasikan Eva yang tengah menonton Drakor 'Secret Love', di ganggu oleh suara ponselnya yang begitu nyaring membuat wanita yang seminggu lebih lagi akan melahirkan itu kesal.

Rifki Call

"Bagaimana keadaan perutmu, belum ada rasa sakit atau mules?"Tanya Rifki dengan suara cemasnya.

"Belum ada gejala apapun,"Jawab Eva kesal.

"Kenapa ketus sekali? Atau jangan-jangan kamu rindu, ya, sama bapak kedua keponakan-ku?"Ucap Rifki dengan nada menggoda diseberang sana.

"Jangan ucapkan nama laki-laki itu. Dia bukan ayah anakku! Ini anakku sendiri"Ucap Eva dengan suara tegasnya dengan gigi yang bergemelatuk kuat.

Ia tidak ingin berharap lebih tentang laki-laki itu yang akan mengurusi atau memberi perhatian lebih pada anaknya. Orang Rehan sendiri sebentar lagi akan memiliki anak dengan kakaknya. Eva akan mundur dengan perlahan. Ia tidak ingin merusak rumah tangga dan kebahagiaan kakaknya. Titik!

"Itu tidak bisa di pungkiri, Eva. Rehan pak dosen kita adalah ayah kandung anakmu. Kamu harus bisa menerima itu, pikirkan anakmu, seharusnya keluarga tau tentang hal ini. Bangkai tidak akan bertahan lama, pasti akan tercium seiring berjalannya waktu."Rifki berucapa serius. Laki-laki itu telah berpikir ulang. Salah besar kalau Eva harus bungkam selamanya. Sebaik apapun ayah tiri atau ayah sambung, lebih baik lagi bapak kandung. Malang sekali kalau kedua anak Eva tidak mengetahui siapa ayah mereka. Anaknya harus mendapat pengakuan. Egois sekali Rehan dengan Eva apabila menutup mulut seperti ini.

"Rehan bukan ayah anakku mulai detik ini! Ini anakku sendiri. Dia hanya kakak ipar bajingan brengsek yang telah menodaiku. Aku menganggap bahwa ini bukan anak Rehan walau ia memang ia menyumbang spermanya di rahimku. Tapi dia bukan siapa-siapaku. Aku benci kalau kamu mengulang dan memaksaku untuk membongkar semua ini. Ini terlalu kejam untuk kakakku. Sama halnya aku menghancurlan rumah tangga kakakku dengan kejam."Ucap Eva sendu.

Ia sebenarnya kasian dengan anaknya. Tapi kakaknya terlalu baik apabila kakaknya itu mengetahui hal ini.

"Oh astaga... Kamu mengandung cucuku, nak?"

Eva terlonjak kaget mendengar suara serak dengan eksen angkuh itu. Bahkan ponselnya telah tergeletak mengenaskan dilantai.

Oh tidak ! Itu papa Rehan!

Oh tidak ! Itu papa Rehan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang