Siddiq Hakim, dari namanya saja sudah terbayang bagaimana wibawa dan kharisma dari penyandang tittle Jenderal Persma tersebut. Seorang mantan Pemimpin Umum di tahun keduanya sebagai pengurus Pers Kampus, senior yang paling disegani.
Jangankan mereka, semua Persma se-Bandung raya segan dengan Siddiq. Mereka semua tahu siapa Siddiq Hakim dan bagaimana pengaruhnya. Seluruh Ketua, Pengurus dan Petinggi dari Ormawa se-Universitas tak ada yang akan berani membuat seorang Siddiq marah.
Untuk itu, ada tiga peraturan tak kasat mata bagi mereka semua, yaitu :
1. Jangan buat Siddiq marah
2. Jangan buat Siddiq marah
3. Kalau buat Siddiq marah, harus segera menyerahkan surat pengunduran diri dari dunia. Kalau tidak, satu kampus bahkan persatuan persma se-Bandung raya tahu-tahu bakal menunggumu di depa gerbang.
Mahasiswa Arsitektur angkatan 2015 itu, sempat cuti satu tahun dikarenakan harus magang di Kanada sana. Untuk itu, ia menambah satu periode pengabdiannya di Pers Kampus dan kini satu angkatan di Pers Kampus dengan Hanif dan kawan-kawan. Ini karena angkatannya sudah demisioner terlebih dahulu.
Saat pulang magang dulu, tahu-tahu dia dipilih menjadi Pemimpin Umum Pers Kampus setelah sebelumnya memegang jabatan Pemimpin Redaksi. Setelah masa jabatan Pemimpin Redaksi usai dan Hanif terpilih menjadi Pemimpin Umum yang baru, Siddiq memutuskan untuk tidak demisioner dan lanjut mengabdi di Pers Kampus sebagai Redaktur Senior.
"Eh ada Bang Siddiq!"
Cengiran Jinan menyapa kala Siddiq baru saja menunjukan batang hidungnya di pintu Sekre sore itu.
Sian yang tadinya tengah ribut dengan Hanna dan Naresh perihal duluan mana yang lahir antara Telur Koala atau Koala?—padahal Koala tidak bertelur—itu pun menghentikan aksinya. Ia berdiri, menghampiri Siddiq dan langsung menghormat ala tentara pada komandannya.
"Jenderal!"
Siddiq tertawa, sudah terlampau biasa Ia dengan Sian dan kelakuan anehnya.
"Ada apa nih Bang? Bahagia banget kayaknya," tanya Jinan, begitu Siddiq mendudukan pantatnya di sofa sekre paling ujung. Bergabung dengan Jinan yang selonjoran di bawahnya.
"Keliatan banget ya?"
"Weh, roman–romannya bakal ada traktir besar–besaran nih," sahut Sian yang tahu–tahu menempel pada Siddiq.
Dana, Mark, Jelita, Thara, Aye, dan Rara yang jauh ada di ujung sofa lain pun jadi ikut penasaran mendengar celetukan Sian. Bahkan Wishaka diam–diam menajamkan pendengarannya meski matanya masih fokus memeriksa tulisan berita Rara hari itu.
"Apa sih, enggak, enggak ada apa–apa kok."
Sian menggeleng takjim. "Dengan pipi merah merona kaya gitu mana bisa percaya kita?"
"Assalammualaikum.. "
Pertanyaan Sian terpotong dengan masuknya Hanif dan Wendy. Setelah menjawab salam, semua orang kembali fokus menunggu Siddiq bicara. Meninggalkan Hanif dan Wendy yang memandang tanya.
"Biasa, si Sian dengan ke sok tahuannya," jawab Wishaka saat Hanif mencolek bahunya.
"Ayo bang! Ceritalah!" dorong Dana, ikut–ikutan. Titisan Sian dasar.
"Cerita apa sih? Enggak ada apa–apa kok."
"Yahhh enggak seru nih. Maennya rahasia–rahasiaan," keluh Mark kecewa.
"Big Boss, Jenderal kita nih punya kabar bahagia, tapi enggak mau bagi–bagi anak sekre," adu Sian pada Hanif.
Hanif melihat ke arah Siddiq yang dibalas tatapan—lo jangan ikut – ikutan deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]
Beletrie╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...
![Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]](https://img.wattpad.com/cover/197855521-64-k128416.jpg)