18

11.9K 515 11
                                    

DELAPAN BELAS

Rehan turun dengan sangat pelan dari atas kasurnya, takut isterinya akan terusik dan bangun. Aisyah masih terlelap dengan damai dengan wajah ayu dan bersinarnya.

Rehan memandang penuh cinta pada wajah isterinya yang cantik. Setelah puas merekam wajah lelah Aisyah setelah olah raga ranjang mereka, Rehan melangkah lebar menuju brangkas-nya. Laki-laki itu membuka dengan hati-hati brangkasnya dan mengeluarkan tiga ikat uang berwarna merah dari dalam sana.

Setelah menutup dan mengunci rapi brangkasnya, Rehan melangkah cepat menuju nakas yang berada disamping kiri ranjang mereka. Laki-laki itu menyimpan uang sejumlah 30 juta itu diatas nakas. Aisyah butuh uang 20 juta untuk membeli tambahan kain yang akan digunakan untuk menjahit pakaian hasil desainer barunya yang bernam Reina. Reina begitu pintar membuat sketsa gaun yang bagus dan indah. Begitulah papar Aisyah tadi.

Rehan semakin bangga saja pada Aisyah. Makanya dia memberi lebih 10 juta untuk isterinya.

"Astaga...Eva!"pekiknya kelabakan setelah sadar akan keterlupaannya pada Eva sejak Asiyah memeluknya tadi.

Sial! Hari hampir menjelang malam. Kemana wanita itu pergi? Jantung Rehan dengan perlahan kembali berdebar tak normal.

"Jangan pergi dulu."lirih laki-laki itu pelan sebelum menyalakan shower yag akan membasahi seluruh tubuhnya.

Rehan mandi kilat, dia ingin segera keluar mencai Eva. Hari sudah hampir menjelang gelap. Oh Tuhan! Ada anaknya yang tengah ditenteng kemana-mana oleh wanita itu.

Setelah selesai mandi, Rehan memakai kilat bajunya, bahkan baju dan celananya tidak selaras karena ia mengambilnya acak. Setelah berpakaian laki-laki itu melangkah lebar menuju nakas untuk mengambil kunci mobil Aisyah. Ia akan meminjam mobil Aisyah mengingat mobilnya yang belum di bawah oleh orang bengkel.

Rehan melangkah terburu...ia iangin mencari Eva sampai ketemu. Hatinya begitu risau dan gelisah didalam sana.

****

Sudah dini hari Rehan masih saja memutar-mutar mobilnya kelabakan di jalan besar maupun kecil. Ia tidak berhasil menemukan Eva sedikitpun. Rasa takut dan khawatir dalam dirinya pada anaknya semakin besar. Andai tidak ada anaknya, Rehan tidak sudi membuang waktu berharganya hanya untuk mencari Eva.

"Kamu membawa anakku kemana di dini hari seperti ini?"ucap Rehan geram.

Wajah laki-laki itu terlihat pucat dan berkeringat. Rambutnya awut-awutan dengan kedua tangannya yang terasa kaku karena mengemudi sedari tadi sore sampai jam 3 pagi.

Perutnya terasa perih dan sakit bagai ditusuk oleh jarum di dalam sana. Ia hanya makan sedikit tadi pagi. Bahkan seteguk air minum belum diteguk olehnya kecuali pagi tadi.

"Lapar sekali."desah laki-laki itu pelan dengan wajah yang meringis sakit.

Sedangkan ditempat lain tepatnya dikamarnya, Aisyah tengah mengobrol dengan iwan lewat video call. Seperti biasa, cara mengobrol Aisyah tidak biasa dengan iwan. Aisyah selalu membuka bajunya tanpa tersisa secarikpun ditubuhnya dengan iwan yang menjadi penikmat diseberang sana.

Rehan sempat mengirim pesan pada Aisyah bahwa ia akan pulang terlambat hari ini. Ia akan menginap di kampus tepatnya di ruangan yang menjadi ruangan khusus ayahnya untuk mengerjakan pekerjaan. Aisyah mengijinkan dengan senang hati pada Rehan. Wanita itu memanfaatkan waktu untuk terus mengobrol dan selalu memandang wajah kekasihnya setelah wanita itu memberi uang pada iwan. Dengan berani Aisyah menyuruh iwan datang kerumahnya tapi diusir cepat oleh wanita itu, takut di lihat oleh Eva. Aisyah belum mengetahui kalau adiknya tidak berada dirumah dan ia mengira Eva sedang malas keluar dari kamarnya.

"Arrggg...perih sekali,"Rehan meremas perutnya kuat.

Laki-laki itu sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang ia rasakan diperutnya. Ia butuh makanan sekarang.

Dengan mata yang memerah menampung amarah yang begitu besar pada Eva. Rehan mencoba menghubungi ponsel Eva lagi. Tapi sial! Ponsel wanita itu tidak aktif dan berada di luar jangakuan.

"Awas kau Eva! Kalau sampai terjadi hal buruk dengan kedua anak kita."

****

Nyatanya sudah tiga bulan berlalu Rehan masih belum bisa menemukan keberadaan Eva. Laki-laki itu bahkan sangat jarang berada dirumah kerana sibuk mencari Eva kesana kemari.

Aisyah dengan senang hati memanfaatkan waktu sibuk suaminya dan mengundang laki-laki lain ke rumahnya tanpa sepengathuan Rehan pastinya dengan mengancam pembantunya agar tutup mulut dengan apa yang ia lakukan.

Perhatian yang begitu penuh untuk Aisyah dari Rehan sudah berkurang sebanyak 50%. Laki-laki itu tidak pernah fokus dan sering melamun membuat Aisyah bingung tapi Aiyah tidak ingin ambil pusing dengan apa yang terjadi pada Rehan.

Rehan memang suaminya tapi suami yang tidak pernah diinginkan dan dibayangkan olehnya. Suami impiannya adalah iwan bukan Rehan.

Rehan berjalan lemas menuju kubikel kerjanya yaitu di prodi Sejarah. Ada mahasiswa yang ingin konsul dan mau tidak mau ia harus membimbing mahasiswanya, sudah dua minggu ia mengabaikan dan menunda-nunda mahasiswanya yang ingin melakukan konsul. Kalau ia sampai menundanya lagi ia akan mendapat teguran dan ceramah agama dari papanya karena mengabaikan kewajiban tanpa alasan yang jelas.

"Rifki Putra sudah tiga bulan absen. Bukankah dia seharusnya turun PPL disemester ini?"

Samar-samar Rehan mendengarkan dengan telinga yang tajam percakapan dosen lainnya yang berada disamping kubikelnya.

"Rifki Putra..."bisik Rehan sinis.

Kemana laki-laki itu tiga bulan ini sampai absen selama itu tanpa mengambil cuti.

"Hilangnya bersamaan dengan Eva?"bisik Rehan bertanya sinis pada dirinya sendiri.

"Kamu kabur dengan laki-laki lain dengan membawa serta anakku?"tangan Laki-laki itu mengepal erat dengan penuh tekad untuk menemukan keberadaan eva saat ini juga.

Kenapa ia bodoh sejak tiga bulan berlalu. Dia belum mengunjungi rumah lak-laki itu. Awas saja kalau benar Eva pergi kabur dengan Rifki. Rehan tidak sudi Rifki menyentuh-nyentuh anaknya seperti kemarin-kemarin.

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang