63 : Taman Film

3.1K 385 10
                                        

Kata orang – orang, dirinya harus tegas.

Meski sudah Ia tolak dua – duanya, tapi dirinya masih disebut sebagai perempuan yang plinplan karena membiarkan kedua orang itu tetap mengikutinya seperti anak anjing.

Hei, ia ingin bertanya. Siapa yang meminta mereka untuk menyukainya?

Ia sudah jelas, katakan tidak. Lalu apa menjadi salahnya kalau mereka tetap menyukainya?

Mungkin maksudnya, ia harus memberi ketegasan lain.

Baiklah, akan ia lakukan. Rencananya kali ini, ia akan berbicara dengan serius dan memberi penolakan resmi.

"Sorry ya bikin lama nunggu. Bentar, aku nyalain dulu."

Thara, si gadis yang tadi menunggu memperhatikan lelaki di sampingnya yang asik mengotak atik laptop di hadapannya.

Tak seberapa lama kemudian layar besar di hadapannya menyala.

Layar yang benar – benar besar. Sebuah gambar muncul, seperti awal dari sebuah film.

"Kak Sian."

Lelaki di sampingnya tersenyum lebar.

"Aku udah lama cees-an sama akang penjaga Taman Film ini. jadi kadang suka dibolehin muter film yang aku mau, asal masih di bawah rated dewasa. Aman kok ini," jelas Sian.

Iya, kini mereka tengah ada di Taman Film Bandung. Belakang Balubur Town Square. Sebuah kolong jembatan yang disulap menjadi tempat yang nyaman untuk bersantai dengan rumput sintetis dan sebuah layar besar yang bisa menampilkan berbagai macam tayangan film.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka hanya duduk berdua di tengah kegelapan sekitar dan cahaya lampu yang menyala seadanya.

"Aku pernah denger kamu bilang pengen nonton film ini, jadi Aku beli DVD Blu Ray-nya."

Thara diam saja, melihat layar di depannya sudah mulai menampilkan film yang Ia ingin sekali tonton.

Friendzone.

Sebuah film yang sudah lama sekali Thara ingin lihat namun belum pernah sempat.

Fokus Thara begitu khusyu tertuju pada layar di depannya. Lain hal dengan Sian yang malah tersenyum dan tertawa seorang diri karena melihat seseorang di sampingnya. Dia bahkan berani berikrar kalau bisa lakuin apapun demi senyuman ini.

Satu jam berlalu, dan Sian hanya bisa mengangguk bodoh ketika Thara berkali – kali membahas filmnya.

"Aku greget banget sih Kak sama ceweknya, untung cowoknya gigih," ulang Thara untuk kesekian kalinya.

"Yahh hujan ... " tangan Thara yang terulur merasakan dinginnya tetesan air.

Tadi memang sempat hujan, untungnya Taman Film bagian tengah tidak terlalu terasa, hanya angin cukup kencang yang bisa dihalau Sian dengan mengenakan jaketnya pada tubuh kurus Thara.

Jaket yang tadinya sudah Thara kembalikan pada pemiliknya kini ada melingkupi kepalanya.

"Ayo kita lari aja ke depan sana. Kalau di sini terus, nanti kamu masuk angin."

Thara melepaskan jaketnya, dan memutarnya ke kepala Sian.

"Pakeknya bareng tapi ya."

Sian mengangguk, dan dengan sigap mengangkat jaketnya untuk melindungi Thara dan dirinya. Berlari kea rah warung yang tak jauh dari sana. Ia tadi memarkirkan motor di sana. Setelah pakai jas hujan, mungkin mereka bisa pulang melawan gerimis.

Begitu sampai di warung, jaket terlepas. Thara sedikit mengeringkan celananya yang terciprat air, sampai akhirnya menemukan hal menarik.

Bahu Sian yang basah, di sebelah kiri.

Thara mematung, memperhatikan Sian yang mengusak rambutnya.

"Mau langsung jalan atau nunggu sampai bener – bener berhenti dulu?"

Gadis bermata kucing itu diam.

"Minum air anget dulu," putus si gadis, lalu memesan dua gelas teh manis hangat pada Ibu pemilik warung. Lagi – lagi Sian tersenyum seperti orang bodoh.

Sedangkan Thara, merasa semakin tidak tega.

"Udah enakan?"

Anggukan diberikan si gadis mahasiswa hukum itu sebagai jawaban.

"Kak Sian."

Tolehan Sian berikan, atensinya yang tadi asyik memperhatikan jalanan yang becek, beralih pada Thara yang menaruh atensinya pada langit malam yang semakin dingin.

"Makasih udah suka aku."

Awalnya diam, tapi Sian kembali tersenyum seperti orang bodoh.

"Makasih, udah jadi cewek yang aku suka."

"Udah nyadarin aku, kalau cinta itu emang ada. Cewek ajaib kaya kamu emang nyata. "

"Makasih udah ngebuka mata aku, ngerubah pandangan aku tentang perasaan, dan kehilangan."

Thara tertegun, matanya yang menatap langit kini terkunci pada Sian.

Tidak. Sepertinya tidak bisa malam ini.

Malam ini, senyum Sian terlalu bahagia.

Ia tidak ingin merusaknya.



-----



Thara Shalimar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thara Shalimar

Reporter Redaksi 2019




Sian Axelle Farzan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sian Axelle Farzan

Pemimpin Litbang 2019


-----

Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang