9

13.5K 553 15
                                    

SEMBILAN

Reina Call

Rehan memandang tak suka pada nama yang tertera yang memanggil berisik ponsel Aisyah sedari tadi. Sudah dua kali Rehan me-reject tapi tetap saja si Reina itu kekeh menghubungi isterinya.

"Kurang ajar!"desis Rehan tak suka.

"Berisik! Aku mau tidur keluar dari kamarku!"usir Eva marah.

Kepala Eva sedikit pusing dan iya ingin tidur sekarang.

"Tidurlah! Aku akan keluar."

"Tapi aku menunggu isteriku dulu,"tekan Rehan untuk kata isteri.

Eva memutar bola matanya sinis. Dia kira bakal cemburu atau iri apa? Tunggu harimau bertelur kalau mau dia cemburu.

"Janga memutar bola matamu, Eva! Nanti mata anakku juling."ucap Rehan berang dengan suara yang berbisik. Takut Aisyah akan mendengarnya di dalam kamar mandi sana.

"Dasar dosen bodoh!"ejek Eva sinis.

Rehan menggeram. Untuk urusan Reina yang mengusik malamnya dengan Aisyah, sejenak di lupakannya, tergantikan dengan rasa kesal dan gemas ingin membebal mulut Eva dengan kepalan tangannya.

Rehan memandang tajam pada Eva,"sopan padaku, aku akan menjadi suamimu sebentar lagi."bisik Rehan geram.

Kepala Eva yang sakit semakin sakit mendengar ucapan gila Rehan barusan.

"Auwh! Sakit!"rintih Eva pelan.

Seketika raut wajah Rehan menjadi cemas. Dengan reflek Rehan melangkah semakin dekat kearah Eva dan berjongkok sedikit. Tangan kekarnya ia bawah di atas kening Eva dan mengurut kening itu pelan dan lembut.

Ajaib! Rasa pening Eva seketika berkurang.

"Sial!"geram Rehan dan menarik tangannya kasar. Enak saja! Dia tidak suka menyentuh Eva.

Eva membuka matanya protes, "teruskan ! Kamu cocok jadi tukang urut."perintah Eva arogant.

Rehan menggeram dengan tangan yang mengepal kuat. Beraninya dia memerintahnya!

"Dalam kamusku tidak ada istilah isteri yang memerintah suami."ucap Rehan tegas.

"Isteri siapa yang memerintah suami?"tanya suara itu lembut.

Rehan gelapan dan reflek Rehan menabok kasar mulutnya sendiri. Jantungnya berdebar gila takut segala ucapannya pada Eva tadi di dengar oleh Aisyah.

Eva hanya acuh dan tak peduli.

"Kamu kenapa, mas?"tanya Aisyah bingung melihat wajah Rehan yang seketika pucat.

Rehan menghembuskan nafasnya panjang. Sepertinya isterinya hanya mendengar bagian akhir dari ucapannya pada Eva.

"Maksud yang kamu dengar tadi, kamu selama ini nggak pernah perintah dan suruh mas-kan? Seperti menyapu, memijit, dsb. Kamu kan yang selalu melayani mas selama ini?"tanya Rehan bangga dengan ekor mata yang melirik Eva sinis.

Biar Eva tau, kalau mereka telah menikah siri nanti, wanita itu tidak akan berani dan harus sopan serta mampu melayaninya.

"Iyah, Mas. Surga ada di suami untuk wanita yang telah menikah. Wajar kalau akulah yang melayani, mas"ucap Aisyah lembut dengan mata yang memandang dalam pada Rehan.

Jantung Rehan semakin berdebar menggila. Oh sungguh ! Aisyah adalah isteri yang langkah dan sholeha. Berbanding terbalik dengan adik isterinya yang penggoda, pengumbar aurat, nakal, Rehan tidak suka sama sekali pada Eva! Titik!

Eva ingin mual mendengar ucapan kakaknya serta kakak iparnya.

Hei ! Walaupun surga ada di suami, Eva tetap ingin suami melayani isteri juga, memanjakan isteri, sesekali atau boleh juga suami harus merasakan bagaimana dan seperti apa tugas dan kewajiban seorang isteri. Harus sama-sama menghormati, melayani, atau memanjakan.

Bodoh kakaknya!

"Kamu kasih tau dan nasehati sekali-sekali adikmu, sayang. Dia sudah kelewatan! Bergaul sampai hamil tanpa suami seperti ini."ucap Rehan dengan nada geram.

Eva rasanya ingin melonjak bangun dari tidurnya dan menerjang Rehan dengan lampu belajar yang berada di atas nakas. Hati Eva sungguh meradang! Awas saja kau besok!.

"Ssstttt...dia anak yang baik, mas. Aku tidak suka kamu memulai menjelekkan Eva lagi."Ucap Aisyah dengan mata yang memincing kearah Rehan.

Rehan hanya mengangguk kaku.

"Ini bukan salahku! Tapi laki-laki biadab, brengsek, anjing laut itu yang memperkosaku!"geram Eva puas.

Wajah Rehan pucat mendengar makian kasar Eva untuknya. Tangan laki-laki itu mengepal kuat di balik badannya dengan mata bak silet yang memandang tajam kearah Eva.

"Sudah, sayang. Ikhlaskan! Ini sudah takdir kamu"nasehat Aisyah lembut pada Eva.

Eva hanya mengangguk kaku.

"Kamu ti---"

Kring...

Suara ponsel yang sangat familiar di telinganya membuat Aisyah gelagapan dan tak melanjutkan ucapannya.

Asiyah menoleh ke arah nakas tidak ada ponselnya disana. Sial ! Dasar bodoh ! Seharus dia tidak menelponya apabila ia tidak mengirim pesan terlebih dahulu.

Keringat telah membasahi baju bagian dalam Aisyah.

"Reina!"geram Rehan marah.

"Siapa Reina?"tanya Rehan tegas pada Aisyah.

Rehan adalah tipe pencemburu berat. Walau pada perempuan sekalipun! Laki-laki itu tidak ingin perhatian isterinya terbagi dengan orang lain. Salah satu alasan utama yang membuat Rehan membenci dan tidak suka Eva adalah karena Aisyah lebih mementingkan dan menyayangi Eva dari pada ia suaminya.

Aisyah gelapan dengan mata yang resah memandang kearah ponselnya yang tengah di gemggam kuat oleh Rehan.

"Siapa Reina, sayang? Jawab pertanyaan aku!"ucap Rehan dengan nada lembut agar Aisyah luluh.

Hal penting apa yang membuat Reina menelpon Aisyah dini hari seperti ini.

"Dia teman baru aku, mas. Sini hp aku."ucap Aisyah gugup sambil ingin meraih ponsel yang berada di tangan Rehan.

Rehan menggeleng.

"Jawab yang jujur dan benar! Siapa dia? Ada urusan apa dia sama kamu? Kamu dalam masalah?"tanya Rehan bertubi.

Aisyah menggeleng kuat, "Dia teman baru aku, mas. Karyawan baru aku."jawab Aisyah masih dengan nada gugup.

Rehan menggeleng kuat.

"Angkat telepon ini dan speaker, aku mau tau siapa dia. Bisa saja dia laki-laki kan? "Selidik rehan dengan sinar mata yang dipenuhi oleh sinar cemburu buta.

Aisyah geram.

"Kembalikan ponselku atau kita cerai!"

Mata Rehan melebar mendengarnya begitupun dengan Eva. Bahkan Eva reflek terbangun dari baringannya. Eva tidak menyangka kakaknya seperti ini. Hanya masalah sepele dan berani mengucap kata cerai. Eva shokc.

Brukkkk

Rehan membanting kasar ponsel Aisyah dan melanggang keluar dari kamar Eva dengan raut wajah yang tidak bisa Eva dan Aisyah baca.

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang