Malam datang dengan segala kegelapan dan udara dingin yang dibawanya. Akan semakin kelam jika dia juga berani membawa rintik air bersama.
Namun berbeda dengannya, dia seperti malam yang kelam dan gelap namun dia juga terlihat seperti sang rembulan yang bersinar. Banyak tanda tanya jika bersangkutan dengannya. Semuanya seolah tertutup rapat, tak ada yang bisa memasuki kehidupannya.
Banyak hal yang dia tutupi dengan berbagai alasan, namun dia membiarkan beberapa orang mengetahui hal yang tertutupi itu.
Mengenal dirinya tak hanya butuh waktu 1 sampai 5 tahun. Bahkan akan lebih lama dari itu.
Sosok itu seperti malam dengan segala hal yang sering dibawanya.
Dia terlihat menakutkan dengan raut muka datar dan aura yang gelap. Setelan rapi tanpa kesan manis yang selalu menempel padanya.
Dia sosok yang tenang dan menenangkan.
Mereka pernah berbincang akan hal ini.
Tentang dirinya yang dianggap seperti malam.
"Jika aku malam, kamu rembulan yang membuat malam tak terlalu kelam dan menakutkan"
"Tapi ada matahari yang membuat rembulan bersinar"
Dia menampakkan senyumnya sekali lagi menanggapi pernyataan gadis 17 tahun yang ada didepannya.
"Ibumu sang matahari"
" tapi ada bintang yang iku menghiasi malam, kak"
Dia menampilkan senyum lebarnya, dengan ekspresi jenaka dia kembali menjawab
"Jangan tanya siapa bintang bintang itu"
Tawa menggelegar datang darinya dan dihadiahi sebuah tendangan di tulang keringnya.
Percakapan singkat itu berputar diotaknya saat dirinya mengamati sosok yang sedang sibuk pada komputernya itu.
Malam ini dia kembali menemani lelaki dengan surai gelap itu bekerja.
Diruangan besar yang sakral karena tak semua orang bisa masuk kesini. Ruangan terfavorit lelaki tampan itu dirumahnya.
Iya, mereka kembali kerumah karena merasa universitasnya lebih dekat dari rumah ketimbang dari apartemen mereka dulu.
Rumah besar dengan 3 lantai yang sama sekali tak diketahuinya sebelum 2 hari lalu.
Benar,
Kenal dengannya selama kurang lebih 7 tahun tak membuat dia mengetahui semua hal tentangnya.
Dengan 2 cangkir kopi yang baru ditenggak setengah oleh keduanya menemani malam ini.
Sekarang usianya 21 tahun, dan dia kenal dengan sosok ini saat usianya masih 14 tahun.
Tapi tak banyak yang diketahuinya.
Dia tak tau semua mantan pacar atau bahkan selingkuhan lelaki ini.
Dia tak tau bagaimana kehidupan lelaki ini sebelum bertemu dengannya.
Dia ingin mengetahui semuanya, ingin bertanya banyak hal namun takut menganggu.
Dia sebenarnya ingin mengetahui siapa saja wanita yang berhasil menyandang status sebagai kekasihnya atau hanya yang dekat dengannya.
Siapa saja yang pernah dipeluk atau bahkan dicium olehnya.
Siapa saja yang pernah memasuki kamarnya.
Dia ingin tau semua itu.
Dia menatap lelaki dengan piama abu abu dengan gambar karakter kartun yang diciptakan idol populer, karakter ini memegang peran sebagai kendaraan 7 karakter lainnya.
Terlihat manis dan seksi disaat yang bersamaan.
Ah beruntungnya dia bisa memiliki lelaki ini.
Dia mengeryit saat lelaki itu berdiri.
"Mau kemana?"
"Kekamar, mengantuk Ji"
"Memangnya sudah selesai?"
Seungyoun mengangguk.
Dia heran, kenapa Yeji mau menggunakan piama berwarna pink dengan motif kepala kelinci?
Bukankah gadis ini tidak menyukai warna pink?
"Kenapa?"
"Tumben sekali pakai warna pink"
Mereka berjalan beriringan ke kamar tidur setelah membereskan kekacauan pada meja kerja.
"Sudah terlalu cinta pada karakter karakter ini. Aku tidak peduli mereka memiliki warna apa"
Seungyoun mengusak pelan surai cokelat gadis itu.
Mereka berganti warna rambut hari Jumat kemarin.
Yeji memilih warna Cokelat dengan highlight biru dan Seungyoun memilih warna hitam.
Yeji menaiki tempat tidur terlebih dulu dan menerima tatapan malas dari Seungyoun.
Tempat tidurnya akan dijajah lagi malam ini?
"Ayo tidur kak"
Seungyoun menghela napasnya berat.
Apa tuhan akan mengujinya lagi malam ini??
________
________________Aku minta maaf,
rl ku kacau lagi dan aku ga produktif lagi buat nulis...
KAMU SEDANG MEMBACA
begini adanya || Cho Seungyoun & Hwang Yeji
FanficJangan berharap banyak pada mereka. Tak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Mereka hanya menjalani hari-harinya. Melewatinya begitu saja. Berlalu begitu saja hingga tersusun tidak rapi menjadi sebuah cerita. _______ _______ Jangan menaruh ekspekta...