Bahagia yang Mengerikan

68 11 6
                                    

Sejak saya mengenal statement akan ada kebahagiaan setelah diterpa kesedihan, saya selalu takut untuk bahagia. Karena memang statement tersebut sedikit ambigu ditelinga saya. Atau memang ambigu?

Jika setelah kesedihan saya akan mendapatkan kebahagiaan, maka setelah kebahagiaan bisa saja saya mendapatkan kesedihan. Entah hanya asumsi atau justru memang begitu cara takdir bekerja. Saya tidak tahu.

Awalnya saya memang tidak yakin dengan asumsi saya sendiri. Mungkin semesta menjanjikan kebahagiaan supaya kita paham dan yakin kalau hari esok masih ada. Supaya kita tidak putus asa dan terus menjalani kehidupan. Supaya mereka yang hendak bunuh diri, mengingat bahwa bisa saja satu menit kemudian kabar baik tersampaikan ke telinga mereka.

Bagus. Terdengar bagus. Statement tersebut menaruh harapan besar bagi kita yang saat ini sedang tersakiti, bagi kita yang tengah di hadapkan dengan masalah besar, dan bagi kita yang merasa letih untuk kembali berpijak di dunia ini.

Saya rasa statement tersebut memberikan positive vibes bagi manusia. Saya memang ikut merasakannya. Jika sedang kesulitan, saya percaya bahwa dikemudian hari saya akan mendapatkan kembali apa yang saya berikan. Saya percaya hari dimana saya bahagia akan datang tepat waktu.

Tapi semakin kemari, saya justru merasa takut ketika bahagia.

"Ah, masalah apalagi yang akan datang?"

Begitu pemikiran saya belakangan ini jika tiba-tiba saya menyadari bahwa saya sedang tertawa terbahak-bahak.

Lalu bagaimana ketika saya sedang sedih? Saya percaya kebahagiaan akan datang.

Sebenarnya meyakini statement ini ada sisi baik dan buruknya. Baiknya, kita akan paham betapa adilnya dunia ini. Buruknya, sewaktu-waktu bisa saja kebahagiaan itu ditukar dengan hal yang berkebalikan.

Maka, bukankah statement tersebut normal? Kita bisa mengantisipasi kesedihan begitu mendapatkan kebahagiaan. Kita bisa berharap pada kebahagiaan begitu mendapatkan kesedihan. Semuanya akan terjadi. Mereka berkaitan, dan akan terus kita dapatkan berulang kali.

Maka sedihlah ketika sedih, bahagilah ketika bahagia. Mereka akan terus menghampirimu, tidak peduli seberapa keras kamu memberontak menolaknya. Terimalah. Hanya kata itu yang dapat saya berikan. Terima dan terima. Tidak ada yang lebih istimewa daripada melepas apa yang seharusnya dilepas dan menerima apa yang seharusnya kita terima.

Hidup memang berputar, kan? Sedihlah, bahagialah. Nikmati mereka.

Catatan 25 June.

Segmen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang