Seungyoun duduk di stool tinggi dengan milkshake oreo buatan Yeji. Sementara gadis itu masih memotong entah apa untuk dimasak nanti.
Suara pisau yang beradu dengan talenan membuat Seungyoun sedikit ngeri. Yeji sepertinya sedang marah sekarang. Terbukti dia sangat bernapsu memotong bahan makanan itu.
"Ji"
Yeji diam dan masih asyik memotong bahan makanan lalu dimasukkan ke dalam panci dengan air yang telah mendidih.
"Kau marah?"
Gadis itu tetap diam.
Seungyoun yang tidak sabar didiamkan lalu melangkah mendekati gadis itu. Memeluknya dari belakang dan tidak lupa melepas pegangan tangan Yeji pada pisau. Sebuah perlindungan diri juga, siapa tau Yeji mengamuk dan menusuknya.
Tubuh itu sekarang menghadapnya namun onyx cokelat itu tak berani membalas tatapannya.
"Tatap aku"
Dagu Yeji ditarik agar menatapnya.
Seungyoun sebenarnya tak tega melihat mata itu. Disana dia bisa melihat kemarahan, kekecewaan, kesedihan.
"Lepaskan semua kemarahanmu"
Yeji tak menjawab.
Gadis itu hanya menunduk.
Entah kemana sumpah serapahnya sedaritadi, entah kemana keinginan untuk membunuh lelaki ini. Semuanya menguap bahkan dia tak bisa berpikir sekarang.
Seungyoun adalah satu-satunya orang yang bisa meluruhman semua kemarahannya.
Apa karena efek dari cinta dia bisa menurut?
Ah tidak tidak.
Yeji melepas rengkuhan hangat Seungyoun.
Menatap mata gelap lelaki itu.
Menatap lekat lekat tiap inchi wajah tampan didepannya.
*Plak*
Tamparan mendarat mulu di pipi kanan Seungyoun.
Wajah Yeji merah karena menahan marah. Mengesampingkan rasa cintanya pada lelaki yang lebih tua 5 tahun darinya. Persetan dengan semua itu.
Mau bagaimanapun dia wanita, harga dirinya diatas segalanya di dunia.
"Kau pikir aku pelacur kak? Meninggalkanku setelah menyetubuhiku lalu mengirimkan sejumlah uang direkeningku? Meninggalkanku sebelum aku bangun dan membuatku dalam kebingungan?"
Yeji menyugar rambutnya.
"Minimal tunggu aku bangun dan jelaskan apa yang terjadi, kau bahkan hilang selama 2 hari! kau anggap aku apa?"
Tak ada air mata yang luruh, Yeji menahannya. Dia tak mau Seungyoun melihatnya lemah, sudah cukup sore itu dia memohon pada lelaki ini agar kembali. Dia tak mau lagi melakukan hal itu.
Haram untuk sekarang.
"Harusnya aku tak memintamu untuk kembali, harusnya aku mengganti password apartement ku sesaat setelah kita selesai!"
Seungyoun hanya diam
Dia membesaskan Yeji untuk mengunggapkan kemarahannya. Dia sadar dia salah, dia hanya bingung, tak menyangka semua akan begini.
"Aku tak masalah jika kita harus berakhir lagi"
Sekarang Yeji yang meninggalkan Seungyoun saat sosok itu masih diam.
Debuman keras pintu kamar yang keras seakan tanda bahwa Seungyoun harus pergi segera dari sana.
Ah, kenapa begini?
**********
Tampilan dirinya di cermin sangat buruk sekali, mata bengkak, rambut acak acakan, pipi dan bibir memerah. Bukan style nya sekali, Donghyun dan Yena akan menertawainya saat melihat tampilannya ini.
Tapi biarkanlah
Hidupnya sedang tak berjalan dengan mulus.
Jam menunjukkan pukul 5.47 sore.
Dia harus mandi lalu makan malam.
Besok jadwalnya padat, menjadi mahasiswa semester 4 membuatnya ingin tidur saja dirumah.
Jam 8 ada kelas yang akan berakhir jam 11 siang. Lalu dilanjut jam 1 sampai jam 3 sore. Dia memiliki senggang 2 jam yang akan di isi dengan mengerjakan tugas.
Tapi keadaan hatinya seperti ini. Dia ingin marah saja.
Setelah mandi dia keluar kamar lalu pergi ke dapur untuk makan malam.
Dan disana ada Seungyoun yang masih mengenakan setelan rapinya yang sedang menyeduh kopi. Dimeja makan terdapat laptop dan beberapa kertas yang berserakan.
Dia yakin itu milik Seungyoun.
"Maaf meja makan penuh, kau bisa makan didepan TV kan Ji? Aku sudah melanjutkan masakanmu tadi siang, panaskan saja"
Yeji hanya mengangguk lalu membuka kulkas dan mengeluarkan makanan yang sudah Seungyoun selesaikan tadi.
Dia duduk dikursi yang berseberangan dengan Seungyoun, menatap sosok itu lekat.
Seungyoun yang sedang bekerja sangat tampan. Mata tajamnya dan raut mukanya yang serius sangat menggoda.
"Kakak tidak makan?"
"Aku akan makan nanti Ji, makanlah dulu"
Yeji menggeleng tanpa peduli Seungyoun akan melihatnya atau tidak karena lelaki itu tetap fokus pada laptop.
"Menyakiti orang juga butuh energi kak, ayo makan"
Seungyoun menatap Yeji sekarang lalu tersenyum ringan.
"Dan melihatmu kusakiti lebih menguras tenaga dibanding aku yang menyakitimu"
Yeji tersenyum.
Seungyoun bangun dari duduknya dan memeluk gadis dengan surai cokelat itu.
"Maaf aku tak ada disampingmu saat kau bangun. Saat itu Irene menyuruhku untuk cepat ke kantor karena klien ku mengamuk. Kau masih butuh uang kan? dan aku sangat sibuk setelahnya. Maaf"
Yeji mengangguk.
Walaupun masih ada sedikit rasa kekesalan dihatinya namun tak apa. Dia harus lebih dewasa.
Dia akan membunuh Seungyoun jika lelaki itu melakukannya lagi.
Suara microwave membuat Yeji melepas pelukan itu.
"Kau tak berolahraga Ji? kau terlihat lebih bersisi"
Yeji memutar matanya.
"Menyapu dan mengepel lantai, mencuci piring, mencuci baju, mengetik laporan, menyusun makalah, dan memikirkan segala kelakuan Cho Seungyoun adalah olahraga yang berat"
Seungyoun tertawa setelahnya, Yeji memang gadis yang berbeda.
Dia tak akan melepaskan gadis ini.
"Aku masih marah padamu tuan besar Cho!"
___________
___________________Kalimat olahraga Yeji terinspirasi dari kalimat Choi Byungchan di fanfiction Coass Cooperate 3.0
Sebenernya aku mau buat chapt kemarin jadi 17+ karena umurku baru 17.
Tapi karena satu dan lain hal gajadi. Demi keamanan dan kenyamanan adek adek pembaca yang masih dibawah umur.
KAMU SEDANG MEMBACA
begini adanya || Cho Seungyoun & Hwang Yeji
FanfictionJangan berharap banyak pada mereka. Tak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Mereka hanya menjalani hari-harinya. Melewatinya begitu saja. Berlalu begitu saja hingga tersusun tidak rapi menjadi sebuah cerita. _______ _______ Jangan menaruh ekspekta...