8

14.5K 546 9
                                    

DELAPAN

"KAMU PIKIR AKAN KEMANA, HA?"

Teriakan lantang Rehan dengan nada dinginnya tidak membuat langkah Eva berhenti sedikitpun. Wanita itu terlalu muak dengan kejadian-kejadian yang di alaminya akhir-akhir ini.

"Ssstt"ringisan sakit berhasil keluar dari mulutnya. Oh...perutnya tiba-tiba terasa kram dan sakit.

Perlahan langkah Eva telah dalam mode pelan dengan wajah yang meringis tersiksa.

Rehan yang berada di belakang Eva tersenyum lebar melihatnya. Rehan senang Eva patuh padanya. Enak saja wanita itu ingin pergi tanpa ijin darinya. Hei ! Eva harus menurut padanya, karena wanita itu tengah mengandung anaknya. Rehan tidak terlalu senang dengan anak yang di kandung Eva. Tapi setidaknya ia tidak mau di anggap rendah dan lebih rendah dari binatang apabila ia tidak mengurusi sedikit keperluan dan kebutuhan anaknya yang masih berada dalam bentuk janin itu.

Dengan senyum penuh kemenangan Rehan melangkah lebar menuju Eva yang telah berada di ambang pagar rumahnya. Dia kira akan kemana di pagi buta seperti ini. Rehan saja bergidik ngeri melihat betapa sepi dan gelapnya jalanan di depannnya.

"Kamu tidak akan pernah bisa pergi sebelum kamu melahirkan anakku!" Rehan berucap tegas dengan senyuman licik yang tersungging penuh di kedua bibirnya.

Tidak ada respon atau jawaban dari Eva. Eva tengah sibuk menenangkan dan mengelus perutnya pelan karena rasa sakit masih melandanya membuat wajah wanita cantik itu pucat.

"Ayo masuk lagi! Tidak baik bagi wanita hamil untuk berada di luar seperti ini di tengah malam. Nanti para iblis mencium aroma hamil mu!"perintah Rehan tegas.

Jarak Rehan dan Eva hanya lima langkah. Eva masih bergeming ditempatnya. Keringat dingin telah merembes deras di kening wanita itu.

Rehan menggeram. Keras kepala !

Rehan melangkah lebar menuju Eva dan menarik kasar pergelangan tangan Eva membuat Eva mundur beberapa langkah dan menubruk dada bidang telanjangnya. Rehan membeku di saat dada kerasnya di bentur oleh punggung Eva yang terasa empuk olehnya. Oh astaga...darahnya berdesir di saat pantat berisi dan besar Eva bertengger lancang tepat di depan alat intimnya.

Rehan menahan nafas gusar.

"Ayo masuk kenapa hanya diam?"ucap Rehan jengkel. Ia bagai berbicar dengan orang bisu.

Eva masih membelakangi Rehan dengan muka yang meringis. Tidak ada suara yang keluar sedikitpun dari mulutnya. Ia sungguh merasa lemas dan sakit.

"Auuuuwwhhh!"Eva merintih di kala Rehan membalikkan tubuhnya paksa.

Tas kecil yang berada di tangan kiri yang berisi baju-bajunya tergelatak di aspal. Tangannya sudah tidak mampu untuk menahan beban lagi.

Wajah Rehan seketika memucat melihat wajah Eva yang telah seputih kapas. Eva memandang Rehan sinis.

"Aku kesakitan, bodoh ! Kenapa kamu menarikku. Aku merasa anak yang berada dalam perutku ingin keluar! Sakit..."ucap Eva sinis walau keadaannya sudah sangat lelah dan lemas.

Rehan terdiam membisu dengan mata yang memandang fokus kearah wajah ringisan sakit Eva.

"Gendong aku! Kalau kau tidak ingin anakmu mati. Ah aku akan jalan sendiri, kamu pasti mengharap anak ini mati-kan. Tapi kau ragu-ragu untuk menyampaikan niatanmu itu padaku."sinis Eva telak.

Eva mencengkram erat celana kain sutera yang dikenakan Rehan sampai celana Rehan sedikit melorot ke bawah dan Eva seincipun tidak pernah melihat ke bawah.

"Lepas!"Eva meronta kecil dengan wajah tersiksa menahan sakit dan keram di perutnya.

Rehan mundur beberapa langkah karena kuatnya dorongan Eva.

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang