"Benarkah semua info tentang kamu tadi ?" tanya Selfi penasaran.
Rara tersenyum. "Sebetulnya ada yang salah ! aku tidak membolos 5 kali, aku bolos tiap hari !"
Selfi tertawa. "Tiap hari ?"
"Ya !" kata Rara. "Kamu yakin mau jadi temanku, anak teladan ?"
"Perkataan terakhir tadi membuatku yakin untuk menjadi temanmu !" Selfi berkata tulus.
"Oh ! perkataan yang manis !" ejek Rara. "Tapi sayang sekali, aku tidak mau jadi temanmu. Tidak sekarang, tidak juga nanti !"
"Aku hanya ingin jadi temanmu. Kalau kamu tidak mau jadi temanku, tidak apa-apa ! aku mengerti ! aku akan tunggu sampai kamu mau jadi temanku !"
"Itu tidak akan terjadi !" kata Rara.
"Aku orang yang optimis, Rara ! aku punya keyakinan hal itu akan terjadi !" kata Selfi yakin sambil berlalu dari hadapan Rara.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rara memainkan makanannya. Dia memandang mamanya dengan kesal.
"Jadi kamu membuat masalah lagi di sekolah!" kata mama.
Rara tertawa. "Wow ! aku kira mama datang mau makan malam bersamaku, ternyata mama hanya mau menegurku lagi ! jadi apa yang terjadi ? wali kelasku menelepon mama ?"
"Rara ! merokok dan bolos pelajaran ?" tanya mama marah. "Apakah kamu tidak kapok juga ? apa ini caramu menarik perhatian mama ?"
"Aku rasa mama salah !" kata Rara. "Aku tidak bermaksud menarik perhatian mama !" kata Rara. "Aku hanya bermaksud membuat mama marah ! dan tampaknya itu berhasil !"
Mama rara langsung menggebrak meja. "Mama tidak mau melihat kelakuanmu seperti ini lagi, Rara ! hentikan sifat kekanak-kanakanmu ! mau sampai kapan kamu begini ?"
Rara tertawa.
"Kenapa kamu tertawa ?"
"lucu sekali !" kata Rara. "Mama tidak akan melihat kenakalanku karena mama tidak ada disinisaat aku malakukannya ! bukankah mama mau pergi ke luar kota lagi ?"
"Rara !" teriak mamanya.
Rara bangkit dari tempat duduknya dan dengan sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan mamanya.
Setelah itu Rara bergegas ke kamarnya. Tak berapa lama kemudian, telepon berdering. Mama Rara mengangkatnya.
"Halo !"
"Ini aku !" kata suara di telepon. "Bagaimana keadaanmu, Inul ?"
Mama Rara menarik nafas panjang, dia tidak siap untuk menerima telepon mantan suaminya saat ini.
"Seperti biasa !" keluh Inul. "Anak kita masih tidak bisa menerima perceraian kita!"
Suara di ujung telepon mendesah. "Aku akan mencoba bicara padanya, Inul !"
"Sebaiknya begitu, dia tidak mau bicara denganku sama sekali !"
"Aku akan coba, Inul. Oh ya, aku sudah mengirimkan undangan pertunanganku seminggu yang lalu!" kata mantan suaminya.
"Aku belum sempat mengucapkan selamat pdamu !" kata mama Rara. "Aku harap kamu berbahagia dengan calon istrimu !"
"Terima kasih !" balas papa Rara. "Semoga kamu juga cepat menemukan kebahagiaanmu !"
"Lebih baik kamu tidak membicarakan pertunangan ini pada Rara !" kata mama. "Dia sedang benar-benar marah saat ini. Aku rasa sebaiknya kita menunggu sampai dia tenang dulu baru memberitahunya."
"Setuju !" kata papa Rara. "Aku akan meneleponnya sekarang. Selamat malam, Inul !"
"Selamat malam !" balas mama Rara. Di benak mama Rara tergambar kembali perpisahan mereka 1 tahun lalu.
***flashback
"Aku ingin Rara ikut denganku, Inul !" kata suaminya waktu itu.
"Biarkan Rara tinggal disini bersamaku !" kata Inul.
"Tapi..."
"Aku ingin kau memberiku kesempatan supaya aku bisa dekat dengan Rara. Aku tau selama ini aku selalu sibuk, sehingga kamulah yang lebih dekat dengannya."
"Aku ingin permintaanku ini dirahasiakan dari Rara. Aku ingin Rara membuka hatinya untukku. Aku ingin Rara tinggal denganku. Sampai dia lulus SMA,"
"Baiklah !" kata papa Rara.
Rara sangat terpukul saat papanya lebih memilih bekerja di luar negeri daripada tinggal bersamanya. Dia mengurung diri dikamarnya selama 2 minggu. 1 hari sebelum keberangkatan papa Rara ke luar negeri, ia menunggu Rara diluar kamarnya. Rara malah tidak keluar sama sekali.
Keesokan paginya, papanya berkata dari balik pintu. Air mata tergenang di matanya. "Rara.. Papa harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik! papa pasti akan meneleponmu setiap hari !"
Dikamarnya, Rara menangis. Satu-satunya orang yang dia sayangi telah membuatnyya kecewa dan terluka. Sejak saat itu, mantan suaminya selalu menelepon putrinya setiap hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/198690932-288-k886758.jpg)
YOU ARE READING
DETIK TERAKHIR
Short StorySELFI - sosok yang tenang dalam menghadapi masalah, dewasa, pintar bermain piano RARA - tomboy, keras kepala, broken home