Gue gak mau munafik dengan bilang hidup gue baik-baik saja. Nyatanya, 70% dari keseharian gue itu isinya masalah semua. Perasaan tidak berguna, tidak pantas hidup, tidak mampu melakukan sesuatu dengan sempurna, atau merasa tidak berhak untuk tinggal di dunia ini.
Berlebihan? Jelas tidak. Manusia punya perasaan yang tidak mengharuskannya untuk tetap bahagia. Manusia punya insting yang tidak mengharuskannya untuk tetap positif thinking. Manusia punya indera yang tidak mengharuskannya untuk terlihat bahagia. Dan, manusia punya ekspresi wajah yang tidak mengharuskannya untuk tetap senang. Untuk tetap menebar senyum. Untuk tetap menutupi masalahnya. Tidak seperti itu.
Kadang perasaan itu muncul ketika gue ingin bahagia. Paham? Intinya gue pingin bahagia, cuma hari itu gue merasa sangat amat useless dengan segala kebodohan yang gue punya. Gue harap lo percaya toxic positivity. Entah kenapa segala masalah yang gue punya, pasti gue kaitkan dengan toxic positivity. It means, gue bener-bener percaya kalau gue punya masalah itu gue cuma pingin didengerin. Gue gak pengen denger saran-saran gimik yang justru boomerang ke diri gue sendiri.
Contohnya adalah memberikan saran kepada teman yang memiliki nilai ulangan buruk. Kalau gue jadi orang yang harus menghibur orang yang sedih, gue tidak akan membandingkan orang itu dengan gue ataupun orang lain. Gue tidak akan menyuruh orang itu untuk berusaha lebih keras lagi demi dirinya sendiri. Gue akan berusaha mengubah pandangan orang itu kalau dirinya juga pantas dihargai.
Orang-orang merasa tidak dihargai karena mereka memiliki perasaan akan ketidak adilan. Kadang gue juga gitu. Gue sering merasa mendapat ketidak adilan. Dimana saja. Kadang rasa ketidak adilan itu yang bikin gue merasa tidak berguna, useless, bahkan gak pantas untuk bersuara.
Katanya itu normal. Tapi menurut gue, tidak ada yang baik-baik aja kalau lo masih membandingkan diri lo dengan orang lain. Tidak ada yang baik-baik saja kalau lo masih merasa jadi orang yang gak dihargai. Tidak ada yang baik-baik saja kalau lo masih merasa diri lo itu cuma numpang hidup doang didunia. Itu tidak baik-baik saja. Keadaan baik-baik saja bisa dideskripsikan secara tidak mendetail dengan kebahagiaan.
Kalau lo sudah tau bagaimana cara menggapai kebahagiaan dan mengesampingkan perasaan berharga, menumpang hidup, dan membanding-bandingkan diri lo sendiri, kayaknya diri lo sudah hidup dengan sangat amat sempurna.
Kunci pertama, cari kebahagiaan. Kunci kedua, raup rasa berharga itu. Kunci ketiga, singkirkan asumsi menumpang hidup, jadilah orang yang membuat dunia ini hidup. Kunci keempat, berhenti banding-bandingin diri lo dengan orang lain. Perihal dia punya 16 mobil dan kamu hanya punya 7 sepeda, perihal nilai ujiannya 99 dan kamu hanya 86, tidak usah peduli. Pedulilah pada mental kamu. Jika terus membanding-bandingkan, jatuhnya sudah ketidak bersyukur. Kamu punya banyak hal yang bisa dibanggakan.
Mau tau apa?
Diri lo sendiri.
Dengan segala aspek yang Tuhan berikan. Organ, jaringan, sel, eh ke biologi bahasnya):
Tapi ini serius. Aspek-aspek itu bisa bikin lo jadi manusia yang super bahagia kalau lo bisa melihat sesuatu hal dari aspek-aspek yang paling terkecil.
makasih udah baca omong kosongku ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Segmen Remaja
Non-Fiction✧(•́⌄•́๑)✧ ◕general opinion, personal opinion, anything u want◕ Berdasarkan perubahan fisik dan psikis, rangkaian kata ini akan membuat kita tertampar. Pubertas yang cukup menyakitkan bagi sebagian orang. © 2019 Halizalts.