Kanaya, mengikuti langkah kaki Wishaka ke parkiran. Menuju motor vario berwarna putih milik laki–laki itu. Wishaka memang sangat menyukai warna putih. Itulah kenapa dia menghadiahi Kanaya helm berwarna putih ini juga. Kanaya tidak punya helm, dan Wishaka lebih sering membawa motornya daripada mobil. Jadi Kanaya dihadiahi helm putih dengan sticker kelinci saat mereka resmi sebulan jadi sepasang kekasih. Abis malu, minjem punya Teh Hanna mulu.
"Maaf ya aku nggak bawa mobil hari ini. Kamu jadi harus kena angin malem," tutur Wishaka merasa bersalah.
"Emang si White Pearl ke mana?"
White pearl adalah nama mobil putih milik Wishaka. Sedangkan motornya ini, bernama Unicorn. Lucu banget emang Wishaka, menamai mobil dan motornya seperti itu. Meski terkesan dingin, kalau dikenal lebih jauh. Wishaka sebenarnya sangat tidak bisa ditebak.
Laki–laki itu seperti kotak pandora, menyimpan banyak hal unik dan tak terduga. Yang membuat Kanaya semakin menyukainya.
"Ada sih di rumah. Tapi kirain hari ini nggak bakal bisa nganterin kamu. Jadi aku sengaja pake motor, takut macet."
Tiba – tiba tangan Wishaka mengayun ke belakang tubuh Kanaya. Menarik tangan Kanaya untuk masuk ke dalam jaket kulit hitam milik Wishaka.
"Eh? Ntar kamu gimana?"
"Nggak apa–apa. Aku pake kemeja panjang ini."
"Tapi rumah aku jauh lho. Nanti kamu kedinginan. "
Kini tangan mahasiswa hukum itu beralih memasangkan helm, dan menguncinya. Menangkup pipi Kanaya di kedua belah tangannya.
"Yaudah, biar nggak dingin, akunya dipeluk aja."
Kanaya sontak melebarkan matanya. Wishaka yang sadar sudah bicara macam – macam langsung menstarter motor. Kanaya akhirnya naik, dan Unicorn meninggalkan parkiran kampus dengan cepat.
"Ay ..."
Kanaya menoleh, mencoba memastikan, angin ribut sekali, jadi Kanaya ragu jika apa yang didengarnya sungguhan. Apa dia barusan nggak salah dengar? Wishaka memanggilnya Ay? Aya? Sayang? hati Kanaya jadi mencelos. Teringat masa lalu, membuatnya tersenyum getir.
"Kenapa, Shak?"
"Udah makan belum?"
"Belum."
"Makan dulu yu? mau gak?"
"Jam segini? Di mana?"
"Ayam penyet Bu Ina gimana?"
Mereka saling berteriak di atas motor yang melaju.
Kanaya mengangguk sebagai jawaban.
"Ayo."
Selang 5 menit, mereka sampai di sebuah tenda makan pinggir jalan, tak jauh dari Kampus. Mereka duduk di tenda makan Bu Ina. Ayam penyet favorite mereka.
Kanaya memperhatikan sekitar. "Wah, udah lama ya kita nggak ke sini."
Wishaka tersenyum.
"Terakhir tuh tiga bulan lalu. Pas kamu kelaperan tengah malem di sekre, dan rewel nggak mau dipesenin gofood apapun. Mau nya ayam penyet di sini."
"Iya! Aku ngajakin Jinan malah nggak mau. Jadinya ganggu kamu yang lagi sibuk bikin jurnal." ingat Kanaya pada tiga bulan lalu.
"Masih sama yaa.."
"Masih sepi," desis Kanaya pelan, Wishaka tertawa.
"Aneh deh, seenak ini kenapa sepi sih? "
"Soalnya ada di pojok sih, kehalang pohon. Kalau siang rame di sini, pas malem aja sepi begini. Cuman kita. Mungkin pada takut kali,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]
General Fiction╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...
![Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]](https://img.wattpad.com/cover/197855521-64-k128416.jpg)