TUJUH
Eva melotot ngeri mendengar ucapan Rehan barusan. Eva memandang Rehan sinis dan ejek. Siapa yang mau menikah dengan laki-laki itu? Mati saja kau, sialan!
"Kamu selain brengsek, kamu juga gila!"sinis Eva penuh benci dengan mata memerah pada Rehan.
Rehan menggeram menahan amarahnya kuat agar tangan besarnya tidak mampir di pipi Eva. Ia takut teriakan sakit Eva akan membangunkan tidur nyenyak isterinya.
"Jangan lancang kamu Eva! Sopan sedikit padaku! Aku lebih tua beberapa tahun darimu."
Eva berdecih mendengarnya.
"Jangan pernah mengumpat atau menyebutku gila lagi! Aku akan menjadi suamimu sebentar lagi." Ucap Rehan dingin.
Mendengar ucapan gila Rehan, Eva dengan kalap menghempas kasar selimut tebal yang melilit tubuhnya. Dan membuang selimut tebal itu tepat pada wajah Rehan, membuat kepala Rehan tertutup oleh selimut tebal itu. Tak hanya itu saja, Eva mengambil buku-buku tebal yang berada dinakas dan melempar kalap pada Rehan.
Brukkkkk
Buku tebal yang menjadi lemparan terakhir Eva mendarat mulus di depan wajah Rehan. Eva mendengar jelas desisan sakit yang keluar dari mulut Rehan.
Eva tidak peduli dan tidak akan takut. Hei !!! Dia bukan wanita bodoh dan lemah ! Dia bukan wanita bodoh yang mau menikah dengan Rehan, kakak iparnya yang masih berstatus suami kakaknya. Dia tidak bodoh tentang ajaran agamanya. Lebih baik dia membesarkan sendiri anaknya sampai langit runtuh dan tidak menikah dengan siapapun kalaupun cowok terakhir yang ada di bumi ini hanya Rehan.
"Eva!"desis Rehan tertahan.
Oh sungguh wajahnya terasa sangat sakit. Bayangkan saja buku setebal 500 halaman di lempar kuat di wajahmu, hidungmu bahkan bisa patah dibuatnya.
Dengan kasar Rehan menyingkirkan selimut yang menutupi wajah dan kepalanya. Tangan besarnya tidak sengaja menyentuh tulang hidungnya.
"Sstttt"desisan sakit keluar mulus dari mulutnya.
Ada darah yang menetes disana. Rehan menghapusnya kasar dan memandang kearah Eva yang terlihat santai diranjang dengan tatapan dingin dan tajamnya padanya.
"Dasar perempuan sialan! Kalau tidak ada anakku yang berada dalam perutmu, haram dan najis aku menikahimu. Ibarat kata kamu hanya telapak kaki isteriku. Ahlakmu buruk dan lihatlah tampilan sehari-harimu, berandalan dan mengumbar aurat. Jangan harap kamu bisa membuat aku berpaling dari isteriku yang sholeh dan sempurna."
"Kamu hanya telapak kaki isteriku.!"tegas Rehan lagi pada Eva.
Wajah Eva memucat mendengarnya. Eva tidak suka apabila ia di banding-bandingkan dengan orang lain apalagi dengan kakaknya. Hatinya sangat terluka mendengar ucapan Rehan yang begitu merendahkannya.
Eva mendongak dan menatap Rehan penuh benci dengan kedua sinar mata yang redup, hati wanita itu sakit karena wajah dan dirinya dibandinglan dengan telapak kaki manusia! Telapak kaki kakaknya!
"Terserah brengsek! Aku tidak tahan berada dalam atap yang sama denganmu lagi. Aku akan pergi dari rumahmu malam ini juga!"tegas Eva penuh tekad.
Eva tidak peduli dengan permohonan kakaknya yang meminta ia agar tetap tinggal disini. Walau segayung bahkan seember air mata kakaknya mengalir, ia tidak akan goyah. Ia akan tetap keluar dari rumah ini malam ini juga.
Eva turun dari ranjang dengan cepat dan berjalan lebar menuju lemari. Pakaian tipis dan minim yang dipakainya setiap ia tidur tidak ia hiraukan lagi bahwa ada laki-laki lain yang berada dalam kamarnya.
Rehan memandang dalam diam dengan mata yang berpusat intim pada seluruh inci tubuh Eva yang menonjol.
Jakun Rehan terlihat naik turun. Laki-laki itu seperti tersihir oleh tubuh Eva yang montok dan berisi setelah kehamilannya.
Eva teleh selesai mengepak pakaiannya secara acak dalam tas kecil yang hanya muat untuk beberapa setel pakaian. Eva memakai sweter tebal untuk atasannya dan memakai trening untuk bawahannya. Rehan masih terpaku ditempat melihat segala aktifitas Eva dalam diam.
Brukkkkk
Eva memutup pintu kasar dan membuat Rehan yang melamun dan terpaku sedari tadi sadar dan terkaget.
"Sial!"umpat Rehan kesal akan kelakuan bar-bar Eva.
Rehan melangkah lebar bahkan berlari kecil untuk mengejar Eva. Perempuan itu belum boleh pergi dari rumahnya. Dia harus menikahinya dulu dan menceraikan setelah perempuan itu melahirkan. No ! Jangan berpikir Rehan akan membesarkan anaknya dan menahan anaknya nanti apabila wanita itu melahirkan. Rehan tidak ingin kebahagiaannya dengan isterinya terenggut karena anak itu. Rehan berjanji akan memberi finansial pada anaknya. Asalkan Eva dan anaknya menjauh dari dirinya sejauh-jauhnya, Rehan takut wajah anaknya akan mirip dengannya dan menimbulkan tanda tanya yang besar untuk isterinya dan keluarga besar mereka. Itu mimpi buruk dan neraka dunia apabila Isterinya tau kalau dia telah menghamili adik kandung isterinya.
Kalau tidak ada mimpi buruknya barusan, tidak pernah terbesit dalam pikiran Rehan sedikitpun untuk menikahi Eva secuilpun. Tidak akan pernah.
****
Aisyah yang mendengar suara kerusuhan dari dalam kamarnya dan bantingan pintu yang begitu kuat, ia kaget dan gelapan. Ia takut kalau itu adalah suaminya.
Tanpa pamit pada seseorang yang wajahnya tampak dalam layar ponselnya. Aisyah mematikan sepihak video call-nya. Aisyah turun dari ranjangnya secepat mungkin dan memungut pakaiannya yang berserakan dilantai. Bagaimana tidak? dia hanya memakai bra dan celana yang super pendek. Ia takut Rehan akan bertanya macam-macam padanya dan mengomel kenapa ia berpakain terbuka di saat musim hujan seperti ini.
"Aish! Kenapa bangun di tengah malam begini dia?"gerutu Aisyah kesal.
Setelah selesai memakai pakaian yang sopan, Aisyah melangkah keluar dan Aisyah bingung melihat Rehan yang keluar dari dalam kamar adiknya dengan wajah yang memerah dengan berlari kecil. Aisyah yang berada di depan pintu tidak disadari oleh Rehan. Dipikiran Rehan hanya ada Eva di otak dan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnat with BROTHER-IN-LAW
RomanceLAPAK DEWASA 21+ 28-08-2019 SINOPSIS STORY PREGNANT WITH BROTHER-IN-LAW Dia begitu baj*ngan ! brengs*k dan tak punya perasaan. Dia merebut kesucianku dengan dan menanam benihnya di rahimku sampai aku hamil di buatnya. Aku membeci diriku yang tak...