Self-harm

106 15 4
                                    

Tidak tahu kenapa gue pengen bahas self-harm. Tapi satu hal yang pasti, edukasi tentang self-harm itu benar-benar penting. Entah itu untuk dirimu, atau orang lain.

Sebenarnya kalau kalian searching di google tentang self-harm itu sendiri, pasti sudah banyak blog atau web yang menyediakan informasi-informasi yang memang menjadi informasi paling umum.

Gue selalu gencar baca-baca artikel (biasanya tentang pengalaman orang), dan gue sangat ingin menyimpulkan self-harm ini dengan bahasa gue, yang semoga aja mudah dipahami oleh kalian.

Sebelum ke-people's experience yang sudah banyak gue baca, gue pengen bahas bukti nyata yang gue lihat sendiri. I have a friend, yang ternyata background keluarganya tidak semulus itu. I'll not discuss about her problems, tapi gue berusaha untuk menggambarkan perasaan dia selama ini.

Dia bilang dalam kondisi sendiri pun, ketika dirinya sudah terlanjur kecewa, atau ada hal yang membuat dia kesal, even when masalah itu bukan dari keluarganya, dia akan mulai mencari-cari cara untuk menyakiti dirinya sendiri.

Gue tidak bertanya apakah dia saat itu sadar, tapi dari kalimatnya gue bisa menyimpulkan kalau sebenarnya dia sadar, tetapi dikendalikan oleh emosinya sendiri. Dari situ gue benar-benar bisa paham kalau sebenarnya yang dilakukannya itu adalah bentuk untuk mengekspresikan perasaannya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata atau kalimat.

Pasti, pasti mereka merasa kesakitan dengan segala bentuk self-harm itu sendiri. Tapi gue yakin setelah mereka melepaskan emosinya dengan menyakiti dirinya sendiri, dia akan merasa sedikit lega. Sakitnya akan menyusul. But still, hal kayak gitu sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

Bentuk dar self-harm ini setau gue cukup banyak, tapi yang paling umum atau yang mostly orang lakukan adalah burning their skin, cutting their skin, bahkan sampai hitting themselves. Ada juga yang melakukannya dengan cara meracuni diri mereka sendiri. This makes no sense at all, tapi kalau kita lihat dari perasaan mereka yang jelas 'salah' itu, kita bisa sedikit berempati dengan mereka.

Gue bertanya-tanya setelah berhasil menyimpulkan definisi dari self-harm, sebenarnya apa sih yang mendorong mereka, atau yang membuat mereka dengan mudahnya menyakiti diri mereka sendiri? Padahal kalau kita pikir-pikir lagi, siapa sih orang yang sekejam itu melakukan self-harm dengan alasan 'menghukum' dirinya sendiri?

Dari pertanyaan itu gue dapat kesimpulan bahwa yang paling umum adalah karena dibully. Setelahnya ada perasaan yang tidak senang akan apa yang dimiliki (dipacu dengan body shaming). Hal ini juga dapat disebabkan oleh renggangnya hubungan antar keluarga ataupun teman (memiliki hubungan yang sulit dengan keduanya).

Banyak yang bilang juga, mereka trauma. Karena sepeninggalan anggota keluarganya, atau teman dekatnya, yang masih belum bisa diterima oleh diri mereka sendiri. Ada juga yang terpacu untuk self-harm karena kehilangan anaknya, keguguran, bahkan sampai gagal menikah.

Masalah-masalah diatas bukan masalah sepele. Kehilangan keluarganya, keguguran, dan semua hal yang sudah gue sampaikan sama sekali bukan masalah yang bisa dianggap enteng. Karena masalah itu memang membekas didiri mereka.

Apakah terdapat batasan tertentu mengenai umur orang yang mengalami self-harm? Gue rasa tidak. Self-harm tidak mengenal siapa kamu, berapa umurmu, siapa orang terdekatmu, atau seberapa banyak kekayaanmu.

Banyak selebritis yang self-harm, bahkan sampai bunuh diri. Selebritis saja yang selalu kita bayangkan betapa menyenangkannya hidup mereka, dapat melakukan hal seperti itu. Maka tidak ada batasan spesifik.

Terakhir, apa yang harus dilakukan jikalau bertemu dengan orang yang terlihat self-harm?

Apakah mereka memiliki tanda-tanda yang seharusnya membuat kita curiga?

Gue tidak dapat memberikan banyak saran mengenai tanda-tanda ini, tapi yang gue tahu, mereka akan dengan cekatan menutupi bekas lukanya. Dileher, pergelangan tangan, lengan, paha, atau bahkan dada mereka. Mereka akan memakai pakaian yang hangat meski di musim panas (dengan tujuan menutupi)
Turunnya minat mereka akan sesuatu, tidak ingin berinteraksi, bahkan sampai menjauhi sentuhan.

Apakah kita harus sekali memerhatikan hal itu? Bahkan ketika kita tidak mengenal mereka? Jawabannya adalah kata yang gue garis bawahi.

Tentu harus, mereka dominan malu untuk mengungkapkan keresahan mereka. Atau tidak ingin merepotkan orang lain. Mari posisikan dirimu sebagai mereka. Disaat-saat seperti itulah mereka betul-betul membutuhkan perhatian dan pertolongan. Tapi banyak orang tidak memahami atau menyadari mereka. Mereka harus ditawari, tawarilah mereka untuk bercerita padamu, ajaklah mereka untuk kembali mengenal dunia. Pastikan mereka dapat kembali mengekspresikan perasaan mereka dengan kalimat-kalimat yang mungkin akan kalian dengarkan berjam-jam.

Saran paling-paling khusus adalah, membujuk mereka menemui psikiater.

Tapi percayalah, kalau kamu bisa sebegitu perhatiannya pada orang, maka kamu berhasil menyelamatkan satu nyawa seseorang, dan kamu berhasil membuat dirinya kembali merasa hidup. Membantu adalah hal yang mulia, apalagi jika kamu melakukannya dengan tulus, tidak terhitung berapa orang yang akan bangga dengan sikapmu.

Last but not least, cintai dirimu sendiri. Pahamilah seperti apa dirimu. Jangan sampai karena malu, kesehatan mental mu jadi terganggu. Mengunjungi psikiater bukan berarti kamu gila. Itu sih yang pengen banget gue ungkapkan.

Masyarakat dominan menganggap mengunjungi psikiater itu berarti kita gila dan memiliki masalah dengan mental. Stigma seperti ini yang harusnya dibenahi. Psikiater ada di dunia bukan hanya semata-mata menangani orang tidak waras. Perasaan apapun, kesedihan apapun, tertekannya kamu terhadap sesuatu, bicarakan.

Berbicaralah sebelum kamu merasa sakit karena telah menyakiti dirimu sendiri untuk mendapatkan kelegaan. Speak up! Speak up! Speak up!

[]

maaf agak emosional, maaf jika ada kata yang menyinggung, maaf jika terlalu terkesan tidak sopan, akan aku perbaiki sebaik mungkin dengan kritik dari kalian, makasih udah baca🙏😊.

Segmen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang