28

2.6K 512 52
                                    

Hari ini hujan kembali mengguyur Seoul dengan deras. Kilatan cahaya alam sesekali menerobos masuk celah jendela membuat gadis yang ada didalamnya sedikit takut.

Telinganya tersumpal oleh earphone agar tak mendengar suara menggelegar yang hadis seletah kilatan cahaya. Dia harus bisa mengatasi ketakutannya. Tubuhnya terlilit selimut seakan menggantikan pelukan menenangkan yang dulu selalu hadir kala petir menyambar.

Dia sudah mengirim pesan pada temannya agar keapartementnya untuk menemani namun tak ada 1 pun yang membalas.

Siapa yang menganggur dihari Senin seperti ini?

Hanya dia!

Setetes air mata jatuh

Dia kembali menyesali segala perkataannya pada hari itu.

Dia mengakui bahwa dirinya tak bisa lepas dari sosok tampan dengan segala kehangatan yang diberikan padanya.

Sebuah pelukan hangat didapatnya, pelukan yang dirindukannya selama beberapa bulan terakhir ini. Pelukan yang membuatnya nyaman, membuatnya tenang. Dia membalik tubuhnya dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik pria berkemeja putih itu.

Earphonenya dilepas perlahan dan digantikan oleh bisikan dengan suara rendah.

Petir kembali menyambar membuatnya tersentak dan makin merapatkan tubuhnya.

"sshhs, ada aku, tak apa"

Gelegar suara dari luar kembali membuatnya takut.

"Kak"

"Tak ada apapun, ada aku. Aku disini, jangan takut little wolf"

Kalimat menenangkan menghapiri telinganya. Pelukan hangat dan menenangkan. Kecupan lembut juga hadir dipuncak kepalanya.

Semoga dia tidak bermimpi kali ini.

Semoga sosok ini benar benar datang padanya.

Dia rindu.

***********

Dia tau bahwa ini salah.

Rela meninggalkan sebuah pertemuan dengan tender ratusan juta. Rela berkendara ditengah derasnya hujan dan kilatan petir serta gemuruh suara guntur.

Dan berakhir memeluk gadis yang tengah tertidur dipelukannya sekarang.

Jas abu-abu nya masih menempel pada tubuhnya. Elusan pelan pun masih diberikan pada gadis itu.

Daring ponsel dari saku celana membuatnya sedikit kaget. Dengan cepat dia mengangkatnya agar tidak membangunkan sosok yang ada dipelukan.

"Ya"

"Cho Seungyoun kau gila? kabur dari meeting dan pergi entah kemana. Untung aku bisa menghandle klien mu! dasar bodoh"

Seungyoun sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya kala mendapat semburan dari perempuan diseberang sana.

"Maaf, ini lebih penting dari uang"

"Apa yang lebih penting dari uang?! cepat kembali atau kupecat kau!"

"aku bosnya"

Seungyoun memijit pangkal hidungnya.

Posisinya masih setengah memeluk Yeji.

"Aku kakak dari bos! cepat kembali!"

"diamlah, aku sedang memeluk Yeji. Dia sedang tidur"

"Oh Yeji? apa, YEJI?"

"astaga Rene, pelankan suaramu. Telingaku bisa pecah!"

"KAU BERSAMA YEJI? ASTAGA AKU PANIK!! bagaimana bisa?? AKU PANIK SEUNGYOUN!!"

Seungyoun melepas Yeji dengan perlahan. Dia tak bisa melanjutkan pembicaraannya jika masih memeluk gadis ini.

"Iya aku ada diapartement Yeji"

Ucapnya setelah menutup pintu kamar Yeji.

"Hujan badai tadi, dia takut petir dan hal yang bersama dengan petir"

"Ah anak cantikku baru saja ketakutan. Oke, lanjutkan kegiatanmu. Kali ini aku memaafkanmu Cho Seungyoun"

Telfon dimatikan sepihak membuat Seungyoun berdecih. Kakaknya ini memang suka seenaknya sendiri. Melakukan semua hal yang dia mau dan tak bisa diatur. Jiwanya bebas seperti Seungyoun namun Irene berada satu level lebih tinggi dari Seungyoun.

Bae Irene

Perempuan karir yang hanya mengejar kesuksesan dihidupnya. Selama 27 tahun dia hidup, perempuan itu tidak pernah terikat oleh hubungan dengan pria. Dia selalu berpikir bahwa tak ada gunanya harus menjalin hubungan dan akan terkekang. Namun dia selalu mendukung hubungan Seungyoun dan Yeji.

Tak ada yang tau bahwa diusianya ke 20 dia mengalami hal yang membuatnya tak mau lagi berurusan dengan Cinta.

Mereka saudara beda ayah. Maka dari itu marga mereka berbeda.

Dulu Irene selalu menuntunnya saat dia melakukan sesuatu. Menggandengnya saat mereka berjalan. Membagi semua makanan yang dia punya dengannya.

Sebelum dia bergantung pada Yeji, dia sangat bergantung pada Irene.

Seungyoun kembali ke kamar Yeji saat dirasa cukup mengingat hal hal tentang kakaknya.

Hal pertama yang dilihat Seungyoun adalah Yeji yang sedang duduk dengan ponsel ditangannya dan selimut masih membelit tubuhnya.

"Sudah bangun?"

"Astaga"

Ponsel putih yang dia ingat bahwa itu hadiah darinya terlepas begitu saja dari jemari Yeji. Bahkan gadis itu sekarang menyenderkan dirinya di kepala ranjang dengan tangan berada didada.

Seungyoun mendekat dan mendudukkan dirinya disisi kanan Yeji. Menyingkap rambut yang menutupi mata kecil itu.

Seungyoun ingin tertawa kala melihat ekspresi Yeji.

Sedikit membelalak dan tak percaya akan apa yang dilihat.

Kecupan kecil dia layangkan pada hidung mungil yang sudah lama tak dikecupnya.

"Ini benar benar aku, aku nyata"

Balas Seungyoun sambil menggigit pelan hidung Yeji. Gadis itu sedikit protes akan apa yang dilakukannya.

Yeji menubruk tubuh Seungyoun yang masih terbalut jas.

"Aku minta maaf, aku salah, maafkan aku, aku tak akan nakal lagi. Kak Seungyoun tidak boleh pergi. Yeji janji Yeji tidak nakal lagi"

Seungyoun terkekeh mendengar penuturan gadis yang telah dikenalnya 7 tahun belakangan ini.

"Jangan ragu padaku"

Dikecupnya puncak kepala Yeji pelan.

____________
_______________________

Part ini dibuat dengan mood yang bertolak belakang. Maaf kalau gagal.

begini adanya || Cho Seungyoun & Hwang YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang