16

3.2K 556 77
                                    

Yeji mematut dirinya di cermin. Setelan kemeja putih dengan celana denim panjang yang membungkus kakinya. Rambutnya dikuncir rapi dengan sebuah jepit kecil disisi kiri.

Dia bangun dengan sedikit bahagia. Semalam hanya mimpi, Seungyoun tak pernah datang kemari menemuinya. Semuanya hanya mimpi.

Setelah mengambil ponsel dan tas dia lalu keluar dari kamar dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

Langkahnya terhenti

Disana ada Seungyoun yang berkutat dengan apel. Lelaki itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yabg tergulung dan 2 kancing atas yang terbuka. Celana bahan warna senada menempel pada kakinya.

Mungkin Yeji harus kembali tidur. Dia masih bermimpi sekarang. Tidak mungkin Seungyoun menemuinya. Seminggu ini lelaki itu tak menjelaskan apapun.

Bahkan setelah ibunya berkata bahwa dia sudah berbicara dengan Seungyoun mengenai artikel itu. Seungyoun tetap tak mengatakan apapun padanya. Dan ibunya tidak mengatakan apa yang dibicarakan dengan lelaki 24 tahun itu.

"Mau kemana pagi pagi?"

Katanya sambil mengigit apel merah ditangannya.

Bukannya menjawab, Yeji malah berbalik badan menuju kamar. Dia harus tidur dan bangun lagi dan memastikan ini hanya mimpi.

"Diam disitu Ji"

Suara Seungyoun terlalu nyata untuk disebut mimpi.

Suara langkahnya juga begitu nyata. Dia tak yakin bahwa ini mimpi.

Tangannya ditarik pelan membuatnya menghadap pada sosok Cho Seungyoun.

Ini bukan mimpi, binar coklat yang dipenuhi kabut itu nyata dihadapannya. Napas mereka beradu.

Lelaki Cho menempelkan keningnya pada kening Yeji.

"Aku minta maaf atas semuanya. Semuanya. Segalanya. Tidak memberimu penjelasan, menghilang, menyakitimu. Maaf Ji, maaf sweetheart"

Yeji melangkah mundur namun pinggangnya ditarik Seungyoun untuk kembali menempel padanya.

"Kesempatanmu untuk kabur sudah habis. Sekarang dengarkan aku"

Yeji menunduk tidak sanggup melihat netra Seungyoun yang menggelap. Entah karena marah atau karena apa.

"Aku dan Wendy hanya rekan kerja dan 5 tahun lalu kita pernah berpacaran. Memang tidak ada kata putus diantara kita tapi terlalu anak anak jika dia masih berpikir bahwa aku masih miliknya"

Seungyoun memegang dagu Yeji untuk membuat gadis itu menatapnya.

"Tidak ada hubungan spesial antara aku dan Wendy"

Seungyoun menatap tajam mata Yeji.

"Bisa diterima Darl?"

Kalimat itu terdengar seperti pernyataan yang tidak butuh jawaban. Kalimat mutlak tidak bisa dibantah yang datang dari Cho Seungyoun

"Sekarang aku akan membahas perbuatanmu"






********





Saat ini Yeji sedang duduk dipangkuan Seungyoun. Mereka berdua sedang menonton Harry Potter. Film yang lebih dari 40 kali mereka tonton bersama tanpa bosan. Bahkan Seungyoun sudah hapal tiap detik adegan disana.

Maka dari itu dia lebih fokus pada Yeji yang sedang menonton. Kadang gadis itu memberi komentar mengenai film nya. Bibirnya akan mengerucut lucu saat dia berbicara.

"Kak jangan cium cium"

Kadang juga merengek saat Seungyoun mengecupi lehernya.

Seungyoun hanya membalas dengan kekehan pelan dan kembali menenggelamkan wajahnya pada pundak Yeji.

"Kak, sejauh mana kak Seungyoun dan kak Wendy?"

Seungyoun mengangkat wajahnya.

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin tau saja"

Yeji mematikan TV dan memutar tubuhnya menghadap Seungyoun.

"Kak Seungyoun dengan pergaulan kakak yang bebas dan kak Wendy yang terlihat panas"

Seungyoun kembali terkekeh pelan dan mencium tulang selangka Yeji yang sejajar dengan wajahnya.

"Kak jawab"

"Sejauh pikiranmu, apa yang kau pikirkan?"

"Kalian pernah melakukannya?"

"Bohong jika menjawab tidak"

Yeji menempelkan kening mereka.

"Kenapa kakak tidak mau melakukan itu padaku? aku sudah dewasa sekarang"

Seringai kecil muncul dibibir Seungyoun

"Kau masih kecil, sayang"

Dikecupnya bibir Yeji lama.

"Kak-"

"Jangan merengek, aku takut terlalu jauh sayang"

Yeji mencebikkan bibirnya.

"Memang kenapa? kita sepasang kekasih. Aku juga sudah dewasa sekarang"

"Bukan seperti itu"

Yeji turun dari pangkuan Seungyoun.

Mengambil remote dan kembali menghidupkan TV.

"Bilang saja kakak mau meminta maaf hanya karena ibuku merengek. Maafkan ibuku, kakak tidak perlu khawatir. Kakak bisa pulang sekarang"

Seungyoun mengacak rambutnya seakan frustasi. Yeji dengan segala over thinking nya.

Nyonya Hwang memang menelfonnya tapi bukan untuk memaksanya meminta maaf atau hal semacam itu. Nyonya Hwang hanya meminta penjelasan.

Seungyoun bisa saja melakukan hal yang sering kali Yeji minta. Namun dia tidak bisa, dia mau tapi dia tidak bisa. Dia sudah berjanji pada ibu Yeji untul menjaga gadis itu.

Menjaga,

bukan merusak.

Seungyoun kembali membawa Yeji ke pangkuannya.

Menahan kepala cantik yang sedang berpikir aneh aneh agar mata itu tetap menatapnya.

"Apa kurang jelas jika aku mencintai mu Ji? aku tidak mau merusakmu"

"Yeji yang minta"

"Tapi aku tidak bisa"

"Ah tidak tau"

Yeji ingin bengkit dari pangkuan Seungyoun namun kembali ditahan oleh lelaki itu.

"Aku belum selesai. Dengarkan, jangan merengek, jangan menangis. Aku mencintaimu apa itu tidak cukup? aku memberimu semua yang kau inginkan, apa tidak cukup? apa bukti aku mencintaimu harus dengan sex Ji?"

Yeji menunduk saat mendengar penuturan Seungyoun.

Sebenarnya sudah sering mereka membahas hal ini.

Yeji hanya takut ditinggalkan Seungyoun jika dia tidak memberinya. Yeji hanya mau meyakinkan Seungyoun bahwa dia miliknya.

"Maaf kak"

"Pikiranmu ini terlalu sempit, sayang. Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena hal bodoh semacam itu"

Seungyoun menenggelamkan Yeji dalam pelukannya.

"aku tidak suka kakak mencium orang lain"

"Aku tau"

"Jangn mencium gadis lain"

"Wendy sudah tidak gadis"

"pokoknya jangan mencium orang lain"

"aku mencium ibuku"

"kak Seungyoun"

"Haha, iya. Tidurlah"


__________
____________________

Konflik 1

Done :)

begini adanya || Cho Seungyoun & Hwang YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang