69 : Angkatan Baru

3.3K 390 67
                                        

Baca chapter Peristiwa 1 sebelum membaca chapter ini ya!


Bulan telah memasuki November, segala macam open recruitment dan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Pers Kampus telah terlaksana. Total ada 50 calon anggota yang ikut dalam Diklat selama 3 hari dua malam di Asrama Universitas A. Waktu bergulir ke periode magang para calon anggota.

Naas, di tengah kaderisasi anggota baru masalah terjadi pada Pers Kampus. Sebuah pernyataan dikeluarkan Universitas dari salah seorang guru besar yang pernah tersandung kasus dan diberitakan oleh Pers Kampus, menolak berita yang dikeluarkan Pers Kampus. Mempertanyakan kredibilitas dan lain sebagainya.

Di tengah acara seminar nasional, Guru Besar tersebut terang - terangan menyebut Pers Kampus sebagai alat rusak yang karatan, sembrono dan kampungan.

Aliansi Jurnalis Indonesia atau AJI, ikut turun tangan dengan memberi mediasi antara kedua belah pihak.

Para pimpinan Pers Kampus bahkan alumni jelas meradang dan tak terima. Segala macam bukti yang Pers Kampus miliki dikeluarkan. Berita mereka, sebabkan Guru Besar tersebut diperiksa oleh pihak kepolisian. Pantas si Guru Besar ini meradang dan balik menyalak.

Setelah mediasi mengeluarkan hasil bahwa Pers Kampus memiliki bukti valid terkait berita Guru Besar yang mereka keluarkan tersebut, sang Guru Besar resmi ditahan dan kasus dilimpahkan ke kejaksaan.

Tetapi, Pers Kampus terlanjur tercoreng namanya.

Angkatan 18 selaku panitia penerimaan anggota baru dan pengurus Pers Kampus lain pusing bukan kepalang, ketika para calon anggota mundur satu persatu.

Kaderisasi terancam gagal.

Pers Kampus terancam tidak memiliki penerus angkatan 19. Bahkan ada yang berkata, Pers Kampus bisa saja hilang.

"Gue udah nyoba ngehubungin satu persatu maba kemaren, ngebujuk mereka. Tapi nihil, gak ada satupun yang bales," keluh Lucas.

Yang lain mengangguk mengiyakan, seluruh angkatan 18 mencoba menghubungi setiap Maba untuk kembali mereka rangkul. Tapi nihil, tak ada satupun dari mereka yang beritikad baik untuk tetap bertahan di Pers Kampus.

Tak jarang Wendy, Hanna, Ayesha, Jelita, Kanaya, bahkan Senin menangis di sekre. Sisanya hanya bisa menahan diri untuk tidak memperkeruh suasana. Mereka takut, Pers Kampus gagal mereka jaga.

"Setiap hari, gue share terus tulisan terkait kasus si botak, buat bersihin nama kita. Tapi susah juga, kalau gak ada bantuan berita lain, jadinya gak ada impression lebih di akun kita. " Tangan Arya bergerak menscroll timeline Instagram Pers kampus.

"Aku gak bisa liputan Kak. Semua narasumber di rektorat makin mempersulit. Mahasiswa dan ormawa susah banget buat diyakinin. Kita terhambat buat dapet narasumber. Udah dua minggu ini cuman dua berita yang berhasil naik," jelas Ayesha, Rara dan Thara di sampingnya meniyakan.

"Yang harus kita pikirin pertama adalah calon anggota baru. Kita harus bisa narik mereka lagi, buat nyelametin Pers Kampus," saran Siddiq yang duduk di sofa dekat komputer.

"Betul kata Bang Siddiq, kita harus ngejalanin kaderisasi buat nyari penerus buat memulihkan Pers Kampus kaya sebelumnya," setuju Jinan.

Hanif di sampingnya tampak berpikir dalam, kantung mata hitam, dan gurat kelelahan jelas tercetak pada wajah Pemimpin Umum itu. Ia merasa gagal sebagai pemimpin. Tak hanya Ia, para pimpinan lain juga merasakan hal yang sama. Mereka semua terlihat lusuh sekarang. Harus kesana kemari menyelamatkan nama baik Pers Kampus.

"Kita bikin konklusi akhir," buka Hanif bersuara. Yang lain memperhatikan.

"Wishaka, bikin teks pernyataan ketidak bersalahan kita, dan kredibilitas kita sebagai Lembaga Pers Mahasiswa. Orion, bikin video news dari awal kasus ini sampai di akhir pernyataan yang dibikin Wishaka. Naresha, lu bikin pengumuman sekali lagi. Share aja bukti yang kita punya, teks pernyataan dari Wishaka dan video dari Orion."

Pers Kampus ✔ [Open PO Pers Kampus 1.0 & 2.0 check IG allyoori]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang