17

11.8K 499 24
                                    

TUJUH BELAS

"Kenapa hanya menonton? Angkat wanita hamil itu bodoh!"teriak Rehan kencang dengan nada histeris melihat keadaan wanita yang tengah telentang dengan wajah yang berlumur darah didepannya.

Rehan mengenali pakaian yang dipakai Eva tadi dan bukan Eva yang tengah terbaring menyeramkan dibawah kakinya.

Eva hamil muda sedangkan wanita malang di bawah kakinya tengah hamil tua.

Rehan geram dengan massa yang mengelilingi wanita hamil itu tanpa mau menolong langsung. Takut menjadi saksi lah, takut pada darah, omelan massa yang melihat keadaan wanita hamil tua itu membuat Rehan geram dengan bisikan-bisikan takut mereka.

"Kenapa tidak bapak saja yang angkat?"celetuk salah satu ibu-ibu yang ikut melihat.

Rehan terdiam mendengar ucapan ibu-ibu gempal didepannya.

"Nanti bajuku kotor."bisik Rehan kecil.

Rehan langsung membalikkan badannya pergi untuk meninggalkan kerumunan itu bersamaan dengan datangnya ambulance yang akan mengangkut korban kecelakaan.

Andai itu adalah Eva mungkin Rehan sudah meraung hebat dan mengangkat wanita itu tanpa takut bajunya akan kotor. Disana ada dua anaknya walau Rehan masih meragukannya sedikit. Tapi itu adalah anaknya, Eva masih perawan dulu. Oh sial! Dia begitu labil!

"Kalian membuat papa takut, "bisik Rehan lirih dengan tangan yang mengelus-ngelus dadanya yang masih berdebar tak normal di dalam sana.

Suara klakson dari jauh yang dibunyikan oleh Aisyah membuat Rehan terkejut dan melangkah lebar kearah mobilnya lagi.

Rehan tidak fokus, kepala dan pikirannya telah dipenuhi oleh dimana keberadaan Eva sekarang.

Rehan menyuruh agar isterinya yang menyetir. Ia takut akan melaju dengan kencang untuk menguapkan rasa marah dan khawatirnya pada Eva, membuat kedua orang tua Asiyah dan Aisyah celaka nantinya.

Rehan hanya duduk bersandar dengan wajah yang kusut di samping Aisyah. Membuat Aisyah dan kedua orang tuanya berfikir-fikir ada apa dengan Rehan?

****

Rehan melangkah masuk dengan cepat kedalam rumahnya. Ia ingin mandi sesegera mungkin agar ia bisa segera mencari keberadaan Eva. Sungguh Rehan merasa tidak tenang, hati kecilnya berkata bahwa Eva telah meninggalkannya dan wanita itu telah membawa kabur kedua anaknya. Awas saja kalau berani! Tempat tinggal Eva dan anaknya nanti adalah tempat yang ditentukan olehnya.

Eva juga tidak boleh menikah sebelum anaknya berumur 10 tahun. Anak umur segitu bisa mengadu tentang perbuatan jahat ayah tirinya. Pikir Rehan mantap dan ia akan menyampaikan aturan itu pada Eva nanti.

Aisyah mencoba mengejar langkah suaminya. Tapi langkah Rehan begitu lebar membuat Asiayah sedikit kewalahan.

"Mas!"panggil Aisyah keras tapi tidak membuat langkah Rehan berhenti.

Tumben aku di cueki? Pikir Aisyah bingung.

"Aku buru-buru, ada pekerjaan penting di kampus."balas Rehan teriak penuh dusta dan telah berada di lantai dua kamarnya.

Masalah Asiyah yang merangkul laki-laki lain seakan terlupakan olehnya. Pikirannya telah digantikan sepenuhnya oleh Eva dan kedua anaknya sekarang. Aisyah yang diberitahu oleh Kedua ibu dan bapak mertunya sakit dilupakan juga oleh Rehan. Biasanya lak-laki itu akan menyiapkan segala kebutuhan Aisyah bahkan makanannya akan di suapi oleh laki-laki itu walau Aisyah hanya sakit batuk.

Aisyah tertegun tapi dalam sekejap raut wajahnya menjadi sumringah mendengar perkataan Rehan yang akan pergi keluar hari ini.

Dua dering pesan masuk berturut-turut dalam ponselnya membuat senyum sumringahnya memudar dalam sekejap.

Dengan cepat perempuan itu merogoh ponsel yang berada di saku celana pensilnya.

Reina (nama samaran Iwan, ya.)

Aku butuh uang, sayang. 20 juta.

Aisyah menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar.

Gila! Bagaimana cara ia mendapat uang sebanyak itu? Lima puluh juta baru saja kemarin ia berikan kepada kekasihnya. Dan uang itu adalah uang dari hasil ia menipu dan merayu suaminya bak wanita murahan.

Oh...Aisyah berharap, adik Iwan yang penyakitan itu mati saja! Agar tidak ada hambatan yang menghambat hubungan mereka.

Dengan lemas Aisyah melangkah menaiki tangga menuju kamarnya dengan lemas. Sisa pemasang spiral tadi masih terasa sakit dan ia ingin mandi sekarang untuk meredakan dan mendinginkan kepalanya yang sakit karena masalah uang.

****

Rehan menegang mendapat pelukan erat dari Aisyah secara tiba-tiba. Aisyah melancarkan tangan lentiknya untuk menggoda dan merangsang suaminya. Tapi Rehan terlihat tidak berekasi.

"Aku sayang kamu,"ucap Aisyah lembut dengan tangan yang tengah menari menggoda di atas dada telanjang Rehan.

Rehan yang berniat ingin memakai pakaiannya, urung ia lakukan karena pelukan dadakan Aisyah, isterinya.

Senyum cerah seketika muncul dikedua bibir Rehan. Rehan mengecup lembut telapak tangan isterinya. Rehan bahkan membalikkan badannya pelan agar menghadap isterinya.

Dengan gemas Rehan menciumi seluruh wajah Aisyah. Rehan merasa bahagia karena ia baru mendegar lagi sekarang kata sayang yang sangat jarang di ucapkan oleh isterinya untuknya.

"Aku lebih mencintai dan menyayangimu, sayang."balas Rehan sumringah.

Dengan gemas Rehan menggiring tubuh isterinya menuju ranjang. Setelah mereka berada diatas ranjang, Aisyah menggoda Rehan dengan sepenuh ahli dan sekuat tenaganya.

Sepasang suami isteri itu melakukan ibadah disiang hari yang panas. Panasnya cuaca membuat gairah mereka semakin terbakar.

Sejenak Rehan melupakan niatannya yang ingin mencari Eva. Ia telah larut dalam nikmat dunia yang tengah diberikan oleh isterinya.

Setelah menghabiskan dua ronde yang melelahkan. Rehan dikejutkan dengan permintaan isterinya.

"Aku butuh uang 20 juta, mas."

Rehan tertegun mendengarnya.

Minta lagi? Untuk apa?

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang