Anxiety Disorder

194 27 4
                                    

Kecemasan, kegelisahan, rasa takut yang begitu menusuk, juga kepedihan yang dirasakan begitu memiliki anxiety disorder. Sejauh ini gue sudah baca puluhan artikel dari laman web yang berbeda-beda. Gue juga sudah menyaksikan sejumlah video youtube mengenai kesehatan mental. Salah satunya, anxiety disorder.

Agak serem juga, sih, bahasnya. Tapi demi remaja, apapun akan kubahas. Sejak beberapa bulan yang lalu gue tertarik untuk bahas mengenai anxiety disorder. Selain karena temanya yang melekat sama masalah remaja, gue pikir anxiety ini lumayan serius. Gimana enggak, orang yang semula aktif, atau bahkan hiperaktif, yang kerjaannya sosialitas banget, dan orang yang biasa dijuluki dengan ekstrovert pun bisa kena anxiety disorder.

Gue baca berpuluh-puluh artikel. Salah satunya mengaitkan tentang anxiety disorder. Tapi karena artikel itu artikel yang diketik orang luar dan penulisannya menggunakan bahasa asing, gue menjelaskannya tidak secara sistematis. It means, ngacak. Gak runtut.

Oke, artikel pertama gue baca tentang orang yang kerjaannya itu hang out. Diantara temannya, dia itu satu-satunya orang yang memiliki rasa optimis yang tinggi. Percaya diri banget. Cuma hanya karena anxiety ini, dia jadi mengikat diri dari dunia luar. Gue tidak paham kenapa dia bisa kena anxiety, karena diartikelnya pun tidak dijelaskan. Tapi satu yang bisa gue paham, masalah ini sangat serius. Anxiety disorder bisa mengubah orang hingga 180 derajat.

Sifatnya bisa berubah dalam sekejap. Meskipun tidak diketahui penyebabnya, melalui artikel ini gue bisa tau kalau anxiety disorder semenyakitkan itu. Katanya dia sampai kepusingan. Diotak seperti ada yang berteriak meski saat itu di apartemennya sunyi. Tubuhnya bergetar hebat, dia juga merasa ketakutan sendiri.

Pengidap anxiety biasa sulit untuk public speaking. Gimana engga, untuk menatap hidupnya aja dia cemas. Gue agak tersentuh begitu melihat orang yang kena anxiety disorder ini juga pingin hidup layaknya kita. Dia pengen biasa-biasa aja menghadapi masalah. Dia pengen bisa berpikir jernih dan tidak ketakutan sama masalah yang lagi dia pegang. Dia pengen rasa cemas itu hilang agar bisa hidup tanpa beban.

Kalau gue bisa, gue pengen jadi orang yang ngerangkul mereka. Tapi banyak juga hal yang harus kita perhatikan ketika berniat untuk mendekati orang ini. Salah satunya, toxic positivity. Gue sudah bikin babnya, kalau sudah mengerti bisa kembali kemari lagi.

Kenapa gue bilang toxic positivity harus diperhatikan? Wajar. Dampaknya banyak kalau kalian tidak memerhatikan toxic positivity. Gue agak takut kalau secara tidak sadar malah membanding-bandingkan anxiety disorder dengan orang yang tidak mudah cemas. Maka sebaiknya kalau bertemu dengan orang yang memiliki anxiety disorder. Dengarkan cerita dia kalau memang mereka pingin cerita. Dengan lo dengerin mereka, gue yakin mereka akan merasa tidak sendiri lagi.

Kayak, ternyata ada ya yang peduli sama gue meski cuma sekadar dengerin. Ternyata ada juga ya yang bisa kasih gue waktu dan tempat untuk cerita. Ternyata gue sepenting itu dimata mereka. Oke kalau gitu, gue gak akan buang waktu dan lebih mencintai diri gue sendiri.

Kesadaran itu bisa muncul tanpa dipancing. Mereka bisa kok peduli lagi sama lingkungan dan dirinya sendiri. Kalau keternyataan diatas itu benar-benar terjadi, indah sekali hidup kita.

mohon maaf ini abstrak):
kalau ada kata-kata yang menyinggung bilang ya, aku bisa unpublish kok tenang aja...

Segmen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang