EMPAT BELAS
Rehan membaringkan dengan pelan tubuh Eva diatas berangkar. Tanpa pamit pada Eva dengan cepat Rehan berlari keluar dari ruang perawatan Eva. Rehan ingin menemui Aisyah. Aisyah dengan siapa tadi? Kenapa Aisyah ada di kota ? Kenapa Aisyah datang ke rumah sakit? Dengan laki-laki pula.
Rehan berlari bagai orang kerasukan di lorong dimana ia melihat Aisyah tadi. Sudah tidak ada Aisyah disana. Sial !
"Dimana kamu, sayang"tanya Rehan frutasi pada dirinya sendiri.
Dengan baju yang telah kusut karena menggendong Eva, Rehan berlari lagi mencari sosok Aisyah disetiap sudut rumah sakit. Tapi tidak ada.
"Argggg! Sial ! Awas saja kalau kau selingkuh Aisyah. Aku akan mengurungmu di rumah dan laki-laki itu akan mati ditanganku!" Ucap Rehan sinis.
"Aish ! Bodohnya aku! Kamu gadis baik-baik jadi nggak mungkin kamu menyelingkuhiku. Aku adalah orang termapan dan kaya di kabupaten. Kamu akan rugi kalau mengkhianatiku."
Rehan melangkah lemas menuju ruang perawatan Eva. Semoga saja anaknya tidak apa-apa di dalam sana.
Rehan ingin melihat proses pemeriksaan anaknya di dalam sana. Tapi suasana hatinya sedang buruk karena ia melihat aisyah dengan laki-laki lain tadi. Dan apa-apan tadi? Laki-laki sialan itu berani merangkul pundak isterinya. Awas saja kau.
"Suster kemari sebentar."Panggilnya dengan tangan yang melambai tak sopan pada seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan Eva.
Suster melangkah menuju Rehan dan memberi senyum prodesional pada Rehan tapi tidak dibalas sedikitpun oleh Rehan membuat suster itu salah tingkah dan malu.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"tanya suster itu sopan.
"Bagaimana keadaan wanita hamil tadi? Apakah dia baik-baik saja?"tanya Rehan dengan suara yang sedikit risau.
Suster itu terlihat mengernyitkan keningnya bingung, "Maksud anda, wanita yang di gendong oleh anda tadi?"tanya Suster itu sopan.
Rehan menganggukan kepalannya cepat.
Senyum profesional lagi-lagi terukir di bibir suster muda itu.
"Alhamdulillah keadaan ibu dan anak bapak tidak apa-apa, Untung bapak cepat membawanya kemari."
Rehan menganggukan kepalanya tanpa menatap lawan bicaranya. Matanya sesekali masih menyusuri sudut rumah untuk melihat Aisyah.
"Pergilah!"usir Rehan kasar.
Suster muda tadi mendengus dan memandang tak suka pada Rehan. Baru laki-laki ini yang begitu kurang ajar dan tak sopan padanya selama ia bekerja selama lima tahun di rumah sakit ini. Tanpa pamit suster itu melenggang meninggalkan Rehan yang terlihat bagai penguntit karena melirik kiri kanan untuk mencari keberadaan Aisyah.
****
Aisyah menggenggam begitu kuat tangan besar dan kekar seorang laki-laki yang berada disampingnya. Laki-laki yang berada disampingnya ikut menggenggam tangan Aisyah tak kalah erat untuk menangkan dan mengurangi sedikit rasa sakit yang tengah dirasakan aisyah.
Seorang dokter paruh baya tersenyum hangat pada Aisyah. Ah, romantis sekali pasangan suami isteri didepannya. Bayangkan saja! Pada saat memasang alat kontrasepsi tadi sang suami tetap menemani isterinya dan menggenggam tangannya begitu kuat dan tangan sebelahnya mengelus lembut puncak kepala Aisyah agar Aisyah tidak merasa sakit saat alat kontasepsi dipasang tadi.
"Setahun kemudian ibu bisa melepaskan alat itu di tubuh anda."beritahu dokter itu sopan
Aisyah menganggukan kepalanya paham.
"Tapi maaf. Sudah tiga tahun berturut-turut kalian memasang alat kontrasepsi. Tidakkah ada niat untuk ibu dan bapak memiliki anak?"tanya Dokter itu sopan.
Aisyah menegang tapi tubuhnya perlahan kembali rilex setelah laki-laki yang berada disampingnya mengelus begitu lembut punggung tangannya.
"Itu masalah pribadi kami. Terimah kasih, dok. Kami permisi dulu."ucap suara itu berat.
Aisyah dan laki-laki itu bangkit dari dudukannya dan menyalami dokter sopan.
Setelah Aisyah dan laki-laki itu keluar dari ruangan dokter. Dengan tak sabar dan sedikit kasar Aisyah menyeret laki-laki tinggi kurus itu untuk mengikuti langkahnya. Aisyah membawa laki-laki itu dilorong yang sepi.
Setelah Aisyah merasa bahwa tempat yang merepa pijaki aman. Aisyah memegang lembut telapak tangan besar itu dan memandang wajah yang lumayan tampan itu dengan dalam dan mata yang telah berkaca-kaca.
"Kenapa harus pasang lagi?"tanya Aisyah frustasi dengan nada sendu.
Laki-laki tinggi kurus itu terlihat mengacak rambutnya frustasi dan memandang Aisyah kalut.
"Karena itu harus!"ucap laki-laki itu tegas.
"Kamu mau mengandung anak yang berasal dari dua benih?"sinis laki-laki kurus itu lagi tajam pada Aisyah.
Aisyah menundukan kepalanya dalam. Hatinya terasa sakit mendengar ucapan sinis dari lak-laki yang sangat di cintainya.
"Makanya aku ingin bercerai dengan suamiku."pekik Aisyah frustasi.
"Tidak sayang! Belum sekarang. Kamu tau bagaimana keadaanku sekarang-kan? Begitu sulit dan susah."ucap laki-laki itu frustasi.
Aisyah mengangguk kecil. Iya sangat tau bagaimana kondisi kekasih hatinya sekarang. Sudah tiga tahun laki-lakinya pengangguran dan hanya bekerja serabutan selama tiga tahun berlalu dan mengurus seorang adik yang memiliki keterbelakangan mental.
"Aku tau. Aku siap hidup susah dengan kamu Iwan. Aku mau hidup apa adanya dengan kamu."ucap Aisyah yakin.
Laki-laki yang bernama iwan itu menggeleng keras.
"Bagaimana dengan pengobatan adikku kalau kamu menikah sayang? Aku masih butuh uang suamimu."Ucap Iwan pelan, takut di dengar oleh beberapa suster yang sedang berjalan kearah mereka.
"Argggg! Tapi aku nggak sanggup untuk terus jauh dan harus bertemu sembunyi-sembunyi seperti ini, Iwan. Aku nggak sanggup."Ucap Aisyah dengan isak tangis yang tak mampu wanita itu tahan lagi. Aisyah menubrukan badannya dengan badan Iwan kasar dan memeluk tubuh tinggi itu erat.
"Astaga...kamu Aisyah? Aisyah?"Edi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnat with BROTHER-IN-LAW
RomanceLAPAK DEWASA 21+ 28-08-2019 SINOPSIS STORY PREGNANT WITH BROTHER-IN-LAW Dia begitu baj*ngan ! brengs*k dan tak punya perasaan. Dia merebut kesucianku dengan dan menanam benihnya di rahimku sampai aku hamil di buatnya. Aku membeci diriku yang tak...