EMPAT

18.3K 620 4
                                    

EMPAT

Edi duduk dengan wajah muram di samping isterinya. Hatinya di liputi rasa gelisah yang mendalam. Rasa penasaran dan marah pada anak bungsunya membuat ia tidak ada gairah hidup dan nafsu makannya turun drastis.

Perut anaknya Eva semakin besar dalam setiap detik berlalu. Mau di simpan dimana muka keluarga besar mereka apabila warga masyarakat tau tentang keadaan anaknya tanpa ada suami atau pernikahan yang mengikat.

"Papa harap kamu bisa selidiki dengan teliti siapa laki-laki yang menghamili adikmu, Aisyah. Ngintip-lah setiap kegiatan Eva kalau bisa pasang cctv di kamarnya."Ucap Edi dengan muram.

Tubuh bugar dn segar laki-laki paru bayah itu hilang tak berbekas setelah masalah besar menimpa putri kesayangannya.

"Mama mohon, Eva. Perhatikan adikmu dengan baik, kasian dia, nak,"

"Mama dan papa tidak akan bisa membenci benar pada adikmu, kami hanya marah karena adikmu bungkam tentang laki-laki yang telah menghamilinya."Rosi berucap lirih.

Wanita yang berumur kepala lima itu tidak menyangka anaknya bisa seperti ini. Ia akui kalau Eva adalah anak yang suka bergaul, berlaku sesukanya, tapi Rosi tau untuk urusan hal terlarang seperti itu Eva sangat menjaga dirinya.

"Mama tenang saja, aku dan mas Rehan selalu mengotrol Eva, ma. Dan dia terlihat sehat dan berisi sekarang."Ucap Aisyah lembut untuk menenangkan kedua orang tuanya.

Edi dan Rosi mengangguk haru. Mereka rindu dengan anak mereka.

"Ma, Pa bagaimana kalau kita menjodohkan, Eva?"usul Aisyah pada kedua orang tuanya.

Serentak Edi dan Rosi menggeleng tak setuju.

"Tidak, sayang! Papa mau orang yang menghamilinya yang bertanggung jawab!"

****

Rehan bersandar lemas di kursi meja makan. Sudah belasan kali laki-laki itu bolak balik kamar mandi. Rehan mengutuk anak yang berada dalam kandungan, Eva..memyusahkan sekali, huh!

"EVA!"Teriak Rehan membahana.

Tapi tak ada respon dari Eva.

"EVA!"lagi Rehan berteriak memanggil Eva tapi tak ada sahutan dari Eva.

Berkali-kali Rehan memanggil Eva dengan intonasi keras tapi tetap tak mendapat sahutan dari Eva.

"Aissss! Dimana wanita itu?"Tanyanya geram.

Rehan ingin meminta bantuan pada Eva.

Rehan bangkit dengan kasar dari dudukannya dan melangkah lemas menuju kamar Eva yang kebetulan berada di lantai bawah. Laki-laki itu melangkah dengan amarah besar walau kondisi fisiknya lemas, pasalnya dia belum mengisi perutnya sedikitpun sedari tadi pagi.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Rehan langsung menorobos masuk. Matanya melebar melihat pemandangan yang berada di depannya.

Sial Eva lagi mengganti baju.

"Arggggg.... apa yang kamu lakukan, brengsek?"teriak Eva histeris.

Rehan mendecih sinis.

"Tubuhmu tidak akan memberi pengaruh apapun untukku, kamu tidak perlu capek-capek untuk menutupinya."sinis Rehan dengan tubuh yang telah bersandar di pintu.

Sial dia merasa matanya sedikit berkunang. Eva tengah memakai kilat bajunya.

Setelah selesai memakai bajunya, Eva melangkah angkuh menuju pintu dan menerobos kasar tubuh lemas Rehan yang menghalangi jalannya.

"Eva!"panggil Rehan sambil memijat pelan keningnya. Dia sangat mual.

Dasar anak sialan! Kutuknya dalam hati.

"Buatkan aku makanan! Aku lapar, teh mint, aku mau itu juga, cepat!"titah Rehan tegas.

Eva mendecih dan memandang Rehan marah. Dia pikir siapa?

"Aku tidak sudi! Awas aku mau pergi keluar dengan Rifki."Ucap Eva dan melenggang pergi.

Baru beberapa langkah EVa melangkah, tangannya di cekal kuat oleh Rehan.

"Aku lapar! Buatkan aku makan sekarang juga! Tidak ada acara keluar" titah Rehan lagi.

"Heiiii....kamu selalu mengatakan aku menjijikan! Kamu mau makan dari masakan orang yang menjijikan seperti aku, hm?"sinis Eva telak.

Rehan terlihat bungkam.

"Bantu aku jalan! Aku sungguh lemas."titah Rehan dengan perintah yang lain.

"Aku tidak mau,"Ucap Eva acuh.

Eva kembali melangkah tapi dengan kasar Rehan kembali menarik Eva kasar. Dan membalikan tubuh Eva sehingga tubuh Eva menghadapa tepat pada wajah Rehan.

Karena tidak bisa menjaga keseimbangannya, karena tarikan kuat Rehan. Eva limbung kedepan dengan kedua tangannya yang telah melingkar erat di perut Rehan.

Tubuh Rehan menegang. Semakin menegang dengan mata melotot, Rehan melihat ada isterinya di seberang sana.

"MAS!"

Pregnat with BROTHER-IN-LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang