19

12.2K 517 25
                                    

SEMBILAN BELAS

Kaki panjangnya hanya melayang di udara dan dengan kesal laki-laki itu menurunkan kembali kakinya di pijakan lantai. Ingin melangkah lanjut ada orang nomor satu yang harus ia hormati dan dia dengar kata-katanya, yang tengah berjalan angkuh menuju kearahnya.

Rehan menarik nafanya kasar dan menghembuskannya dengan perlahan. Dengan terpaksa laki-laki itu menarik lebar bibir ke keatas untuk menyambut kedatangan papanya yang semakin dekat kearahnya.

"Mau kemana kamu?"tanya papa-nya yang bernama Harun dengan suara tegas dan mata yang memincing tajam kearah anaknya.

Mata tua itu melihat penampilan anaknya dari atas kepala hingga ujung kaki. Kayak gembel!

"Kenapa bajunya sembrono kayak gini? Kayak orang susah?"Harun melangkah masuk kedalam rumah dan menabrak kecil tubuh anaknya dengan tubuh tegapnya.

Rehan mengelus pelan bahunya yang di tabrak sengaja oleh papanya. Badan papa-nya bagai batu. Keras! Padahal usianya sudah hampir masuk kepala enam tapi awet muda dan masih begitu kuat.

Rehan menarik nafasnya kasar. Papanya masih begitu sombong dan angkuh.

Rehan mengikuti langkah papa-nya yang sudah duduk di sofa mahalnya. Rehan menunggu was-was apa yang ingin papanya katakan sehingga ia datang langsung kerumahnya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Mana Aisyah?"Tanya Harun sambil melirik-lirik disetiap sudut rumah untuk mencari keberadaan menantunya.

"Dia tengah mencari adiknya yang menghilang, pa. Aku juga baru saja ingin mencarinya tapi ada papa yang datang sepertinya rencanaku harus tertunda."ucap Rehan dengan nada yang mengandung sindiran dan nada tak suka akan kedatangan papanya yang datang pada waktu yang tidak tepat.

"Sepertinya kedatanganku tidak diharapkan olehmu. Dasar anak kurang ajar!"Harun melempar Rehan dengan sapu tangan yang laki-laki tua itu comot di saku bajunya.

Lemparannya telak pada wajah Rehan bahkan matanya terasa sakit karena kain licin dan mahal papanya mengena pada bola matanya.

"Maaf."Ucap Rehan pelan.

"Papa ingin kamu dan Aisyah pergi ke Singapura. Lakukan cek up disana. Kalau kalian tidak punya uang atau cukup uang. Ambil uang di papa. Atau kalian jual saja salah satu tanah kalian."Ucap Harun dengan raut wajah yang serius.

"Umur kami semakin tua. Mungkin besok, lusa atau hari ini kami akan mati. Setidaknya berikan kami cucu terlebih dahulu sebelum kami menutup mata."Ucap Harun dengan nada muram kali ini.

Sungguh rumahnya yang besar bagai dalam gua karena sepi dan mencekam. Tidak ada suara anak kecil atau orang lain yang mengisinya. Dia menyesali kenapa dia dan isterinya hanya diberikan satu anak oleh yang maha kuasa.

Rehan menunduk dalam dengan perasaan bersalah yang amat besar. Ia tidak bermasalah tapi sepertinya Aisyah yang bermasalah. Butinya Eva langsung hamil padahal mereka hanya melakukan itu sekali dulu.

"Kalau isterimu yang bermasalah, papa harap kamu harus mau menikah lagi."

Rehan menegang ucapan papa-nya yang ini. Rehan memandang penuh prites kearah papanya tapi Harun membuang wajahnya muram. Ia tau Aisyah adalah anak sahabatnya, tapi ia juga ingin dan butuh cucu. Mau tidak mau Aisyah harus mau memberi ijin pada Rehan untuk mempoligami-nya. Dari pada diceraikan begitu saja oleh Rehan.

"Papa menyesali pilihan papa dulu, kenapa papa tidak memilih Eva. Dia sehat dan normal. Dia sedang hamilkan sekarang? Tapi laki-laki brengsek mana yang telah membuat anak manis dan baik seperti Eva tersiksa dengan meneteng perut tanpa ada yang mau bertanggung jawab atas perbuatan bejatnya itu. Mati saja laki-laki bangsat seperti itu! Semoga alat kelaminnya busuk."

Rehan menelan ludahnya berkali-kali mendengar makian papanya untuk laki-laki yang telah menodai Eva. Ngeri sekali!

Papa kau menyumpahi anakmu. Lirih Rehan pilu dalam hatinya.

Tapi adada eufaria dalam dadanya mendengar sang papa yang sempat ingin memilih Eva untuk dirinya dulu.

"Issh! Kenapa nggak pilih eva saja dulu."Ceplos Rehan tanpa sadar.

Harun memandang penuh bingung kearah anaknya.

****

Iwan dikagetkan dengan kedatangan Aisyah di kos-sannya secara tiba-tiba. Iwan sudah melarang keras pada Aisyah agar jangan pernah datang mengunjunginya kostnya. Laki-laki itu takut Aisyah akan di goda atau diganggu oleh penghuni kost yang lainnya. Mengingat kost yang ia tinggali selama setahun
belakangan ini adalah kost khusus untuk cowok dan isinya adalah cowok bajingan semua.

Iwan memandang tak suka dengan tatapan tajam pada Aisyah.

"Kenapa harus datang? Ngotot seperti ini."Ucap Iwan kesal sembari mendorong kursi roda adiknya menuju kamar. Adiknya lelah sepertinya dan ia telah mengantuk. Hari sudah sangat siang dan panas.

"Aku kangen."ucap Aisyah manja sembari melingkarkan tangannya dilengan Iwan yang tengah mendorong pelan kursi roda adiknya yang cacat mental dan fisik.

"Aku juga kangen. Tapi kalau suamimu membututimu. Mati kau Aisyah. Aku juga akan mati."Ucap Iwan dengan wajah gusar kali ini.

Iwan meletakkan tubuh adiknya pelan dan penuh sayang diatas spring bed mini yang dibeli khusus oleh laki-laki itu untuk adiknya.

"Tidak akan! Aku beralasan ikut mencari Eva. Adikku sudah hilang tiga bulan. Rehan terlihat kelimpungan mencarinya."ucap Aisyah dengan pandangan yang menerawang.

Aisyah tau kalau Rehan diam-diam mencari Eva di setiap hari tanpa ada libur sedikitpun. Laki-laki itu juga sudah terlihat kurus dan tirus.

"Kamu nggak cemburu?"selidik Iwan tajam.

Aisyah reflek menggeleng kuat, "Nggak. Aku akan cemburu kalau kamu dekat dengan wanita selain aku."ucap Aisyah dengan nada serius.

Aisyah melangkah dekat kearah Iwan. Wanita itu mendekap tubuh iwan erat begitupun iwan balas mendekap tubuh Aisyah. Keduanya saling berpelukan dengan perasaan cinta yang membuncah.

"Kamu nggak khawatir sama adikmu?"Iwan mengelus lembut rambut Aisyah.

Aisyah menggeleng, "tidak ! Dia aman sama Rifki. Mereka lagi berada di Malasya. Eva yang mengirim pesan padaku. Makanya mama dan papa nggak terlalu khawatir. Begitupun denganku. Hanya Rehan yang tidak tau. Biar saja, supaya dia jarang berada di rumah."Aisyah menjawab dengan lembut pertanyaan kekasihnya.

Aisyah sangat menyanagi Eva. Tapi dia telah berbuat egois pada adiknya. Nanti ia akan meminta maaf bahkan akan bersimpuh pada adiknya. Tapi belum saat ini, nanti.

"Seperrinya suamimu telah menanam cinta untuk Eva."

"Kamu nggak cemburu?".

"Nggak!"balas Aisyah tegas.

" Untuk yang ini, kamu nggak nyesal, Eva telah mengandung anak Rehan?"tanya Iwan dengan nada ragu dan takut-takut pada Aisyah.

Aisyah terdiam untuk pertanyaan Iwan yang ini.

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang