28 : Evaluasi

4.1K 608 85
                                        

Suasana Kampus mulai tenang dan kondusif, yang terluka sudah dievakuasi ke Rumah Sakit terdekat. Tinggal beberapa mahasiswa kampus lain yang masih beristirahat di sekitar Universitas A. Ada yang duduk-duduk, tiduran di bangku taman, bahkan ada yang tengah menyiapkan konsolidasi lanjutan nanti malam.

Sedangkan anak-anak Pers Kampus, baru saja rehat di sekre mereka tercinta. Semua berita, video, berita foto, live report sudah beres dan telah posting. Kecuali jika ada ledakan tiba-tiba, mereka sudah tak ada lagi kerjaan sekarang.

Mereka tengah selonjoran, tiduran dan melamun, memikirkan seluruh kejadian hari ini yang terjadi sangat cepat. Semua yang terasa seperti mimpi, terjadi dalam sehari.

Hanif melihat ke sekeliling, ia bisa melihat rekan-rekannya tengah kelelahan secara fisik dan mental.

Bayangkan saja, berlarian di tengah massa, berkejaran dengan polisi, naik ke sana – sini untuk mengambil momen. Terkena lemparan batu bahkan gas air mata. Teriakan, api yang menyala, suara sirine, tembakan peringatan, semua itu mereka lalui hari ini.

Korban berjatuhan tidak hanya dari masa aksi, bahkan mereka sebagai Pers pun harus menerima resiko dari liputan yang mereka lakukan.

Beberapa anak Pers Kampus terluka, seperti Ayesha yang tangannya tergores pagar. Dana yang terkena lemparan batu di keningnya, Jaiz yang tangannya juga terkena lemparan batu saat tengah memotret. Mark sempat terjatuh saat berlari di jalan raya. Bahkan Wira, sempat ditarik polisi karena melesak naik ke atas pagar, lalu ditarik lagi dari atas mobil karena berontak saat ingin mengabadikan momen.

Wira nyaris diseret ke Kantor Polisi kalau tidak Jinan dan Siddiq langsung turun tangan menahan.

Jinan menyenggol siku Hanif. "Kayaknya kita harus evaluasi hari ini."

"Evaluasi?"

Jinan mengangguk. Hanif ingin menolak Jinan, anak – anak tengah kelelahan dan dia minta evaluasi?

"SEMUA!"

Belum sempat menjawab, Jinan sudah keburu mengambil langkah pertama. Membuat Hanif jadi bungkam.

Perhatian tertuju pada Jinan yang menepuk tangan sekali, meminta atensi.

"Kita evaluasi hari ini."

Pupil Daniel melebar. Dia tak habis pikir, baru saja hadapi badai dan mereka akan dievaluasi?

"Gila lo, lagi capek begini evaluasi," sentak Jaiz kesal.

"Ntar aja kali Nan, masih pada drop ini."

Brian yang tengah duduk menyender di sofa mencoba memberi saran.

Sumpah, tubuhnya serasa remuk sekali. Ia sedang tak mood jika harus berdebat atau meladeni sengitnya eval. Apalagi evaluasi Pers Kampus itu edan.

"Enggak. Harus sekarang," putus Jinan keukeuh.

Sisanya mengeluh nyaring, menghela nafas keras-keras.

"Bangsat," keluh Wira kesal. Dia nyaris hilang nyawa dan akal tadi, baru saja hendak memejamkan matanya di atas karpet dan sekarang sudah dipaksa untuk bangun mendengarkan ocehan orang-orang.

"Dengerin gue, abis itu lanjut dari tiap Pimpinan Departemen, terakhir dari Hanif," lirik Jinan pada Hanif yang masih betah diam.

Hanif bingung bagaimana akan bersikap, meskipun Pemimpin Umum, tapi ia juga tidak bisa seenaknya menolak gagasan Jinan begitu saja. Bagaimana pun, Jinan juga pasti memiliki pertimbangan.

Sementara itu otak Sian, Wishaka dan Naresha sebagai pimpinan tiga departemen, tiba-tiba berputar cepat sekali. Mereka harus mereview seluruh kerja mereka seharian, lalu membuat penilaian pada kinerja pengurus lain juga.

Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang